Genre Romance Wuxia ❤
Murni karya imajinasi sendiri
[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN]
*Wajib Follow terlebih dahulu!
BIASAKAN VOTE SETELAH
MEMBACA YAA.. :)
Blurb 🍃
Seorang gadis dari klan kultivator berupaya membangkitkan kembali kejayaan dunia seni...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebulan kemudian...
Setelah pulih total, Li heeng mulai berlatih ilmu kultivasi dan paman Bai selalu siap mengajarkan dan fokus memperhatikan setiap gerakan yang sudah ia tunjukkan. Li heeng berlatih semua ilmu seni bela diri yang sudah turun-temurun di ajarkan padanya. "Hyaaat!!" teriakan Li heeng berlatih menggunakan pedang, lalu melayang terbang di udara sembari memahami jurus yang sudah ia kuasai.
Di samping itu, di sebuah tanah luas yang tandus, seorang pemuda dengan gagah berani menggenggam kuat pedang panjang di tangannya sembari berlari mendekat ke arah musuh yang ada di hadapannya. "Seraaaaaang!!" teriak lantang pemuda itu. Tusukan dan cipratan darah nampak bercecer di sekitarnya bahkan sedikit menodai wajahnya. Di sebuah medan perang yang besar, sebuah peperangan tengah terjadi. Keahlian dan kemampuan pemuda itu sangat membanggakan.
"Yang mulia Xue Luan!!" teriak seorang pemuda lain yang merupakan kakak laki-lakinya.
"Kak Jinxu?" ucap Xue luan.
"Kembalilah untuk istirahat, kau sudah berperang begitu lama, nyawamu berharga, biar aku menggantikanmu melawan mereka" ujar Jinxu Cang.
"Baik kak" ujar Xue luan tersenyum.
Saat hendak kembali, tiba-tiba ia di serang oleh beberapa pasukan dari musuh. Inderanya bisa merasakan dengan cepat akan bahaya yang mendekat. Pedang yang ada di tangannya ia acungkan dan menembus tubuh musuhnya tersebut. Tatapan tajam matanya sangat persis dengan mata tajam Li heeng yang sedang memusatkan pedang ke tanah. Istri paman Bai sangat bangga melihat kemampuan Li heeng yang kian hari kian meningkat.
"Berhenti sebentar nak, ayo makan dulu" ucap bibinya pada Li heeng.
"Baiklah bi" ujar Li heeng, kemudian duduk di dekat meja kayu tempat bibinya menyusun makanan untuknya.
"Jangan berlatih terlalu keras, berlatih sampai kau rasa cukup, jangan di paksakan nak" nasehat bibinya.
"Aku masih sanggup bi" ujar Li heeng lalu menyantap makanan itu.
Setelah itu, Li heeng kembali berlatih dan sedang memusatkan energi ke arah pohon besar yang ada di depannya. Saat ia mengarahkannya pada pohon itu, seketika suara ledakan terdengar. Pamannya terkejut dan langsung bertepuk tangan bangga dengan kemampuan Li heeng.
"Luar biasa Li heeng, luar biasa" ucap paman Bai.
"Terima kasih paman" ujar Li heeng.
"Paman tidak pernah ragu dengan kemampuanmu. Semua keturunan klan Lin, memang sangat luar biasa" puji paman Bai.
"Tentu saja" ujar Li heeng membenarkan.
Malam hari di depan gubuknya, Li heeng tengah duduk santai menatap langit yang nampak terang karena bulan purnama.
"Ayah? ibu? kakak? aku sangat rindu dengan kalian. Seandainya satu saja ada yang tersisa dari kalian, aku merasa sangat senang dan tidak akan kesepian" ucap Li heeng lalu menunduk sedih.