Hangat sinar mentari menuntunku menyambut hari. Padahal aku masih ingin melanjutkan mimpi dengan Rega.
Senyum terkembang ketika aku mengingat kembali kebersamaan kami.
Aku menunggu ayah pulang, tapi sampai malam ayah tak kunjung datang. Rega sejak pulang dari tempat yang ia sebut markas terus menemaniku.
Dia hanya pulang saat mandi, sampai-sampai makan malamnya di bawa ke rumah ini.
Ya Tuhan aku mulai gila, gila karena cintaku pada Rega. Ternyata cinta bisa sedahsyat ini. Padahal kupikir aku hanya akan melihat Rega sebatas tetangga, tapi sekarang malah jadian sama dia.
Bersiap ke sekolah, aku keluar mencari sosok ayah. Tapi kenapa sepi. Mungkin ayah nggak pulang. Jadi aku makan apa ini.
Ngambil ponsel, cari nomer ayah. Sebelum ku panggil nomornya ternyata ada beberapa pesan yang ia kirim untuk ku.
[Na, ayah keluar kota untuk beberapa hari]
[Na kamu sudah makan?]
[Na kalau mau tidur jangan lupa kunci pintu, kunci jendela. Jangan tidur malem-malem]
[Na, kok pesan ayah nggak ada yang di bales? kamu nggak papa kan?]
Masih mengetik balasan pesan dari ayah tiba-tiba ponselku berdering.
"Assalamualaikum yah,"
"Waalaikum salam, sayang kok dari kemarin chat ayah nggak ada satupun yang di bales?"
Gimana mau bales orang kemaren di temenin Rega sampai malem.
"Eh iya yah, maaf tugas Liana cukup banyak, dan mungkin pas ayah nge-chat hpnya masih aku charger yah, " kilahku.
"Kamu sudah sarapan?"
"Nih lagi buat susu, sama roti. Ayah sendiri gimana? Udah makan kan?"
"Udah sayang, baik-baik di rumah. Jangan keluyuran malem-malem. Ayah masih dua hari lagi di sini. Kalau ada apa-apa nanti minta tolong Bu yasmin ya,"
"Siap Ayah," sambungan telepon tertutup karena ayah harus melanjutkan pekerjaannya. Segera kuselesaikan ritual sarapanku. Aku bergegas ke depan. Seperti yang aku bayangkan, Rega sudah nangkring diatas motornya.
Senyum yang selalu membuat siapapun terpesona karenanya. Walau jarang ia tampakkan di depan semua orang.
"Pagi," sapanya.
"Pagi,"
"Gimana semalem tidurnya?"
"Lumayan nggak nyenyak," jawabku enteng.
"Kok bisa?"
"Abis senyum kamu nggak bisa ilang dari ingatan,"
Rega tertawa mendengar penuturan ku. "Jadi ceritanya ngegombalin aku?" tanyanya dengan muka sok manis.
Eh tapi diliat dari manapun Rega emang manis.
"Bukan gombal sih, cuma sedikit mengungkapkan rasa yang ada dan selalu tersimpan indah di dalam jiwa,"
Rega semakin terbahak. "Issh ... aseeem aku di ketawain," sungutku.
"Sini aku pakein helmnya,"
Aku mendekat dan dia memakaikan helm padaku. Dengan jarak yang makin dekat ini dia berkata," Makasiih sayang kata-katamu indah banget,"
Aku menepuk lengannya pelan, "Tapi nggak pake ketawa juga ngomongnya,"
Rega mencubit hidungku gemas.
"Belajar lagi yang banyak, biar gombalannya makin dahsyat,"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LIANA [Completed]
Ficción GeneralMenjadi bagian dari keluarga yang tak lagi sempurna. Menyaksikan bagaimana ayah dan ibunya berpisah. Meninggalkan bekas luka yang mendalam, bayangan akan pertengkaran dan kepergian ibunya selau menghantui Liana. Hidup berdua dengan ayahnya tak lanta...