BAB 6 TAMU TAK TERDUGA

217 37 0
                                    

SEMENTARA mereka masih berpandang-pandangan dengan perasaan kecewa, terdengar suara bibi Jupiter memanggil-manggil. Mathilda Jones, bibinya itu, memiliki suara nyaring, sebanding dengan tubuhnya yang besar.

"Jupiter!" Terdengar suara Mrs. Jones dengan jelas. "Ini, ada yang mencari! Di mana lagi kau sekarang, Jupiter? Astaga - sejam yang lalu masih kulihat di sekitar sini. Ada seorang anak laki-laki yang ingin bertemu. Anak Meksiko!"

Mendengar kata 'anak Meksiko', ketiga remaja yang berada dalam trailer langsung teringat pada hal yang sama. Pedagang yang berjualan burung nuri, bicaranya dengan logat Meksiko!

Mereka bergegas-gegas ke Lorong Dua. Di lantai trailer ada satu bagian berbentuk bujur sangkar, yang bisa dibuka. Di bawahnya melintang sebuah pipa besi yang besar. Mereka masuk ke situ, lalu merangkak sejauh kira-kira sepuluh meter dalam pipa, sampai ke belakang terali besi. Pete yang paling depan menggeser terali itu ke samping. Ketiganya lantas merangkak keluar dari Lorong Dua. Kini mereka berada di belakang mesin cetak yang sudah usang, tapi sudah diperbaiki kembali. Dengan mesin cetak itulah Trio Detektif membuat kartu-kartu nama serta kepala surat mereka.

Mereka berada di bengkel Jupiter yang sebelah luar. Letaknya di suatu pojok kompleks tempat timbunan barang bekas. Tak ada yang bisa melihat mereka di situ, karena terlindung di balik tumpukan barang- barang tua. Di bawah atap yang tingginya hampir dua meter dari tanah, dan terpasang menempel pada sisi dalam pagar yang mengelilingi kompleks itu. Jupiter menaruh gergaji listrik, mesin bor serta peralatan lainnya. Semua berasal dari tumpukan barang rombengan yang dibeli oleh Paman Titus, dan kemudian diperbaiki sendiri oleh Jupiter.

Iklim daerah California Selatan bisa dibilang kering sepanjang tahun. Oleh karena itu mereka bisa bekerja terus di luar. Tapi kalau sekali- sekali hujan turun, ada lembaran plastik yang bisa diselubungkan untuk melindungi peralatan.

Bibi masih memanggil-manggil terus. Ketiga remaja itu mengitari beberapa tumpukan barang dan, muncul di bagian pusat tempat timbunan, dekat gerbang depan di mana kantor perusahaan itu terletak. "Bibi tadi memanggil?" tanya Jupiter. Bibinya berpaling, ketika mendengar suaranya. Di belakang wanita itu nampak seorang anak laki- laki berbangsa Meksiko. Tingginya hampir sama dengan Bob. Pakaiannya robek-robek. Ia memegang tali kendali seekor keledai kerdil, yang menarik sebuah gerobak tua beroda dua.

"Anak ini ingin bertemu denganmu, Jupiter," kata Mrs. Jones. "Hari ini kau bisa agak santai. Tentu kau senang mendengarnya. Tapi besok akan banyak pekerjaan yang harus dilakukan, karena Titus kembali dari perjalanan berbelanja."

"Baik, Bibi Mathilda," kata Jupiter.

Setelah itu bibinya masuk ke dalam kantor. Sementara itu anak Meksiko tadi jelalatan, memandang berkeliling. Setelah itu ia berpaling menatap Jupiter. Itu memang biasa, karena bentuk tubuh Jupiter yang pendek gempal memang menarik perhatian.

"Senor Jupiter?" sapa anak itu dengan sopan. "Namaku Jupiter Jones," sahut Jupiter.

"Dan aku Carlos," kata anak itu. Gaya bicaranya kentara sekali berlogat Meksiko. Beralun, nyaris seperti menyanyi. "Di mana au-to? Boleh aku melihatnya?"

"Au-to?" tanya Jupiter. Ia tidak mengerti. Tapi Pete tahu maksud anak Meksiko itu. "Ia bertanya, di mana Rolls-Royce," katanya. "Oh, Rolls- Royce! Ada di garasi," jawab Jupiter.

"Au-to emas!" kata Carlos. "Pasti sangat indah. Aku kepingin sekali melihatnya." Ia mulai nyengir. Tapi air mukanya dengan segera berubah lagi. Kelihatan takut. "Maaf, Senor Jupiter, tapi aku suka sekali pada mobil. Segala jenis mobil. Pada suatu hari nanti - kapan-kapan aku pun akan punya mobil!"

"Kau kemari untuk urusan mobil?" tanya Jupiter. Ia menoleh. Dilihatnya saat itu ada sebuah truk yang tidak begitu besar, masuk lewat gerbang

(02) TRIO DETEKTIF : MISTERI NURI GAGAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang