Part.9 || Kejadian

9.1K 985 47
                                    

KAIRAV - TRAGEDY

Waktu ku terhenti

Ketika kau berpaling dariku

Bahkan salam terakhir

Bagi ku itu bukan

Kembalilah ketika kau lelah

.
.
.
💚







Huzlenya terbuka pelan, menampakan karamel lelahnya. Ini lebih parah, saat ia bangun hidungnya bahkan mencium bau menyengat khas rumah sakit, apalagi dekorasi serba putih dan juga...

Tiang infuse yang menggantung di samping brankarnya. Apalagi sedikit aneh saat masker oksigen terpasang rapih dan hampir menutupi sebagian wajahnya.

Terakhir kali ia ingat, ia sedang menunggu angkutan umum lewat di halte dekat kedai. Lalu kepalanya sangat sakit dan hidungnya mengeluarkan darah. Setelah itu, ia tak mengingat apapun.

"Hey, kamu udah bangun?" huzlenya merotasi saat suara baritone yang sudah sangat ia hafal langsung menyapanya. Obsidian itu menatapnya sendu dengan sebelah tangannya yang mengusap surainya lembut.

Tatapan mereka beradu, kali ini bukan tatapan benci yang selalu Raihan berikan, tatapan itu yang akhir-akhir ini sering Afnan lihat, itu tatapan sayang. Tatapan yang sama yang akan raihan tunjukan pada Arka, kakaknya.

"Afnan ngerepotin ayah lagi, ya? Maaf." suaranya parau, bahkan hampir terdengar seperti bisikan di telinga Raihan.

Ini puncaknya, sakitnya Afnan berada di puncaknya setelah pertama kali Ryan memvonisnya.

Tak seperti sebelumnya, Raihan hanya menunggunya beberapa jam saja untuk menunggu anak itu siuman, dan sekarang ia bahkan harus menunggu satu minggu lebih untuk itu.

Obsidian sang ayah berembun, kepalanya langsung mendongak menatap langit-langit ruangan Afnan, menghalang tetes embun yang siap meluncur di pelupuknya.

Demi Allah, Raihan sangat bahagia saat Afnan kembali membuka matanya.

"Ayah seneng Afnan repotin sekarang. Jangan ngerasa bersalah terus, sholehnya ayah." tangan tak terinfusenya di angkat pelan, di cium nya lembut penuh sayang.

Afnan tak mengerti, sama sekali tak mengerti. Dan ia lelah terus bertanya pada sang ayah kenapa ia tiba-tiba berubah. Raihan tak pernah memberinya jawaban yang pasti padanya.

"Maaf," cicitnya lagi, mungkin jika Arka yang di perlakukan seperti itu, ucapan terima kasih saja yang akan ia dengar, tapi saat dengan Afnan hanya maaf yang terus terlontar di bibir pucatnya.

Entah apa yang selalu si bungsu pikirkan tentang nya. Tanggapan apa yang selalu Afnan berikan, bahkan menjawab segalanya.

"Di tas Afnan ada uang, sedikit. Mungkin ngga cukup buat bayar semuanya langsung. Tapi Afnan janji bakal ngelunasinnya secepat yang Afnan bisa ke ayah." bisiknya pelan, membuka pelan masker oksigen yang menghalangi nya. Raihan menahannya, namun tatapan Afnan seolah meyakinkan membuat sang ayah mau tak mau menurutinya.

Raihan tau, kesehatan Afnan menurun karena anak itu terlalu kelelahan, bekerja terus menerus hingga lupa untuk istirahat, sedangkan Ryan bilang Afnan jangan sampai kelelahan.

Ini membuatnya frustasi, apalagi Afnan yang tak pernah mendengarkannya. Menganggap permintaan maafnya hanya main-main saja.

"Afnan ga perlu bayar apapun sama ayah, asal Afnan mau nurutin satu permintaan ayah." anak itu menatap Raihan dengan tatapan yang bahkan Raihan sendiri tak bisa mengartikan.

[✔]KAIRAV [Jaemin Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang