"TOLONG!" Kedengarannya aneh. Melengking tinggi, tapi seakan-akan tersumbat. "Tolong! Tolong!"
Bulu roma Pete Crenshaw merinding setiap kali jeritan itu memecah kesunyian. Datangnya seperti dari gedung tua yang tak terurus itu. Kemudian terhenti dengan tiba-tiba. Seperti tercekik. Dan justru semakin menyeramkan!
Remaja jangkung berambut coklat itu berlutut di balik sebatang pohon palem yang besar. Ia memberanikan diri mengintip ke arah rumah yang terletak di ujung jalan masuk yang berkerikil. Ia tadi sedang berjalan di situ bersama teman sejawatnya Jupiter Jones, ketika tiba-tiba terdengar ada yang menjerit. Keduanya cepat-cepat berlindung ke balik semak.
Di seberang tempat Pete, Jupiter juga mengintip ke arah rumah. Mereka menunggu kalau-kalau terdengar bunyi sesuatu lagi. Tapi kini rumah tua bergaya Spanyol itu yang letaknya agak di belakang kebun yang sudah merimba karena tak terawat diselubungi kesunyian lagi.
Kesunyian yang mencekam.
"Jupe!" bisik Pete. "Tadi itu laki-laki atau perempuan?" Jupiter menggelengkan kepala.
"Entah," balasnya dengan berbisik pula. "Mungkin bukan kedua-duanya." "Bukan kedua-duanya?" Pete meneguk air ludah. Yang jelas itu tadi bukan suara anak kecil. Lalu jika juga bukan laki-laki atau perempuan, kemungkinannya tinggal... Pete tidak mau membayangkan kemungkinan itu lebih jauh.
Kedua remaja itu masih tetap menunggu. Hawa musim panas di Hollywood terasa pengap dan menyesakkan. Mereka dikelilingi pohon- pohon palem, semak belukar, dan bunga-bunga yang tumbuh tanpa perawatan. Dulu kebun itu mestinya indah. Tapi karena lama terbengkalai, kini kelihatannya lebih mirip hutan. Dan gedung tempat tinggal yang terletak di belakang nampaknya juga tak terurus.
Gedung itu tempat tinggal Malcolm Fentriss, seorang aktor yang biasa memainkan karya-karya William Shakespeare, pujangga Inggris dari Abad Pertengahan. Ia juga sahabat Alfred Hitchcock, sutradara kenamaan yang telah menciptakan sekian banyak film misteri yang menegangkan syaraf. Jupiter Jones dan Pete Crenshaw datang ke situ sebagai detektif. Maksud mereka hendak menawarkan jasa pada Mr.
Fentriss, untuk menolongnya mencari seekor burung nuri piaraan aktor itu. Mr. Hitchcock bercerita pada mereka bahwa aktor itu gelisah karena burungnya hilang. Ia ingin mendapatkannya kembali.
Dan kini - tahu-tahu terdengar suara menjerit meminta tolong. Dan kedua remaja itu meringkuk di balik semak, menunggu perkembangan selanjutnya.
"Aduh, Jupe - kita ke sini kan untuk mencari nuri hilang," kata Pete. Ia bicara berbisik-bisik. "Tapi sebelum kita sempat menginjakkan kaki di rumah itu, tahu-tahu sudah ada yang menjerit-jerit minta tolong!"
"Tapi kelihatannya sekarang sudah tenang lagi," jawab kawannya yang bertubuh gempal. "Sebaiknya kita hampiri rumah itu, untuk menengok apa yang terjadi si sana."
"Aku tidak suka mendatangi rumah macam itu," kata Pete padanya, "karena kelihatannya penuh dengan kamar-kamar terkunci, yang lebih baik jangan dibuka."
"Gambaran yang sangat tepat," jawab Jupiter. "Jangan lupa menyampaikannya pada Bob, jika kita sudah kembali nanti di markas." Setelah itu Jupiter mulai menyelinap di sela-sela semak, menuju ke gedung. Ia bergerak dengan sangat hati-hati. Di seberang jalan kerikil, Pete bergerak sejajar dengan dia. Ketika jarak ke gedung tinggal sekitar dua puluh lima meter lagi, tiba-tiba Pete jatuh terjerembab.
Ada sesuatu menyambar pergelangan kakinya. Pete meronta, berusaha membebaskan diri. Tapi pergelangan kakinya tetap tidak bisa lepas. Ia tidak bisa melihat apa atau siapa yang memegangi, karena ia jatuh menelungkup.
KAMU SEDANG MEMBACA
(02) TRIO DETEKTIF : MISTERI NURI GAGAP
Science FictionBob mengalihkan perhatian mempelajari catatan-catatan yang dibuatnya tentang urusan yang sedang diselidiki saat itu. Bob memberinya judul "Misteri Nuri Gagap". Ada sesuatu yang agak terasa mengganjal perasaannya. Bukan, bukan itu! Tapi masih ada lag...