Tiba di rumah, rasa penasaran terus menyerang ku. Apa sebenarnya yang mereka siapkan. Karena sepanjang perjalanan tadi Rega dan Hanzel tak henti membicarakan tentang ribetnya mereka mempersiapkan semua ini.
Masuk ke rumah, sepi tidak ada apapun. Jadi, apa kejutannya. Ah sepertinya mereka ngerjain aku deh.
Sampai langkahku terhenti di depan pintu kamarku. Tingkah mereka berdua semakin aneh. Aku membuka pintu dan tiba-tiba balon-balon berbentuk hati bertebaran di kamarku.
Banyak bunga buatan dari kertas juga mendominasi dan di dekor sedemikian rupa, cantik serta tulisan 'Wellcome Home My
sweety Liana, lots love for you don't hesitate to walk with me'Sok nginggris tapi sweet ... lagi ada yang meleleh di hatiku. Aku bahagia mendapatkan semua ini, perlakuan manis ini.
"Oke ,tuan putri selamat datang di rumah," seru Hanzel.
"Ada satu kejutan lagi buat kamu," ucap Rega seraya menggandeng tanganku.
Di atas tempat tidurku, aku melihat ada sepasang boneka Teddy bear, lucu dan sangat menggemaskan. Disampingnya juga ada beberapa buku dan novel.
Rega mengambil boneka itu, dan menyerahkannya padaku.
"Maaf, cuma ini yang bisa aku kasih ke kamu. Peluk dia saat kamu kangen sama aku. Pasti aku juga akan merasakan hangatnya dekapan kamu."
Ku pukul lengan Rega pelan, "Gombalmu bang, mana ada boneka yang aku peluk kamu yang rasain kehangatan. Ngarang."
"Ya elah, iyain aja napa?"
"Nah saudara gue tersayang, nih ada beberapa buku yang harus Lo baca karena Lo ketinggalan banyak pelajaran. Terus novel itu bisa lo baca kalau Lo lagi galau." kali ini Hanzel yang memberikan hadiahnya untukku.
"Makasih brother,kamu emang saudara terbaik,"
Getar di saku Hanzel, membuat ia menjauh dariku dan juga Rega. Kini tatapanku bertemu dengannya, detak jantungku masih sama akan berdentam lebih keras saat melihat wajahnya.
Rega memperlihatkan senyum manisnya, yang selalu membuat aku salah tingkah.
"Na, maafin aku ya,"
Dahiku mengernyit, "Minta maaf untuk apa Ga?"
"Untuk semua yang sudah terjadi, aku tahu aku salah, aku nggak pantas dapat maaf dari kamu,"
Aku mendekat ke arahnya," Ga, udah ya, semua udah terjadi, aku maafin kamu kok, aku tahu ini semua sudah jadi bagian takdir yang harus kita lalui. Sekarang tinggal bagaimana aku dan kamu menjalani hidup ini selanjutnya."
"Apa kita masih bisa bersama lagi?"
Belum juga aku jawab, Hanzel kembali datang ke kamar.
"Eh, gue cabut dulu ya, ada urusan penting banget, inget kalian cuma berdua Jan macem-macem. Na, kalau Rega macem-macem telepon gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LIANA [Completed]
General FictionMenjadi bagian dari keluarga yang tak lagi sempurna. Menyaksikan bagaimana ayah dan ibunya berpisah. Meninggalkan bekas luka yang mendalam, bayangan akan pertengkaran dan kepergian ibunya selau menghantui Liana. Hidup berdua dengan ayahnya tak lanta...