Part.26 || Bahagianya Afnan

5.9K 787 128
                                    

Aku punya sesuatu yang ingin aku katakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku punya sesuatu yang ingin aku katakan. Tapi bibirku terasa berat.
Hatiku punya kata-kata yang bahkan tak bisa aku katakan hanya sekali. (Just Once)
.
.
.
💚💚💚


















Arini datang karena ingin meminta maaf, pada Arka dan Afnan terutama. Ia yang saat itu hanya menatap tanpa melakukan apapun saat Arka membopong tubuh Afnan di punggungnya dengan darah yang bersimbah di perutnya.

Ia tak pernah menanyakan bagaimana ke adaan Afnan kala itu, hatinya masih terlalu batu dan pikirannya masih sedikit kalut.

"Omah ga tau kalau Afnan sampai koma."

Salahnya juga, yang tak menanyakan keadaan si bungsu Afnan setelah itu. Arini seolah menghilang dan menganggapnya angin lalu di mata Arka.

"Karena omah yang ga peduli sama sekali! Mungkin kalau Afnan mati juga omah ga akan peduli, iya?"

"Arka—" tangis Arka meluruh begitu saja, ada rasa bersalah yang teramat dalam dirinya setelah membentak dengan kasar Arini.

"Maafin Arka, omah." lirihan itu terdengar pelan namun sarat akan penyesalan. Entah kenapa pikirannya menjadi sangat kacau akhir-akhir ini. Ia benar-benar rindu adiknya, sangat.

Apalagi jika suatu hari nanti afnan benar-benar—

Ah tidak, lupakan.

Arini berjalan pelan mendekat, menyentuh lembut wajah yang sedikit pucat milik cucunya. Tangisnya masih tak bersuara, namun tetes air matanya menyatakan jika ada luka yang tak nampak yang menganga dengan begitu besar disana.

"Omah emang salah, maaf." kepala Arka menggeleng pelan, menatap bersalah wajah teduh sang nenek "Arka yang salah, Arka yang salah udah ngebentak omah. Maaf, maafin Arka." pelan ia bersuara membuat Arini juga menggeleng pelan mendengar seberapa terluka cucunya itu "omah tau,  kamu lagi kacau. Nangis sayang, keluarin semuanya."

Dan detik itu juga tangis Arka pecah dalam peluk hangat Arini. Menumpahkan segala sesak yang sudah sangat lama ia tahan sendiri. Berpura-pura tegar di depan sang ayah itu melelahkan baginya, hatinya juga sama terluka dengan raihan, lantas untuk apa ia juga berpura tegar?

"Arka hiks— Arka kangen afnan—" Arini mengangguk beberapa kali dengan usap lembut di punggung kokohnya yang terlihat sedikit rapuh.

"Omah tau."

Bahkan tanpa mereka sadari, sosok di dalam hanya menangis  dalam diam, menatap dengan sorot teduh di balik ujung netranya. sudut bibirnya terangkat samar, ada getar bahagia disana.










Afnan Kairav, sadarnya kembali dan lukanya perlahan memudar. Ada bahagia tersendiri saat sumber bahagia yang di idamkannya berkumpul dalam satu ruang dengannya.

[✔]KAIRAV [Jaemin Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang