Kairav - Dark Side
Aku punya sesuatu yang ingin aku katakan. Tapi bibirku terasa berat.
Hatiku punya kata-kata yang bahkan tak bisa aku katakan hanya sekali. (Just Once).
.
.
💚Afnan mendudukkan dirinya di kursi panjang halte. Menunggu janji sang ayah yang mengatakan jika ia akan menjemputnya. Sudah hampir setengah jam, tapi Afnan sama sekali tak melihat kehadiran sang ayah.
Langit terlihat mendung dan rintik hujan kembali turun. Helaan terdengar kontras, beradu dengan rintik hujan yang semakin lebat.
"Mungkin sebentar lagi," bibir pucatnya berucap meyakinkan, merapatkan sweater lusuhnya saat hawa dingin mulai menusuk permukaan kulitnya.
Perutnya kembali berulah, meraung minta diisi dan akan sangat berbahaya jika lagi-lagi ia mengabaikannya. Huzlenya terus memandang jalur kiri, menanti hadir sang ayah yang tak kunjung menampakan diri. Waktu menunjukan pukul setengah enam, sudah hampir magrib.
"Mungkin ayah lupa." ia berdiri, lagi-lagi ia harus menerobos hujan sepertinya. Hujan yang tak kunjung reda sejak satu jam yang lalu.
Ia menarik nafas, menaikan kupluk sweater nya dan berlari menerobos hujan. Besok minggu, dan sekolahnya aman saat seragam satu-satunya itu basah kuyup.
kakinys melangkah cepat saat rintik hujan terus menghujam tubuh ringkihnya. Rasa perih mulai menusuk saat luka di tubuhnya kembali di hujam kasar tetes hujan.
Bibirnya membiru saat ia sampai di depan gerbang rumahnya, disana sudah terparkir cantik mobil mewah sang ayah. Benar, jika saja ia tetap menunggu Raihan di halte tadi, mungkin sampai besok subuh pun Raihan takkan pernah datang.
Bodoh saat ia mempercayai begitu saja ucapan Raihan tadi.
Harusnya ia mengerti, ia bukan siapa-siapa bagi Raihan.
Afnan--
Bukan Arka, si sulung kesayangan.
Afnan hanya menumpang hidup di rumah Raihan. Menumpang beristirahat di rumah itu, lantas apa yang bisa Afnan harapkan dari itu?
Sudut bibirnya terangkat samar, tersenyum getir menertawakan kebodohannya.
Afnan melangkahkan kakinya masuk ke pelatara rumahnya, hujan masih sangat deras. Tubuhnya basah kuyup, mungkin Raihan akan marah jika ia masuk dalam ke adaan seperti itu. dengan inisiatif, ia pergi ke belakang rumah. Ada satu jalan masuk disana yang sering di pakai mang ucup, tukang kebun di rumah.
Langkahnya mengendap pelan, huzlenya menatap gelisah sekeliling rumahnya. Takut jika Raihan atau Arka menangkap basah dirinya.
Lantai dapur terlihat basah saat ia melewatinya. Segera ia masuk ke dalam kamar mandi saat di rasa tubuhnya mulai menggigil. Membersihkan dulu tubuhnya, setelah itu baru mengepel dapur yang basah. Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]KAIRAV [Jaemin Ver.]
Fiksi PenggemarYang ia tau, impian itu adalah mimpi yang tak pernah tertidur. "Afnan yang dari awal emang salah udah lahir. Harusnya Afnan ga lahir, kan yah? Harusnya waktu itu bunda gugurin Afnan, bukan malah mertahanin Afnan dan ngorbanin nyawa bunda buat anak...