P A R T 9

33 9 7
                                    

Haiii semuanyaaa^^

Aku update lagi nih aku^^ selamat bersua dengan Nayna dan Mahesa^^

Hari Senin merupakan hari yang menyebalkan bagi siswa siswi SMA Garuda. Dia hari Senin ini, mereka harus mengikuti Upacara yang dilaksanakan di halaman SMA ini.

“Udah heh. Cuma disuruh baris aja lama banget dari tadi.” Ketus Nayna sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada dengan mata yang fokus menatap teman – temannya yang belum selesai berbaris dari tadi.

“Hayo loh. Nyai angry.” Celetuk salah satu teman sekelas Nayna. Dan teman – teman sekelasnya langsung menutup mulut karena mendengar ucapan Nayna. Tetapi itu tidak bertahan lama. Mereka kembali ribut karena tidak ada yang mau berdiri di barisan paling depan.

“Udah heh lo depan!”

“Nggak. Nggak mau!”

“Buruan sono. Upacara udah mau mulai nih”

“Kagak mau. Si Soleh aja suruh depan.”

“Kampret sia mah. Itu nama bapak gue kenapa di bawa bawa, Joko!”

“Lah. Ikut – ikutan bawa nama Bapak gue yang paling ganteng lagi! Ngajak Caruk lo ? sini maju!”

“Lah kan lo duluan. Udah salah ngengas lagi lo!”

“Bodo amat. Ayo caruk sekarang”

Teman – teman kelas XI IPA 1 hanya memandang Wakhid -anak Pak Soleh- dan Anwar –anak Pak Joko- dengan tatapan datar mereka. Di suruh baris malah ribut gara gara Pak Soleh dan Pak Joko.

“Woiii. Ini disuruh baris buat upacara ya, bukan disuruh buat jadi petarung dadakan.” Tegur si Wahyu sang ketua kelas XI IPA 1.

“DIEM!” sarkas Wakhid dan Anwar secara bersamaan.
Wahyu terlonjak kaget lalu mengelus dadanya. “Ebuset. Kenapa jadi gue yang kena semprot.”

“Wo Bowo. Pisahin tuh curut dua, Wo!” perintah Wahyu kepada Bowo selaku wakil ketua kelas dan selaku siswa yang memiliki badan lumayan besar di kelasnya.

“Nggak bos. Nggak mau. Malah gue lagi yang kena semprot itu dua crazy people.” Tolak Bowo lalu memundurkan sedikit tubuhnya.

Nayna sudah kehabisan stok sabarnya. “HEH DIEM NGGAK?!” sentak Nayna dengan suara yang cukup keras. Mereka yang tadinya ribut langsung diam lalu menatap Nayna. Bukan hanya anak kelas yang menatap Nayna kaget. Anak – anak kelas lainpun ikut menatap Nayna. Malu. Itulah yang Nayna rasakan. Ya meskipun ngga Malu malu banget.

Nayna langsung menutup wajah dengan kedua tangannya. “Ra. Gue malu” lirih Nayna kepada Gara yang ada di sampingnya. Gara bisa dibilang siswa yang tampan atau bahkan paling tampang di kelas XI IPA 1.

Gara terkekeh lalu menarik pelan tangan Nayna yang menutupi wajah. “Lo sih pake teriak segala.”

“Ya gue sebel sama itu bocah dua.” Nayna mengerucutkan bibirnya.

“Hahaha. Udah ga usah diladenin mereka.”

“Buset Nayna. Badan kecil tapi melengking suaranya.” ujar Wawan dengan tepukan tangannya.

Nayna mendelik sinis kepada Wawan. “Apa lo?!”

“AYOK BARISNYA UDAH BELUM ? ITU XI IPA 1 UDAH BELUM ?” tanya Pak Mamat –Guru Bimbingan Konseling-

“UDAH PAK” jawab XI IPA 1 dengan serempak yang membuat hampir semua yang ada di lapangan tertawa. Bagaimana tidak tertawa. Mereka menjawab sudah, tapi kepala mereka menggeleng. Barisan juga belum terbentuk sama sekali.

NAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang