Twelve

265 28 21
                                    

Maehyung tidak bisa menahan diri untuk tidak mengumpat pada udara disekitarnya. Sungmin sudah berpamitan untuk pergi sejak sore tadi, namun sampai sekarang Sungmin masih belum kembali dan ponsel wanita itu tidak bisa dihubungi. Ia kembali mengumpat dan berjalan masuk kedalam kamarnya, ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak akan bisa tenang jika belum melihat Sungmin sampai di villanya dengan aman, sudah sangat larut untuk Sungmin pergi berjalan-jalan dengan ponsel yang mati.

Ia kemudian meraih dompet dan jaketnya, berniat untuk mencari Sungmin meskipun ia tidak tahu kemana wanita itu pergi. Maehyung tentu saja tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu, gadis yang sudah ia anggap sebagai adikknya. Jika terjadi sesuatu pada Sungmin ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri selamanya.

Maehyung membuka pintu utama villanya dengan gusar, baru saja ia akan keluar sampai ia melihat Sungmin yang sedang terkejut berdiri didepan pintu villanya, Maehyung tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, ia kemudian menarik Sungmin dan memeluk wanita itu.

"Dasar anak kecil bodoh! Kau mau aku jantungan karena kau belum pulang sampai pukul setengah 11 malam?"

Sungmin tertawa mendengar cacian Maehyung. Ia kemudian menggumamkan maaf dan melepaskan pelukannya pada Maehyung. Ia sedikit merasa bersalah ketika bosnya yang merangkap kakaknya itu terlihat sangat khawatir, raut wajahnya benar-benar tidak bisa Sungmin baca.

"Maafkan aku oppa, aku tertidur di bus, dan aku hampir tersesat" ucapnya penuh rasa bersalah. Maehyung menghela napas, ia melemaskan pundaknya yang tegang dan memijat kepalanya yang pening karena ulah Sungmin.

"Lalu?"

"Aku yang membawanya kembali"

Maehyung menengok dibalik tubuh Sungmin. Matanya membulat saat melihat pria yang tidak asing itu berdiri dibelakang Sungmin. Pria itu tersenyum simpul dan mengangkat tangannya sebagai sebuah sapaan.

"Lama tidak bertemu, Maehyung"

"Sialan kau!!"

~~

Maehyung berjalan keluar dari dapur mewahnya. Ia membawa segelas kopi ditangan kanannya dan juga segelas teh hangat ditangan kirinya. Ia kemudian menyodorkan gelas kopi yang penuh dengan kepulan asap itu pada pria didepannya, pria yang mengindikasikan dirinya yang telah menyelamatkan Sungmin yang hampir saja tersesat di Negeri orang.

Pria itu mengalihkan pandangannya dari ponselnya saat Maehyung meletakkan secangkir kopi itu didepannya. Ia mematikan ponselnya dan meletakkannya di sisi kanan tubuhnya, tangan besarnya kemudian meraih cangkir itu dan menyesap kopi itu dengan pelan. Ia memutuskan untuk mampir dan berbicara sedikit dengan bos Sungmin ini, sementara wanita itu memutuskan untuk membersihkan diri dan menenangkan dirinya yang hampir saja hilang tadi.

"Aku terkejut kau bisa ada disini" Maehyung lebih dulu membuka pembicaraan.

Suara sentuhan cangkir pada meja terdengar pelan, pria itu tertawa kecil setelah berhasil mengilangkan kopi itu untuk masuk kedalam kerongkongannya.

"Aku lebih terkejut saat melihat Sungmin ada disini dengan keadaan yang menangis dipinggir jalan dan terlihat kebingungan" ucap pria itu. Maehyung mendongak menatap mata lelaki yang sangat ia kenali ini, ia kemudian mendengus.

"Aku sudah mengatakan untuknya tetap hati-hati, tapi aku baru tahu ia bisa ketiduran di Bus dan hampir saja menghilang"

"Itu karena kau memberikan banyak pekerjaan untuknya. Setauku Sungmin bukan orang yang bisa dengan mudah tertidur di transportasi umum" balas pria itu. Maehyung menganggukkan kepalanya setuju, mungkin saja hari ini Sungmin berada dititik lelahnya sehingga wanita itu sampai dengan cerobohnya bisa tertidur di Bus.

Reiniciar // {KyuMin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang