22❤️Terungkap❤️

55 9 23
                                    

Satu persatu rahasia yang tersimpan mulai terungkapkan. Aku menyadari perjalanan hidup ibu lebih sulit dari yang aku bayangkan.

"Lalu hubungan ibu dengan ayah Rega apa?"

"Dia hanya sebatas tangan kanan ibu,"

"Apa? Maksudnya? Tapi kata Rega ibu adalah orang yang telah merebut kebahagiaan keluarga mereka."

"Reza memanfaatkan ibu untuk keserakahannya, ibu sudah terlanjur menikah secara agama dengannya. Enam bulan sejak kepergian ibu, ayahmu menerima surat gugatan cerai dari ibu. Di situ juga tertulis, kalau ayah kamu tidak bisa memberi kamu kehidupan yang layak, maka ibu akan mengambilmu."

"Semua memang karena keegoisan ibu Na, hingga akhirnya semua menjadi serumit ini."

"Lalu,"

"Mengetahui kebusukan Reza,ibu berusaha kabur, selain itu ibu dijadikan istri kedua oleh Reza, sedangkan istri pertamanya adalah Sesil mama baru kamu,"

"Ya Tuhan ... kenapa dunia begitu sempit, aku ,masa laluku dan masa sekarang saling berhubungan. Lalu ayah Rega, ibu juga menikah dengannya?"

"Saat ibu berusaha kabur, Ardan-ayah Rega yang menolong ibu. Semua memang serba kebetulan. Dia menolong ibu saat ibu hendak tertabrak, saat ibu tak punya tujuan dan dalam keadaan kepayahan."

"Namun, justru itu membuat petaka bagi rumah tangganya. Ibu dari Bu Yasmin dari awal tidak menyukai ibu. Berbagai cara ia lakukan agar ibu keluar dari rumah itu."

"Sampai pada peristiwa malam itu, dimana ibu difitnah telah melakukan hal sekeji itu. Ibu kembali terusir. Tapi ayah Rega menolong ibu lagi. Dengan sembunyi-sembunyi.
Sampai ibu bisa mendapatkan kembali apa yang menjadi hak ibu, Na, harta menjadi sumber kejahatan Reza, ia berupaya merebut semua dari ibu. Dan Mas Ardan yang membantu ibu mengatasi kekacauan ini," jelas ibu panjang lebar.

Aku kembali teringat, saat Rega menceritakan pembantu yang telah merebut ayahnya dan di nikahi siri oleh ayahnya. Serta Bu Yasmin yang harus menanggung sakit karenanya.

"Bu, Rega pernah cerita ke aku, kalau dulu ayahnya nemu pembantu di jalan, dan karena wanita itulah, ayah dan ibunya berpisah bahkan mereka nikah siri Bu, apa ibu yang dimaksud? Lalu, apa ibu tahu Bu Yasmin depresi karena hal ini?"

"Semua itu fitnah Na, kejadian sebenarnya tidak seperti itu. Nyonya Wina, ibu dari Bu Yasmin yang membuat semua jadi salah paham. Semua terjadi karena ketidak sukaan nyonya Wina pada ibu."

"Ardan begitu mencintai Yasmin, tapi hati Yasmin begitu rapuh, hingga hanya sebait saja kabar buruk dari suaminya ia mudah percaya. Hal itu yang membuat nyonya Wina mampu memisahkan keduanya. Sampai sekarang di dalam hati Ardan hanya ada Yasmin dan Rega. Dia selalu memperhatikan mereka dari jauh. Walaupun kebencian begitu nyata terpancar dari wajah Rega,putranya."

Aku terdiam. Kenapa semua jadi serumit ini. Kesalahpahaman antara Bu Yasmin dan papa Rega apakah masih bisa di bereskan? Dan aku berharap untuk bisa kembali pada Rega.

Itu seperti mimpi, yang nggak akan pernah terwujud. Rega sudah menjauh dariku. Apa lagi yang aku harapkan. Kenapa aku sulit melepaskan dia?

Menyadari kebimbanganku, ibu mengelus rambutku.

"Sayang, ada masalah, maaf kalau ibu harus menceritakan semua ini sama kamu. Ibu hanya tidak mau kamu membenci ibu. Pertemuan waktu itu begitu menyiksa ibu Na. Kamu tau semua ini hanya topeng untuk menutup luka ibu,"

"Ibu ingin semua orang segan sama ibu, makanya ibu merubah penampilan ibu seperti ini. Ibu tidak ingin terlihat lemah di mata orang-orang. Apa lagi orang yang ingin merebut semuanya dari ibu."

"Tolong jangan pernah benci ibu Na,ibu lakukan semua ini demi kamu, demi tanggung jawab ibu pada mendiang orang tua ibu."

Aku memeluk ibu, pelukan yang begitu hangat. Inilah kerinduan yang sudah lama aku rasakan. Tak lagi ku rasakan kebencian dan amarah seperti waktu itu.

"Tentang kamu dan Rega, jika memang dalam takdir Rega tertulis nama kamu, maka sejauh apapun kalian terpisah, di suatu tempat nanti pasti akan bersama kembali. Namun, jika kamu dan Rega tidak ditakdirkan bersama, maka ikhlas adalah hal yang harus kamu lakukan sekarang."

"Sayang semua sudah menjadi ketetapan yang maha kuasa, kamu tinggal menjalani nya, berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan sesulit dan sesakit apapun, kelak semua akan menjadi pembelajaran berharga di hidup kamu."

"Iya Bu, sulit dan begitu sakit. Aku masih berusaha untuk menerimanya. Berusaha berdamai dengan kenyataan yang begitu pahit ini. Walaupun itu sangat sulit untukku bisa bangkit. "

"Sabar dan perlahan sayang, semua butuh waktu."

"Em satu lagi, lusa ibu pindah ke Bali, ibu akan mengurus bisnis ibu di sana. Ardan yang akan meng-handle semua di sini. Kamu baik-baik ya sayang. Ibu pasti akan sering ngunjungin kamu."

"Sekarang peluk ibu sayang"

"Maafin Liana Bu, Liana pernah benci ibu. Liana udah kasar dan berkata nggak baik sama ibu. "

"Tidak sayang ibu bahagia karena walaupun kamu lama nggak sama ibu, tapi semua nasehat ibu masih tertanam jelas diingatan kamu. Ibu bangga sama kamu."

Aku sayang ibu, ayah dan semua orang yang menyayangiku. Sakit dan luka memang menjadi teman saat aku tumbuh dan menjadi dewasa.

Lama aku melepas kerinduan bersama ibu. Aku pikir aku takkan lagi mendapatkan momen yang indah ini. Mengingat betapa aku marah sama ibu kemaren.

Aku hanya merasa sakit melihat ibu seperti itu. Dan tanpa mendengar penjelasan beliau aku berkata kasar.

Waktu berjalan cepat, malam yang hangat kini datang menggantikan siang yang penuh dengan cerita.

Aku beranjak akan pulang ke rumah ayah, ibu ingin aku menginap bersamanya tapi,ayah menyuruhku untuk segera pulang.

Ibu bersikeras mengantarku, beliau bilang tidak mau terjadi sesuatu padaku.

Aku dan ibu keluar dari kamar hotel.
"Kamu ke depan dulu, ibu ambil mobilnya di parkiran dulu.".

"Iya Bu,"

Aku berjalan keluar menuju lobby hotel. Suasana nampak sepi. Selain karena sudah malam, tadi sempat gerimis juga. Hal ini membuat suasana makin mencekam.

Saat tengah menunggu ibu, ada dua orang sedang beradu mulut. Mereka saling dorong dan baku hantam. Mau mendekat takut. Tapi nggak mendekat  mereka nggak berhenti.

Aku maju satu langkah hendak melihat suasana yang terjadi diantara mereka. Masih bingung dengan sikap aku sendiri, udah cari satpam tapi nggak ada satu pun yang jaga di sini.

'Bantuin nggak sih?' tanyaku dalam hati. Tapi nanti kalau aku bantu terus aku yang di hajar gimana dong.

Aku hanya ingin memastikan kalau dua orang ini bukan orang yang ku kenal. Atau seenggaknya nanti aku bisa lapor polisi, aku terus mendekat, langkahku semakin dekat pada kedua orang ini.

Tapi saat aku hampir sampai pada dua orang itu, ada sesuatu yang menutup mulutku, aku hampir tidak bisa bernapas dan pandangan ku tiba-tiba menggelap.

.
.
.
.

Kira-kira Liana kenapa ya
.
.
Apa yang terjadi sama Liana setelah ini tetep ikutin kisah Liana ya..
See you next part

LUKA LIANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang