Perpisahan bukan akhir dari segalanya. Bisa jadi ini awal yang indah untukku dengannya. Aku tahu Rega begitu kecewa. Tapi aku ingin mengejar impianku juga.
Hari ini adalah hari kelulusan, hari penuh sejarah. Hari dimana aku dan Rega akan menjalani hari-hari terakhir kami bersama. Sekeras apapun ia mencoba membujukku untuk tetap tinggal bersamanya, aku masih belum bisa mengabulkannya.
"Kita hanya berpisah jarak Rega, kapanpun kita ingin bertemu, kita bisa kok. Bisa aku yang ke sini atau kamu yang ke sana," tuturku pada Rega.
"Tapi aku nggak bisa jagain kamu di sana, aku juga nggak tahu kan gimana pergaulan kamu di sana. Na, kamu udah buat aku jatuh cinta sedalam ini. Dan sekarang kamu mau pergi gitu aja. Kamu pikir aku nggak sakit,"
" Universitas di sini banyak kok yang bagus, kamu mau yang seperti apa. Di sini ada." kata Rega lagi.
"Ini tentang impian dan cita-cita Rega, aku juga mungkin cuma tiga tahun di sana."
"Kamu pikir berjauhan dengan kamu selama itu aku mampu, sedangkan di sini aku terbiasa sama-sama kamu."
Aku memeluk Rega, pelukan yang erat dan begitu hangat. Rumahku sepi Hanzel sedang merayakan kelulusan bersama teman-temannya.
"Maaf Rega, maafkan aku."
"Kamu tahu, kamu terbangin aku jauh ke langit dan sekarang tiba-tiba kamu bilang bakal kuliah di Jogja, apa yang kamu pikirkan Liana?kenapa kamu lakuin ini ke aku,"
Air mataku luruh mendengar Rega berkata seperti itu. Kini aku bimbang haruskah ku kejar cita-citaku atau aku harus tetap tinggal di sini.
Tiba saat hari perpisahan di sekolah, begitu banyak kesan yang mendalam. Tapi aku dan Rega sama sekali tidak larut dalam uforianya.
Kami menyadari semakin hari semakin sedikit waktu untuk kami menikmati kebersamaan ini.
Yang mengesankan dari kelulusan ini adalah kami bertiga--aku Hanzel dan Rega masuk dalam rangking sepuluh besar.
Hanzel di urutan pertama, Rega di urutan ke lima dan aku di urutan ke tujuh. Peristiwa yang sangat membanggakan. Setidaknya otakku masih bisa bekerja dengan baik ketika menyelesaikan tugas akhir.
Rega di terima di Universitas negeri yang ada di kota ini. Sedangkan Hanzel di Universitas terbaik yang ada di sini.
Aku tetap melanjutkan rencana dan cita-citaku berkuliah di Jogja.
Bukan aku nggak mau atau sudah tidak cinta lagi pada Rega.Tapi jika kelak aku berhasil, pasti orang yang pertama bangga padaku adalah dia bukan?
Aku selalu memberikan pengertian kepada Rega. Hingga ia siap melepaskan ku untuk menggapai impianku.
"Jangan lupakan aku, sering-seringlah hubungin aku. Jangan maen ama cowok lain. Kalau selingkuh kamu tau sendiri kan akibatnya."
Selalu itu yang di ucapkan Rega ketika kami bersama. Aku juga selalu berpesan padanya untuk selalu menjaga hati dan cintanya untukku.
"Jangan ada yang lain di antara kita. Karena jika kamu sampai melakukannya, aku bisa pergi tanpa harus memberi tahu kamu apa alasannya."
"Kita pasti bisa ga, anggap ini ujian cinta kita. Jika memang kita di takdirkan bersama, maka sejauh apapun aku pergi aku pasti bakalan balik ke hati kamu."
"Namun jika kita nggak bejodoh, jadikan semua kenangan manis ini sebagai hadiah yang pernah Tuhan berikan untukku dan untuk kamu."
Segala persiapan sudah di lakukan setengah dari barang-barangku sudah di paketkan ke Jogja. Di sana ada saudara ayah yang kebetulan punya usaha kost rumahan. Jadi aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LIANA [Completed]
General FictionMenjadi bagian dari keluarga yang tak lagi sempurna. Menyaksikan bagaimana ayah dan ibunya berpisah. Meninggalkan bekas luka yang mendalam, bayangan akan pertengkaran dan kepergian ibunya selau menghantui Liana. Hidup berdua dengan ayahnya tak lanta...