Seperti cerita sedih dari peri kecil yang mengendarai awan dan terbang jauh menuju dongeng kesedihan.
Tapi, meski kita tidak bisa terbang dan hanya menangis. Kasih sayang dan cinta adalah mimpi yang indah. (Flying, deep in the night)
Dan seperti bintang jatuh, haruskah aku menyimpan harapku juga padamu?
Apa kecewa takkan lagi pernah hinggap dalam hidupku?
Tolong, katakan iya. Sekali saja.
Tuhan bersamaku, kan?
.
.
."Ayo, aaa~ dek."
Afnan memang sudah tak memberontak ingin pulang lagi, namun diamnya selama beberapa hari benar-benar membuat Raihan dam Arka frustasi.
Tangan Arka masih mengudara, dengan sendok berisi setengah bubur di atasnya. Afnan tak menggubris, tatapnya masih terus tertuju ke luar jendela.
"Dek," Arka memanggilnya pelan, menggerakkan sedikit bahunya. Atensi Afnan sedikit beralih, menatap datar ke arah Arka.
"Ayo makan dulu. Sedikit juga gapapa."
Lagi-lagi Afnan mengabaikannya, kembali menatap kosong ke luar jendela. Ia tak lapar, lagipula percuma ia mengisi perutnya jika rasa mual itu akan hadir. Lebih baik tidak usah makan sekalian. Pikirnya.
"Afnan, ayo dong dek. Kamu mau cepet sembuh, kan?" lagi Afnan menolehkan kepalanya, mengedip beberapa kali ke arah Arka.
Sudut bibirnya terangkat samar, tersenyum getir mendengar kata sembuh.
Sembuh, ya? Hatinya melirih.
"Sembuh? Becanda?" suaranya kembali terdengar setelah beberapa hari ia tak juga mengeluarkan suaranya. Afnan kembali mengabaikannya, menidurkan tubuh lelahnya dengan berbalik membelakangi Arka.
"Itu ga lucu!" suaranya kembali terdengar, Arka menahan nafas. Afnan benar-benar terluka.
"Dek, ma-"
"Afnan mau tidur, ngantuk." potongnga cepat.
Arka menghela, menyimpan mangkuk yang masih penuh dengan isinya di atas nakas.
"Oh, iya." Arka menyahut pelan. Rasanya ternyata sesakit ini saat orang yang kita sayang mengabaikan kita.
Afnan, Afnan yang hampir setiap hari ia abaikan, pasti sangat terluka, kan?
Baiklah, Arka tak masalah. Afnan jauh lebih terluka dari nya.
"Yaudah, kakak keluar dulu bentar." suaranya bergetar, entah kenapa tiba-tiba saja ia menangis. Rasanya terlalu menyesakan, dan sangat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]KAIRAV [Jaemin Ver.]
Fiksi PenggemarYang ia tau, impian itu adalah mimpi yang tak pernah tertidur. "Afnan yang dari awal emang salah udah lahir. Harusnya Afnan ga lahir, kan yah? Harusnya waktu itu bunda gugurin Afnan, bukan malah mertahanin Afnan dan ngorbanin nyawa bunda buat anak...