BOB sampai di pintu rahasia sebelah belakang kompleks tempat penimbunan barang bekas, hampir pada waktu bersamaan dengan Pete. Tapi keduanya tidak membuang-buang waktu untuk saling menyapa.
Keduanya sama-sama tahu, masing-masing tadi menerima pesan serupa. Dengan cepat mereka menuju ke kantor Trio Detektif.
Di situ Jupiter sudah menunggu sambil menghadapi setumpuk buku, peta, dan lembaran-lembaran kertas. Dan gerak-geriknya bisa diduga bahwa ada kabar baru.
"Kita harus bertindak dengan cepat," katanya pada kedua rekannya. "Karena itulah kalian kuminta datang sekarang juga"
"Kau berhasil memecahkan teka-teki itu, Jupe?" tanya Bob.
"Belum semua - tapi setidak-tidaknya bagian awalnya. Kau tadi memberikan petunjuk padaku, Bob, ketika kau menyebutkan bahwa apa pun yang dipendam di pekuburan, dijaga oleh orang mati."
"Yang mendapat gagasan itu sebetulnya ayahku," kata Bob. Tapi Jupiter sudah sibuk lagi dengan beberapa jilid buku dan lembaran-lembaran kertas, sehingga tidak mendengar kata Bob.
"Dengan petunjuk itu, aku lantas bisa melanjutkan penyelidikan," kata Jupiter. "Nah, pesan yang ditinggalkan John Silver terdiri dari tujuh bagian. Tiap-tiap bagian diajarkannya pada nuri yang berlainan. Tapi urusan burung kita lupakan saja. Cukup apabila kita sebutkan bagian pertama, bagian kedua, dan seterusnya."
"Aduh, kalau ngomong jangan suka bertele-tele," keluh Pete. "Katakan sesuatu, tapi yang jelas!"
"Bagian ketiga dari pesan itu mengatakan bahwa Mr. Silver menyembunyikan lukisan itu di salah satu pekuburan. Karenanya aku lantas menarik kesimpulan, bagian pertama dan kedua seharusnya menunjukkan di mana letak pekuburan itu."
"Seharusnya memang begitu - tapi nyatanya tidak," kata Pete lagi. "Bagian pertama berbunyi, 'Little Bo-Peep kehilangan domba dan tidak tahu ia harus dicari di mana. Hubungi Sherlock Holmes!'. Kalian merasa ada sesuatu yang aneh pada pesan itu?" "Ya - Sherlock Holmes kan sudah mati," kata Pete.
"Dia belum pernah hidup, tolol," tukas Bob. "Dia kan cuma tokoh karangan belaka. Jadi tidak mungkin bisa dihubungi."
"Itu dia jawaban yang tepat," kata Jupe. "Yang dihubungi bukan dia, tapi alamat tempat tinggalnya. Dalam kisah, disebutkan alamatnya. Dan di mana itu?" "Di London," jawab Pete. "Baker Street, London," kata Bob melengkapi.
"Sherlock Holmes menurut kisah tinggal di Baker Street," kata Jupiter lagi. "Jadi kita harus pergi ke Baker Street. Sekarang kita perhatikan bagian kedua dari pesan itu, yang merupakan kutipan ucapan Hamlet dalam sandiwara karya Shakespeare. Dalam salah satu adegan di mana Hamlet sedang bingung, ia mengucapkan 'To be or not to be, that is the
question'. Kalimat ini menjadi pemeo yang populer sekali. Tapi nuri yang disuruh mengucapkannya, diajari untuk bicara tergagap-gagap. Jadi yang disebutkan, berbunyi, 'To-to-to be, or not to-to-to be...' Burung nuri tidak gagap, kecuali kalau sengaja dilatih supaya gagap. Ini berarti perhatian harus kita tujukan pada 'to-to-to be'!"
"Dari semula aku sudah memperhatikannya," kata Pete. "Tapi hasilnya, aku malah tambah bingung."
Jupiter menuliskan sesuatu di atas secarik kertas.
"Coba lihat apa yang terjadi," katanya sambil menulis, "apabila aku menulis Baker Street, disusul dengan to-to-to be dengan cara begini." Pete dan Bob menatap tulisan Jupiter dengan mata melotot. Mereka melihat tulisan: Baker Street 222 B
"Aduilah!" desah Pete. "Itu kan alamat!"
"Alamat pekuburan?" tanya Bob. Sambil berpikir, betul juga. Angka dua memang ditulis two dalam bahasa Inggris. Tapi kalau menurut bunyinya, tulisannya 'to'. Sedang huruf B kalau ditulis menurut bunyinya pula menjadi 'be.' Logis!
Sementara itu Jupiter sibuk mengaduk-aduk di sela tumpukan buku. Kemudian disodorkannya sebuah atlas tua dari daerah California Selatan.
"Segala macam buku kuperiksa di perpustakaan yang memuat bahan- bahan keterangan," katanya. "Ternyata di daerah California Selatan terdapat beratus-ratus kota, di antaranya lebih dari satu yang ada Baker Street-nya. Tapi akhirnya kuketahui bahwa di kota Merita Valley yang letaknya sebelah selatan kota Los Angeles, ada sebuah pekuburan tua yang letaknya di pojok jalan Baker Street dan Valley. Dan alamat yang tertera di gerbang yang menuju ke bangunan yang dulunya tempat perawat pekuburan itu? Baker Street 222 B!"
"Huii!" seru Pete. "Dari mana kau mengetahuinya, Jupe?"
"Dari buku-buku ini," jawab Jupiter sambil menaruh tangannya di atas tumpukan buku. "Serta buku telepon. Aku bahkan menemukan satu brosur yang isinya mengenai pekuburan itu. Brosur itu diterbitkan untuk turis. Coba dengar apa yang dikatakan di dalamnya."
Jupiter membacakan teks brosur itu.
"Pekuburan kuno di Merita Valley termasuk yang paling tua di California. Sekarang sudah tidak dipakai lagi, dan keadaannya agak terbengkalai.
Ada rencana untuk memugarnya untuk dijadikan situs sejarah." Jupiter menutup brosur itu kembali.
"Merita Valley letaknya cuma sekitar tiga puluh mil dari tempat di mana John Silver menumpang di rumah paman si Carlos," katanya. "Dengan segala bukti ini, aku merasa yakin bahwa kita sudah berhasil menemukan tempat yang didatangi Mr. Silver untuk menyembunyikan hartanya." "Lalu bagaimana dengan pesan yang selebihnya?" tanya Bob. "Kau juga sudah berhasil memecahkannya?" "Belum," jawab Jupiter. "Yang selebihnya itu merupakan petunjuk-petunjuk di mana tempat penyembunyian itu, apabila kita sudah sampai di sana. Dan kita harus ke sana, untuk kemudian mereka-reka jawaban." "Besok pagi ya?" usul Pete. "Kita langsung ke sana besok pagi, naik mobil."
"Saat ini ada kemungkinannya Mr. Huganay juga sudah menemukan jawaban tadi," kata Jupiter. "Jadi kita tidak bisa membuang waktu lagi. Kita ke sana sekarang juga. Masih cukup waktu untuk ke sana, menemukan lukisan itu, lalu kembali lagi sebelum hari gelap. Sayangnya kita tidak bisa semua pergi ke sana. Dan kita juga tidak bisa naik Rolls- Royce."
"Lho! Kenapa?" tanya Pete tidak mengerti.
"Karena ada kemungkinan Mr. Huganay menugaskan salah seorang anak buahnya mengamat-amati gerak-gerik kita," kata Jupiter. "Dan Rolls- Royce itu kan sangat menyolok, berdasarkan pengalaman selama ini. Jadi rencanaku begini -"
Jupiter menjelaskan dengan serba singkat. Bob mau memprotes, tapi percuma saja. Akhirnya ia mengalah karena menyadari bahwa alasan Jupiter memang tepat. Jadi ketika mobil Rolls-Royce tiba di perusahaan jual-beli barang bekas, beberapa menit kemudian Trio Detektif masuk ke dalamnya dengan santai. Maksudnya supaya nampak jelas, jika memang ada musuh mengintai.
Yang menyetir lagi-lagi Fitch. Ia nyengir pada mereka, memamerkan sederet gigi berwarna kuning.
"Kalian menemukan nuri hilang lagi akhir-akhir ini?" tanya orang itu. "Ya, beberapa ekor," jawab Jupiter singkat. "Satu di antaranya dicari polisi! Nah - sekarang kita keluar. Kitari kompleks ini lewat jalan
memutar. Nanti pada saat melintas dekat pagar belakang, jalankan mobil pelan-pelan. Tapi jangan berhenti!"
Fitch melakukan tugasnya tanpa banyak bertanya lagi. Rolls-Royce meluncur ke luar gerbang, dengan ketiga remaja nampak jelas duduk di dalamnya. Tapi kemudian ketika menikung hendak memasuki jalan sebelah belakang, Pete dan Jupiter bergegas meloncat keluar.
"Tunggu kami di Markas Besar!" seru Jupiter. Kemudian menyusup lewat pintu rahasia yang dikenal dengan sandi 'Kelana Gerbang Merah', diikuti oleh Pete. Bob ditinggal sendiri dalam mobil.
"Nah, Master Andrews," kata Fitch dengan nada mengejek, "ke mana kita sekarang? Masih ada lagi nuri penjahat yang perlu dilacak jejaknya?"
"Tidak," jawab Bob. Ia menyembunyikan kekecewaannya. "Kita menyusur pesisir selama kira-kira setengah jam. Lalu menuju ke Timur, dan kembali ke sini lewat bukit. Malam ini kita melancong."
Tapi walau begitu Bob sama sekali tidak merasa senang. Ia dijadikan umpan, untuk mengelabui mata-mata Mr. Huganay yang mungkin mengintip. Sementara itu Pete dan Jupiter bisa asyik bertualang!
KAMU SEDANG MEMBACA
(02) TRIO DETEKTIF : MISTERI NURI GAGAP
Science FictionBob mengalihkan perhatian mempelajari catatan-catatan yang dibuatnya tentang urusan yang sedang diselidiki saat itu. Bob memberinya judul "Misteri Nuri Gagap". Ada sesuatu yang agak terasa mengganjal perasaannya. Bukan, bukan itu! Tapi masih ada lag...