Mendekati ending
Soobin melirik Hyunjin yang menatap papan tulis datar. Tidak ada ekspresi yang terpancar di wajahnya, sungguh suram, bahkan lawakan Junkyu dianggap angin lewat.
Siyeon selalu menghindari kontak mata dengan Soobin, rasanya ingin kabur dari jangkauan Soobin, namun percuma, Soobin memegang kartu As miliknya.
Sepulang sekolah Hyunjin melirik Siyeon sekilas dan langsung melenggang pergi dari kelas.
"Woy Jin, gak mau ngopi dulu?" tanya Junkyu.
Hyunjin menghentikan langkah kakinya dan menoleh sekilas. "Skip dulu hari ini, next time."
Siyeon mempercepat membereskan buku, disaat bejalan cepat tangannya lebih dulu dicekal oleh Soobin. "Ada yang mau gue kasi tau ke lo," bisiknya pelan.
"Woy gue balik duluan, ayo yeon lu balik sama gue," ucap Soobin dan menggandeng tangan Siyeon.
"Soobin lepasin!"
Soobin mendelik, "Gausah berisik kalo lo gak mau mati sekarang juga-
- palingan lima menit lagi," lanjutnya dalam hati.
Soobin membawanya ke atap sekolah lantai 3, disana sudah ada Hyunjin yang siap dengan batang rokok di sela jarinya serta Yoonbin dengan laptopnya yang menyala.
"Ada apa ini?" tanya Siyeon waspada.
Soobin hanya senyum manis dan duduk di sebelah Hyunjin, "Silahkan."
Hyunjun berdiri dari tempat duduknya. "H-hyunjin?" Siyeon mundur perlahan.
Hyunjin menampilkan senyuman manisnya hingga matanya menyipit, tangan kananya meraih tangan Siyeon. "Jangan lari, gue gak ngapa-ngapain kok."
"Ahshh." Siyeon menarik tanggannya ketika merasakan panas. Hyunjin dengan sengaja menyudutkan putung rokoknya ke tangan Siyeon.
Soobin malas melihat drama didepannya dan memilih membaca buku biologinya dengan kaki yang menyilang.
"Maksud lo apa, panas tau!" ucao Siyeon kesal.
Hyunjin tertawa keras, "Merut lo? Sakit mana waktu lo ngasih obat gila ke adek gue? Sakit mana waktu lo nyuruh jatoh adek gue, JAWAB!" Hyunjin mendorong Siyeon hingga beberapa langkah mundur.
Siyeon semakin dekat dengan kematian, pembatas atap hanya tersisa dua langkah, dipastikan nyawanya akan melayang.
"Maaf, gue salah gue minta maaf." Siyeon menangis di depan Hyunjin dan terus mengucapkan kata maaf.
"LO PIKIR MAAF BISA BIKIN ADEK GUE SADAR? BISA BIKIN ADEK GUE HIDUP? GILA LO."
Yoonbin mendelikkan matanya saat menangkap sosok Jaemin di cctv sedang berdiri di pojokan.
"ADA JAEMIN!"
Soobin menolehkan kepalanya, kosong, Jaemin sudah menghilang.
Dilain tempat.
PLAK!
Jaemin menampar pipi Sunwoo yang sibuk tidur diatas bangku taman.
"Adoh!"
"Bangun heh! Gawat!"
"Setan gendeng, sakit goblok."
"Cepetan lo bawa Jeno ke atap, ada yang mau dibunuh."
"HAH? SIAPA?"
"Cepetan goblok, lari bukannya bacot."
Sunwoo mengangguk dan segera berlari menemui Jeno, dan bertemu dengan Jeno diparkiran.
Cittt.
Jeno merem motornya mendadak. "Sek berhenti! Gawat jen, lu cepetan ikut gue ke atap. Ada yang mau bunuh diri."
"HAH?"
"Adoh ayo cepet."
Jeno berlari dan tangan kanannya memegang telpon dan menghubungi Soobin.
"Halo Bin, lo dimana? Gawat bin."
"Kenapa?"
"Lo dimana?"
"Diatap. Kenapa?"
"Hah? Atap? Oh oke gak jadi."
Jeno melirik Sunwoo jengkel. "Maksud lo ini Soobin bakal dibunuh orang? Dia diatap loh?"
"Mana gue tau dodol, yang ngasi tau gue bukan manusia. Ayo dah cepet."
"WOY JUNKYU LO IKUT GUE SINI." Jeno memanggil Junkyu.
"Junkyu lo telpon bapak lu sekarang, bilang ada pembunuhan."
"Bapak ku? Ngapain?"
"BACOT CEPET TELPON!"
Jeno dan Sunwoo berlari menuju atap sekolah.
BRAK!
"Kalian ngapain?"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLED • 00L [Millenium Squad]
FanfictionDetektif Millenium yang berusaha menemukan pembunuh Jaemin. 《M I L L E N I U M S Q U A D》 Start [3 April 2019] END.