7♥Penasaran♥

49 19 0
                                    

Puas berbincang dengan temannya, Rega menghampiriku.

"Ayo balik,"

"Udah?"

"Iya udah selesai, kenapa masih betah di sini?'"

"Enggak,"

"Ya udah ayok,"

Aku cuma diam. Kesel sih sebenarnya, pingin pulang dan istirahat dengan nyaman kok rasanya susah amat. Masih diajakin muter-muter entah kemana.

"Ngapain sih kita kesini?kan kamu bisa nanti ke sininya kalau udah nganterin aku pulang,"

Langkah Rega terhenti, dan berbalik menatapku, aku seketika diam dan menyudahi omelanku.

Dari sorot matanya aku seperti tahu, kalau Rega ingin mengatakan, kamu itu bawel Liana.

Sepanjang perjalanan aku tidak bersuara,takut kalau nanti Rega akan berkata hanya sebait aja. Karena aku paling nggak bisa di abaikan.

Sampai pada rumahku. Aku turun dan mengembalikan helm.

" Makasih ya Rega," ucapku.

"Panggil Ga aja, biar sama kayak yang lain." katanya dengan melajukan motor ke rumahnya.

Aku langsung masuk menuju rumah. Rasa sakit di kepalaku hampir hilang, tapi masih sedikit nyeri. Ku sentuh keningku, sepertinya memar. Aku segera mengganti bajuku dan bermaksud mengompres lukaku.

Baru saja aku akan mendudukkan pantatku di kursi, tiba-tiba terdengar suara bu Yasmin, "Mbok ya makan dulu, kamu kan baru aja pulang."

Aku mengintip dari balik jendela. Bu yasmin menahan tangan Rega ,tapi segera di tepis perlahan olehnya.

"Ga, kamu baru pulang kok udah pergi lagi. Makan dulu yuuk," ajak Bu yasmin.

"Ma Rega udah gede, udah bisa jaga diri, jangan perlakukan aku kek bayi.  Rega ada urusan bentar. Sekarang mama masuk, nanti Rega pulang kok."

"Jangan malem-malem besok kamu sekolah, di jaga kesehatannya. Jangan sampai sakit ya," pesan Bu Yasmin lagi.

"Iya ma, aku pergi dulu. " pamit Rega dan mencium punggung tangan mamanya.

Melihat keakraban Rega dengan mamanya kesan cuek dan jutek seakan sirna.

Dia begitu hangat kalau sama mamanya, tapi kenapa menyebalkan kalau sama aku.

"Eh tapi, kata ayah jadi ibu tiri, apa Rega cuma punya ibunya, sama kayak aku yang punya ayah," gumamku.

Aku kembali teringat ibuku, bagaimana dia, apa dia masih ingat padaku, apa dia tidak rindu padaku.

"Ah otakku oleng kayaknya ... mana mungkin dia ingat sama aku, kalau ingat udah dari dulu datang, atau seenggaknya nanyain kabar. Ini sama sekali nggak ada. Udah hampir lima tahun bahkan lebih dia sama sekali nggak nengokin aku,"

"Eh kok jadi pingin nangis ya,"
Ku hembuskan napasku pelan nyesek ternyata mengingat orang yang udah lama kita rindukan.

Jujur aku rindu, rindu kehadiran ibu. Rindu bareng-bareng lagi. Melihat Bu Yasmin menghawatirkan Rega aku iri. Lama hal sesederhana itu tak kudapatkan lagi.

Aku merebahkan diri di sofa, menetralkan segala rasa yang berkecamuk di dalam dada.
Aku memang terbiasa tanpa kehadiran ibu, tapi rasa rindu ini tiba-tiba menyerangku setelah sekian lama aku tak pernah merasakannya.

Aku menutup mataku dengan kedua telapak tangan, ku pejamkan mataku. Lama perang batinku bergejolak hingga tak sadar aku tertidur.

"Na ... bangun," lamat-lamat aku mendengar ayah memanggilku. Saat ku buka mata aku melihatnya dengan wajah lelahnya dan membawa bingkisan di tangannya.

LUKA LIANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang