KABUT semakin merapat, sementara Lester sibuk terus menyingkirkan batu. Ia bekerja serajin anjing yang sedang menggali tulang. Berturut- turut dicampakkannya ke belakang batu-batu kecil, potongan-potongan genting, sepotong pipa, ranting patah, serta kerikil bergenggam- genggam. Beberapa di antaranya mengenai Adams, yang langsung menjerit kesakitan.
"Hati-hati dong!" serunya.
"Kurangi semangat dan tambah ketelitian, Lester," kata Mr. Huganay yang berdiri sambil memperhatikan.
Pete dan Jupiter juga cuma bisa memperhatikan, karena tangan mereka masih tetap dicengkeram oleh Adams. Perasaan mereka getir, karena
membayangkan nyaris berhasil menemukan harta itu, tapi akhirnya didului oleh seorang pencuri cerdik dari Eropa.
"Jangan sedih Nak," kata Huganay yang rupa-rupanya bisa menebak pikiran keduanya. "Bagaimana juga aku ini sudah pernah mengalahkan para penjaga museum Louvre di Paris, serta British Museum di London. Sedang kalian nyaris saja berhasil menipu aku tadi. Siasat memberangkatkan mobil tua kalian yang menyolok supaya orangku membuntutinya, sedang kalian ke sini naik truk, benar-benar gemilang." Laki-laki itu tertawa kecil, lalu menyalakan kembali api cerutunya yang padam kena kelembaban kabut yang menyelubungi tubuhnya, dan nyala korek api menerangi mukanya yang kelihatan seram seperti setan.
"Dan memang ada orangku yang memata-matai kalian. Orang itu menelepon aku untuk melaporkan bahwa Rolls-Royce berangkat dengan kalian bertiga, dan bahwa ia akan membuntuti. Tapi dua puluh menit kemudian ia menelepon lagi. Katanya ketika ia menyusul mobil itu, ternyata satu dari kalian saja yang ada di dalamnya. Rupanya kalian berhasil menipunya. Saat itu kusadari bahwa kalian lawan yang setaraf, dan aku perlu bertindak cepat."
Mr. Huganay mengepulkan asap cerutunya. Sementara itu Lester masih menggali terus.
"Tentu saja aku sudah berhasil memecahkan teka-teki bagian pertama pesan John Silver yang cerdik itu," cerita Huganay pada Pete dan Jupiter. "Tapi tempat pekuburan suram ini belum kutemukan. Karena aku terpaksa harus bertindak cepat, aku lantas menelepon biro turis. Kantor itu punya daftar tempat-tempat seperti ini untuk keperluan para turis. Dan mereka ternyata bisa mengatakan padaku, di mana ada pekuburan yang alamatnya Baker Street 222 B. Dengan segera aku kemari. Ternyata tepat pada waktunya!"
Saat itu terdengar Adams mengumpat pelan. Rupanya terkena lagi batu yang dilempar oleh Lester. Huganay berseru pada laki-laki bertubuh kekar itu.
"Coba pindah sedikit ke samping, Lester! Waktu itu Silver sudah sakit. Jadi takkan mungkin mau repot menggali dalam-dalam."
Lester menurut. Dan sesaat kemudian nampak ia merenggut sesuatu dari sebelah bawah sebongkah batu. Benda itu disodorkannya pada Huganay.
"Berhasil!" katanya. "Ini kotaknya, Mr. Huganay!"
"Ah!" kata Huganay dengan puas. Diterimanya kotak pipih yang terbuat dari logam, yang bentuknya empat persegi panjang. Tutupnya terkunci dengan sebuah gembok kecil tapi kokoh. "Ukurannya sesuai," katanya sambil menilik benda itu. "Bagus, Lester!"
"Itu dia kotak yang menurut cerita Carlos selalu disembunyikan Mr. Silver di bawah kasur tempat tidurnya," gumam Jupiter dengan nada suram pada Pete.
Sementara itu Huganay tidak tinggal diam. Ia mengeluarkan tang dari kantongnya. Dengan sekali tekan saja ia sudah berhasil membuka gembok. Tangannya merogoh ke dalam kotak.
"Kulihat sebentar saja," katanya. "Lukisan tua ini tidak boleh sampai rusak karena pengaruh kelembaban."
Tutup kotak dibuka olehnya. Saat itu juga terdengar ia berseru dengan marah. Lester segera mendekat untuk melihat apa sebabnya Huganay marah. Bahkan Adams pun tidak mau ketinggalan, ia datang sambil mendorong-dorong Pete dan Jupiter di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(02) TRIO DETEKTIF : MISTERI NURI GAGAP
Fiksi IlmiahBob mengalihkan perhatian mempelajari catatan-catatan yang dibuatnya tentang urusan yang sedang diselidiki saat itu. Bob memberinya judul "Misteri Nuri Gagap". Ada sesuatu yang agak terasa mengganjal perasaannya. Bukan, bukan itu! Tapi masih ada lag...