Dia tersenyum, ini benar-benar terlalu lama.
Aku merindukan ekspresi itu, dia seseorang yang berharga bagiku, kan?
Dia berjalan menjauh dan Merangkul orang lain
Dadaku terasa seperti hancur di bawah beban berat (In My Dream).
.
."Afnan!!!"
'Pletak!'
Keras afnan mendengar suara teriakan dan sepersekian detik juga mendengar suara jitakan. Afnan terkekeh pelan saat melihat kedatangan dua sahabatnya.
"Gila yah lo Ren kalau ngejitak suka gak kira-kira!" Arjun mengomel tak terima seraya mengusap kepalanys yang masih terasa sakit akibat di pukul dengan tak berperasaan oleh Reno.
"Ini rumah sakit, bego!" Reno mengumpat kesal, menggeser dengan kasar tubuh Arjun yang terus mengomel dan menghalangi jalannya.
"Hai, Nan." Reno menyapanya lebih dulu, menyimpan beberapa jenis buah di atas nakas. Di belakang, Arjun yang masih dengan wajah kesalnya mengekor.
"Nan," kepala Afnan mendongak mendengar namanya di panggil pelan Arjun "hm?"
"Pukulin Reno dong." Arjun merajuk, menatap memohon pada Afnan membuat pemuda tujuh belas tahun itu tak kuasa menahan senyumnya.
'Pletak!'
Dengan polos Afnan menjitak keras kepala Reno, huzlenya berkedip polos menatap tak bersalah pada Reno yang mengerang kesakitan "disuruh Arjun gue mah." Afnan menyela cepat sebelum Reno mengumpatnya.
"Jan ngebales Afnan lo, masuk penjara lo nyakitin orang sakit!" Arjun menakuti sedangkan Afnan menahan tawanya melihat wajah kesal Reno.
"Deuh anjir! Gila sih tenaga orang sakit. Apalagi ga sakit ya lo!" Arjun di samping Afnan hanya tertawa penuh kemenangan dan menggenggam tangan Afnan yang sedikit dingin dalam genggamnya.
"Jan di tanya Afnan mah, lo aja sering kalah panco sama doi. Ya ga, Nan?" Afnan menahan tawanya melihat ekspresi kesal Reno yang juga duduk di sebrang Arjun.
"Lama-lama di biarin makin kurang ajar aja kalian. Sedih ih punya sahabat cem kalian." Reno merengut kesal dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Tetep aja ga ada gue bentar juga kalian mah kangen." Afnan berucap, membuat semuanya tiba-tiba hening.
Arjun dan Reno yang saling melempar pandang dan Afnan yang merasa canggung setelahnya.
"Iya, lo bener." Reno berucap pelan, memainkan telapak tangan Afnan dengan lembut "...ga ada lo sebentar juga rasanya ada yang kurang. Semangat kita ilang gitu aja."
Obsidian Reno berembun membuat kepalanya langsung menunduk malu, ia satu-satunya orang yang tak pernah menangis jika di bandingkan Afnan dan Arjun, tapi hari ini, ia bahkan dengan tak tau malunya menangis terisak di hadapan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]KAIRAV [Jaemin Ver.]
FanficYang ia tau, impian itu adalah mimpi yang tak pernah tertidur. "Afnan yang dari awal emang salah udah lahir. Harusnya Afnan ga lahir, kan yah? Harusnya waktu itu bunda gugurin Afnan, bukan malah mertahanin Afnan dan ngorbanin nyawa bunda buat anak...