Jupiter menatap mereka dengan sikap yakin. Sedang Pete dan Bob sama sekali tidak bisa menduga, apa yang dimaksudkan oleh kawan yang satu itu.
"Apa maksudmu, hubungan hantu ke hantu?" tanya keduanya serempak. "Itu suatu metode untuk menghubungi sekian ribu anak laki-laki, dengan tujuan meminta informasi tanpa bicara secara langsung dengan mereka," kata Jupiter.
"Lalu apa hubungannya dengan hantu?" tanya Bob yang masih tetap bingung.
"Ah, kau ini - tentu saja bukan hantu sungguh-sungguhan," kata Jupiter. "Tapi anak-anak yang dihubungi itu kan tidak kenal dengan kita, dan kita juga tidak mengenal mereka. Maksudku sebagian besar dari anak-anak itu. Bagi kita, mereka cuma suara yang terdengar lewat telepon. Jadi cocok kan, jika mereka kita juluki hantu. Hantu katanya juga tidak kelihatan! Lagipula, julukan itu kan rasanya mengesankan."
"Betul juga katamu," kata Pete menyetujui.
"Tambahan lagi," sekarang Jupiter sudah semakin bersemangat, "apabila pemberi keterangan yang tak dikenal itu kita sebut dengan penamaan 'hantu', orang lain yang mendengar pembicaraan kita pasti akan cuma bisa melongo saja, karena tidak tahu apa maksud kita. Itu menjadi rahasia kita sendiri."
"Yah - masuk akal," kata Pete sekali lagi.
"Lalu pertimbangan terakhir," sambung Jupiter, "gagasanku ini bisa dipakai, kalau perlu untuk menghubungi anak laki-laki sampai ke pesisir timur. Sampai ke tepi Samudera Pasifik. Istilahnya lantas berubah menjadi hubungan pantai ke pantai. Tapi nama itu sudah pernah dipakai dalam salah satu siaran televisi. Jadi lebih baik pakai nama hubungan hantu ke hantu saja."
"Kan kau sendiri yang menciptakan! Jadi terserah padamu mau pakai nama yang mana," kata Pete.
"Betul," sambung Bob. "Tapi bagaimana cara kerjanya?"
"Gampang saja! Bob, berapa jumlah kawanmu yang tinggal di sekitar sini?"
"Kawan dengan siapa aku biasa bergaul, maksudmu? Begitulah, sekitar sepuluh sampai dua belas," kata Bob. "Mengapa?"
"Nanti dulu. Sekarang kau, Pete. Berapa jumlah kawanmu, yang bukan juga kawan Bob?" "Enam atau tujuh," kata Pete setelah memikir sesaat. "Untuk apa kautanyakan?"
"Nanti akan kujelaskan. Aku sendiri, ada empat atau lima kawanku yang bukan kawan kalian berdua. Nah, coba kausebutkan tanda-tanda mobil yang dipakai Mr. Claudius, Pete. Sedang kau, Bob, kaucatat keterangan Pete."
"Mobil berpintu dua, merek Ranger model sport, warna - hitam," kata Pete. "Tempat duduk beralas kulit warna merah. Bisa dibilang masih baru. Pelat nomor dan negara bagian California sini, sedang nomor serialnya berakhir dengan angka 13."
Bob mencatat data itu. Jupiter menambahkan, "Pengemudinya, yang memperkenalkan diri dengan nama Claudius, orangnya gendut dan memakai kaca mata berlensa tebal sekali. Kurasa keterangan itu sudah memadai. Sekarang kita mulai dengan hubungan yang kumaksudkan." Kedua kawannya mendekat, supaya bisa mendengar lebih jelas.
"Cara kerjanya begini," kata Jupiter melanjutkan. "Mula-mula aku menelepon lima orang kawan dan menanyakan pada mereka, apakah mereka melihat mobil Ranger berwarna hitam itu. Katakanlah mereka tidak melihatnya semua. Aku lantas meminta pada mereka agar masing- masing menelepon lima kawan lagi sambil meneruskan keterangan yang sudah kita sebutkan tadi. Lalu kelima kawan itu diminta pula untuk menelepon lima kawan selanjutnya. Begitu terus sampai kita memperoleh hasil. Setiap anak yang dihubungi, diberi tahu nomor telepon kita. Dan barang siapa bisa memberi keterangan mengenai mobil itu, diminta agar menelepon kita besok pagi pukul sepuluh untuk menyampaikannya. Nah - jelas sekarang caranya?"
"Huii!" seru Bob kagum. "Hebat, Jupe!"
"Wow!" sela Pete. "Besok pagi setiap anak laki-laki di wilayah California Selatan pasti akan sudah sibuk mencari Ranger hitam itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
(02) TRIO DETEKTIF : MISTERI NURI GAGAP
Science FictionBob mengalihkan perhatian mempelajari catatan-catatan yang dibuatnya tentang urusan yang sedang diselidiki saat itu. Bob memberinya judul "Misteri Nuri Gagap". Ada sesuatu yang agak terasa mengganjal perasaannya. Bukan, bukan itu! Tapi masih ada lag...