Aku pikir seluruh dunia berhenti dan hanya saat-saat bahagia saja yang melewatiku.
Aku berdiri di ujung, di tempat dimana aku pikir aku sudah tidak punya lagi harapan.
Ku satukan kedua tanganku, dan mulai berdoa pada Tuhan. (Love again).
.
.
💚Pagi ini setelah menunaikan sholat Ied-nya, di hari kemenangan seluruh umat muslim di dunia, dengan gema takbir yang semakin keras berkumandang, Raihan di perbolehkan masuk ke dalam ruangan si bungsu. Menggunakan pakaian khusus dengsn ke-sterilan yang sangat.
"Afnan—" tangannya bergetar menyentuh wajah pucat itu, menahan dengan segala kuasanya agar tangisnya tak meledak.
"..dek—" netra kembarnya begitu rapat tertutup, dengan ventilator yang terpasang di mulutnya dan menancap di tenggorokannya. Tangis Raihan tak terkendali.
"Sakit, dek? Sakit banget, iya?" lirihannya terdengar menyayat, dan Arka yang melihatnya di balik kaca besar itu tak kuasa menahan tangisnya.
Raihan, sang ayah terlihat berjuta kali lebih menyedihkan. Terlihat begitu terluka dan— begitu kacau.
Keras ia memukul dadanya yang menyesak, wajahnya sepenuhnya basah saat air mata bahkan enggan untuk berhenti.
"—sakit banget sampe kamu gak bisa buka mata kamu, iya?"
Tak ada jawab selain suara stabil di dalam monitor kecil di samping bangsalnya "—udah lebaran, kamu malah tidur terus. Katanya mau ziarah bareng ayah ke makam bunda, hm?" Pelan ia mengusap surai legam itu, surai yang bahkan hari demi hari terlihat semakin menipis.
"—ayo marahin ayah, ayah jarang makan sekarang, banyak nangis nya juga, kamu ga suka, kan liat ayah nangis? Ayah nangis terus sekarang, ayo marahin ayah, boleh pukul ayah juga, ayah gapapa. Ayah ga akan marah." suaranya bergetar penuh lara, hatinya kian menyesak saat hanya suara monitor saja yang terdengar.
"—ayah suka kamu marahin, lebih suka daripada kamu diem aja kayak sekarang." dengan hidmat Raihan membingkai wajah pucatnya, dan dengan penuh kasih ia mengingat dengan harus bagaimana wajah lugu itu terlelap.
"—sholehnya ayah, kamu denger ayah? Kalau kamu denger ayah, ayah cuman mau bilang— pulang, dek. Ayah kangen." penuh sayang Raihan mencium punggung tangannya, dan penuh luka juga ia melirih lara.
Gema takbir semakin lantang berkumandang, terasa hangat. Suasananys benar-benar menghangatkan jiwa Raihan. Ada rasa tenang tersendiri saat ia untuk pertama kalinya dalam hidup Afnan, merayakan idul fitri bersama.
"Ayah gak akan ninggalin kamu sendirian lagi sekarang. Jadi, ayo pulang dek. Jangan lama-lama ketemu bundanya, ada ayah sama Kak Arka yang nunggu kamu disini."
Aku pikir seluruh dunia berhenti dan hanya saat-saat bahagia saja yang melewatiku.
Aku berdiri di ujung, di tempat dimana aku pikir aku sudah tidak punya lagi harapan.
Ku satukan kedua tanganku, dan mulai berdoa pada Tuhan. (Love again)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]KAIRAV [Jaemin Ver.]
FanfictionYang ia tau, impian itu adalah mimpi yang tak pernah tertidur. "Afnan yang dari awal emang salah udah lahir. Harusnya Afnan ga lahir, kan yah? Harusnya waktu itu bunda gugurin Afnan, bukan malah mertahanin Afnan dan ngorbanin nyawa bunda buat anak...