Chapter 9: Sidang

1.4K 312 120
                                    

Halo apa kabar ma luvs?

Updatenya agak telat karena di rumah lagi hectic gegara besok adikku mau UTBK. Heuheu... selamat membaca~

---

Hari yang ditunggu Rose akhirnya tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang ditunggu Rose akhirnya tiba. Meskipun yang mau sidang itu Rose, tapi yang nggak bisa tidur malah saya. Tadi malam saya sibuk ngebungkusin hadiah buat dia dan nyiapin beberapa buket bunga. Salah satu buket yang saya siapin buat Rose adalah daffodil—bunga yang menyimbolkan cinta tak berbalas. Selain itu, kalau dikasih sama orang yang kita suka, daffodil juga bisa memberi arti kalau orang itu merupakan satu-satunya orang yang dicintai. Bunga ini sangat merepresentasikan perasaan saya ke Rose. Ah, saya nggak usah khawatir bakal ketahuan karena Rose sama sekali nggak ngerti ataupun tertarik sama dunia perbungaan. Saya suka sama bunga karena itu ngingetin saya ke Rose. Alasannya sesederhana itu memang.

Rose kebagian sidang jam sembilan. Sekarang masih jam delapan, saya lagi jalan ke rumahnya dengan tangan penuh bungkusan. Anak-anak PJAK juga dateng, bahkan temen-temen Rose kayak Lily dan Mina juga dateng. Lily dateng bareng Bayu karena mereka kembar, sementara Mina dateng bareng Bagas. Biasalah dia sekalian bisa modus. Sejak dateng mukanya sumringah banget kayak orang baru menang lotre. Saya paham sih. Namanya juga bisa bareng-bareng orang yang disuka, wajarlah seneng.

“Banyak banget hadiah lo bos,” celetuk Bayu setelah ditoyor Lily karena ketahuan minum kopinya sebelum berangkat tadi. Keningnya agak merah.

“Beberapa cuma formalitas dan beberapa emang hadiah yang mau saya kasih ke Rose,” terang saya santai. Mata saya memindai Bayu, dia nggak kelihatan kayak wibu hari ini. Bahkan gantungan Erza-chan nggak tergantung di tas Converse hitamnya. “Kamu putus sama Erza-chan?”

“Lagi membicarakan perceraian.”

Anjir serius banget mukanya.

“Kenapa?” tanya saya.

“Lagi suka sama Ichigo-san.”

Saya ngangguk denger jawaban Bayu meskipun saya sama sekali nggak tahu siapa itu Ichigo.

“Gue bisa melepas Erza-chan kalau emang hubungan kami udah nggak sehat,” jelas Bayu bikin muka saya berkerut. Dia ngomongin karakter anime kayak ngomongin orang yang beneran hidup dengan darah dan daging. “Maksud gue, kalau emang suka sama Rose bikin lo sakit, move on aja gapapa.”

Saya ketawa. Kami udah masuk halaman rumah Rose dan pasangan suami istri Taslim langsung nyambut dengan ramah. Winarto udah masuk duluan sementara Gibran lagi berseteru sama Lily—mereka kayak pasangan yang lagi berantem. Lily kebal sama Gibran karena dia sering main sama adik kembarnya. Mungkin mereka emang click, kelihatan cocok banget. Saya jadi senyam-senyum sendiri lihatnya.

“Jeffrey!” sapa Rose agak ngagetin. Dia kelihatan rapih dan cantik dengan kemeja putih dan blazer hitam. Rambutnya diiket satu, pipinya bersemu merah, dan wajahnya berseri-seri.

Cinta Bersemi Saat Pandemi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang