Aku ingin tersenyum dan meninggalkanmu dengan cara yang baik
Namun ketika aku melihatmu
Pada akhirnya... airmataku tetap jatuh.
.
.
💚💚💚Telinganya mendengar seseorang masuk ke dalam ruangannya. Membuat sedikit atensinya langsung menoleh pada sumber suara.
Saat ia bangun ia tak bisa melihat dengan jelas. Semua terlihat samar, bahkan sekalipun jelas akan ada bayang-bayang di sekitarnya.
Ia pikir, itu hanya akan berlangsung sebentar dan setelah itu pandangnya kembali normal. Namun nyatanya, semua terus seperti itu sampai sekarang.
"Om Ryan?" suaranya serak dan terdengar mengerikan, bahkan hampir tak terdengar oleh si lawan bicara.
Kening anak itu mengernyit saat tak ada sahut dari orang yang baru masuk ke dalam ruangannya "suster Ananta?" lagi ia berucap sebisanya.
"Om?! Itu Om Ryan, kan?" iris caramel cokelatnya mengedar tak tentu arah, rasanya masih asing dengan keadaan barunya sekarang.
Tak bisa melihat dengan jelas benar-benar sangat mengganggunya "dek,"
'Degh!'
"A-ayah?" tak ada sahutan lagi, tangan tak terinfusenya meremas kuat selimut putih tipisnya. Itu memang benar-benar suara Raihan, kan?
Ayahnya sudah tidak apa-apa?
Benarkah?
"Ayah? Itu ayah, kan?" lagi, ia mencoba memastikan saat hanya terdengar derap bangsal yang sedikit berbunyi saat sosok itu duduk tepat di sampingnya. Samping kiri, membuat anak itu refleks langsung menoleh ke arah kiri dengan tatap kosong.
kedua tangannya bergerak memberanikan diri meraba wajah sosok di sampingnya, hingga perlahan air matanya kembali meluruh. Tangannya bahkan bisa menyentuh perban yang masih melilit kepala sang ayah.
"Beneran ayah!" dan detik itu pula pemuda tujuh belas tahun itu langsung merengkuh erat tubuh di sampingnya, menangis terisak dengan suara seraknya.
"Iya ini ayah," sebelah tangan Raihan bergerak, mengusap sayang punggung bergetar itu "udah jangan nangis, nanti dadanya sakit."
Cepat afnan melepas peluknya, menatap—
Hati Raihan mencelos, saat hanya tatap kosong yang di berikan si bungsu "ayah udah gapapa? Ayah beneran gapapa? kepala ayah di perban, apa sakit? Sakit banget? Maafin Afnan, demi Allah maafin Afnan."
Tangan kanannya kembali meraba pelan wajah sang ayah, mengelus sayang perban yang melilit kepala Raihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]KAIRAV [Jaemin Ver.]
FanficYang ia tau, impian itu adalah mimpi yang tak pernah tertidur. "Afnan yang dari awal emang salah udah lahir. Harusnya Afnan ga lahir, kan yah? Harusnya waktu itu bunda gugurin Afnan, bukan malah mertahanin Afnan dan ngorbanin nyawa bunda buat anak...