4♥Tempat Baru❤️

71 27 5
                                    

Pagi ini aku disibukkan oleh kepindahan ku. Aku baru saja masuk SMK negeri yang aku idamkan di sini, tapi baru juga setahun dan aku harus ikut ayah karena nenek telah pergi.

Pergi meninggalkanku selamanya. Aku akui, banyak masalah yang aku buat demi menarik perhatian ayah, tapi satu hal yang tetap aku pertahankan. Aku ingin nilai ujian ku tetap tinggi dan aku lulus dengan baik.

Otakku memang tak tak memiliki kecerdasan di atas rata-rata, tapi aku juga harus menunjukkan bahwa aku tidak sebodoh yang mereka pikirkan.

"Na ... Sudah siap?" tanya ayah.

"Iya,"

"Na,"

"Hmm,"

"Na ...."

"Apa?"

"Na ..."

"Apasih yah, mau ngomong apa? Ngomong aja. Biasanya juga gitu, " tiba-tiba ayah memelukku, mengusap kepalaku.

"Maaf Na, maafkan ayah. Ayah bukan tidak memperdulikan mu ayah berusaha agar kamu bisa hidup layak dan tidak kekurangan seperti dulu. Ayah menitipkan kamu pada nenek karena ayah juga masih belum tahu bagaimana nasib ayah saat itu," ayah menjeda ucapannya, melonggarkan pelukannya.

"Sekarang kamu sudah dewasa, mungkin dengan kita bicara dari hati ke hati kamu akan paham apa yang ayah lakukan. Sekarang hanya ada kita. Kita berdua hanya ayah dan kamu, kamu ingat kamu pernah bilang, ayah untuk kamu dan kamu untuk ayah, ya karena itu ayah mampu bertahan sampai sekarang."

Aku masih diam. Aku ingin mendengarkan lagi kata-kata yang akan ayah ucapkan.

"Saat kamu belum mengerti dan memahami keadaan ini, ayah berusaha jika hari ini tiba kita bisa saling bicara, kamu boleh ungkapkan semua yang ada di benak kamu, yang ada di hati kamu. Mari kita saling dengar. Dengarkan penjelasan ayah, dan dengarkan keinginan kamu. Hanya itu Na, dan itu juga yang selalu nenek bilang pada ayah." tutur ayah lagi.

"Aku cuma pingin ayah punya waktu, mungkin egois jika meminta ayah selalu ada untukku. Tapi setidaknya berikan perhatianmu padaku. Apa keinginan ayah sudah terpenuhi, sampai sekarang mau mendengarkanku? atau ada keinginan lain? atau ayah berpura-pura baik padaku?"

"Na, semua butuh waktu agar kita bisa memahami keadaan ini.
Mungkin ini waktu yang tepat untuk kita bicara, agar tidak ada kesalahpahaman diantara kita. Membiarkan ini berlarut-larut hanya akan menambah jarak antara kamu dan ayah. Ayah merasa sekaranglah waktunya, karena semakin bertambah usia kamu, kamu pasti bisa memahami keadaan ini."

"Dari dulu hingga saat ini Liana cuma minta satu yah. Perhatian dari ayah. Aku hanya merasa ayah semakin menjauh tanpa peduli perasaanku. Ayah pergi tanpa mau tahu keinginanku, aku kecewa karena ayah seolah mengabaikan ku."

"Maaf sayang, dulu ayah merasa kamu masih terlalu kecil untuk memahami bagaimana ayah berjuang demi kamu, ayah takut akan kehilanganmu, atau suatu saat ibumu akan mengambil kamu dari ayah jika ayah tak mampu membuat hidupmu bahagia. Ayah masih mengukur kebahagiaanmu itu dengan materi. Ayah menganggap jika ayah tak mendapat pekerjaan yang layak, kamu akan pergi dari ayah. Jika ayah tak bisa mencukupi dan memenuhi keinginanmu suatu hari nanti dia akan mengambilmu. Ayah takut kamu pergi dari ayah."

Ayah tidak melanjutkan pembicaraannya. Aku menatap lekat wajah ayah. Sejenak mencerna semua kata-kata ayah. Mulai memahami maksud ayah. Dan menyadari keegoisanku. Usia memang berpengaruh atas emosiku. Saat aku tumbuh aku tidak menyadari bahwa kegigihan ayah mempertahankanku menyita semua perhatiannya.

Aku hanya mengikuti pemikiran ku sendiri tanpa mau mengerti bagaimana ayah berjuang demi kehidupan kami. Kehilangan nyatanya membuat ayah menjadi lebih gigih dalam mencari rezeki.

LUKA LIANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang