Bob dan Pete berpaling, memandang kelima nuri yang ada dalam sangkar masing-masing. Kelima-limanya nampak lesu. Tidak kelihatan ada maksud untuk mengoceh.
Mr. Claudius meloncat bangkit. Dihampirinya burung-burung itu, lalu dia berteriak-teriak.
"Ayo bicara!" serunya. "Katakan padaku pesan yang diajarkan John Silver pada kalian! Kalian dengar tidak?! Bicara!"
Burung-burung itu semakin merunduk. Sedikit pun tak kedengaran suara mereka.
"Dia begitu terus, sejak memperoleh nuri yang pertama," kata Mrs. Claudius pada kedua remaja itu. "Kerjanya cuma berteriak-teriak saja."
"Mungkin justru karena itu mereka malah tidak mau bicara, Sir, " kata Bob. "Burung nuri gampang sekali dikagetkan oleh perubahan serta bunyi-bunyi nyaring." Mr. Claudius duduk kembali.
"Aku memang kurang sabar," keluhnya. "Tapi apa lagi yang bisa kuperbuat? Waktu semakin sempit. Aku dikejar-kejar Huganay, orang yang sangat berbahaya. Dan setiap waktu lukisan gadis penggembala itu bisa ditemukan orang lain. Aku sudah kehabisan akal."
Kini berganti Pete yang membuka mulut.
"Kami mengetahui pesan yang diajarkan Mr. Silver pada beberapa ekor dan burung-burung itu," katanya. "Tapi kami tidak memahami maknanya. Mungkin Jupiter Jones sanggup, apabila kisah Anda tadi diceritakan padanya."
"Kenapa tidak kita tuliskan saja kalimat-kalimat yang sudah kita ketahui," usul Bob. "Setelah itu kita lihat, mungkin ada yang bisa kita simpulkan."
"Usul itu baik sekali, Claude," kata Mrs. Claudius. "Dari semula sudah kukatakan, para remaja ini pasti bisa membantu, asal kau tidak lagi memperlakukan mereka sebagai musuh."
"Tapi apa yang bisa kubikin selain begitu selama ini?" keluh Mr. Claudius. "Bukti-bukti - yah, sudahlah! Aku sekarang benar-benar menyesal. Kita coba usul tadi. Kalau ternyata ada gunanya dan kita berhasil menemukan lukisan itu, aku akan memberi hadiah seribu dollar pada kalian."
"Huii!" seru Pete gembira. "Ayo kita mulai saja! Kau membawa buku notesmu, Bob?"
"Ya - ini dia." Bob mengambil buku notes serta sebatang pinsil dari kantong.
"Sebelumnya, aku masih bisa menambahkan satu fakta lagi," kata Mr. Claudius. "Dalam suratnya, John Silver tidak cuma mengatakan bahwa pesannya terdiri dari tujuh bagian, tapi juga disebutkan urut-urutannya. Dikatakannya, Little Bo-Peep diajarinya mengucapkan bagian pertama.
Billy Shakespeare bagian kedua, lalu Blackbeard bagian ketiga. Robin Hood keempat. Sherlock Holmes yang kelima. Captain Kidd bagian yang keenam, sedang Scarface bagian ketujuh."
"Itu besar gunanya," kata Bob. Sesaat ia sibuk mencatat. Kemudian ditunjukkannya apa-apa saja yang sudah ditulisnya di atas selembar kertas yang disobeknya dari buku catatan. Ia menyusun urut-urutan itu sebagai berikut: PESAN JOHN SILVER (Belum lengkap)
Little Bo-Peep (Bagian 1): Little Bo-Peep kehilangan domba dan tidak tahu ia harus dicari di mana. Hubungi Sherlock Holmes!
Billy Shakespeare (Bagian 2): To-to-to be or not to-to-to be, thatis the question.
Blackbeard (Bagian 3): Aku Blackbeard si Bajak Laut, dan hartaku kupendam di tempat orang mati menjaganya terus! Yo-ho-ho dan tuak satu botol! Robin Hood (Bagian 4): ? Sherlock Holes (Bagian 5): ?
Captain Kidd (Bagian 6): ?
Scarface (Bagian 7): Aku tak pernah memberi kesempatan adil bagi si tolol.
"Nah - empat bagian sudah kita ketahui," kata Bob kemudian pada mereka yang berkerumun untuk ikut membaca catatannya itu. "Dan - yah, kebetulan kami tahu apa pesan yang diucapkan Blackbeard." Menurut perasaannya, saat itu sebaiknya tidak dikatakan bahwa Trio Detektif berhasil memperoleh burung beo itu, yang kini ada di Markas Besar.
"Begitu pula kita semua mendengar ucapan Scarface ketika Skinny Norris tadi keluar dari rumah itu sambil menentengnya. Nah, sampai di sinilah usaha penyelidikan kita saat ini." Mr. Claudius nampak bingung. "Tapi aku tidak mengerti," keluhnya. "Bagiku, semuanya tanpa makna sama sekali!"
"Nanti dulu, Claude," kata isterinya. Mrs. Claude kelihatannya lebih gigih daripada suaminya. "Kalimat pertama, yang mengatakan Little Bo-Peep kehilangan dombanya, rupa-rupanya menyinggung lukisan itu. Itu sindiran bahwa barang itu hilang, dan kita harus menemukannya kembali."
"Ya, mungkin," kata suaminya. "Tapi aku tak mengerti apa yang dimaksudkan dengan 'hubungi Sherlock Holmes'."
"Aku juga tidak," kata Mrs. Claudius. "Tapi kita teruskan saja dulu dengan bagian kedua. Kalimat yang diucapkan Billy Shakespeare -" wanita itu menoleh pada Bob dan Pete. "Kalian tahu pasti kalimatnya betul begini? Pemiliknya yang terakhir mengatakan pada Claude, bahwa yang diucapkan Billy adalah, To be or not to be, thatis the question'. " "Mr. Fentriss saat itu mengira Mr. Claudius dari polisi," ujar Pete menjelaskan. "Karenanya ia malu mengatakan bahwa Billy bicara tergagap-gagap."
"Gagap? Aduh, nuri gagap dijadikan petunjuk! Tidak, mustahil pesannya bisa ditemukan," kata Mr. Claudius sambil berkeluh kesah.
"Kita tidak boleh menyerah!" tukas isterinya. "Bagian kedua itu memang sulit ditebak artinya. Tapi bagian ketiga, kalimat yang diucapkan Blackbeard, kemungkinannya merupakan petunjuk mengenai tempat di mana lukisan itu disembunyikan."
"Di tempat orang mati menjaganya terus," kata Mr. Claudius sambil menyeka keringat yang membasahi mukanya. "Kedengarannya seperti yang dimaksudkan suatu pulau perompak. John Silver memang menggemari cerita-cerita tentang bajak laut serta harta karun. Oleh karena itu pula ia memilih nama samaran John Silver." "Kedengarannya memang seperti pulau perompak," kata Mrs. Claudius sependapat. "Atau mungkin barang lain, yang tafsirannya juga begitu. Itu perlu kita pikirkan benar-benar."
"Tapi coba lihat bagian ketujuh, kalimat yang diucapkan Scarface," kata Mr. Claudius, lalu mengulang kalimat Scarface dalam bahasa Inggris. "Inevergive a sucker on even break. Ini peribahasa Amerika dalam bahasa pergaulan yang kasar. Artinya orang yang berkata begitu tidak mau memberi kesempatan sedikit pun pada orang lain. Yah, itu kan bisa ditafsirkan sebagai pernyataan John, bahwa ia tidak bermaksud memberi kesempatan pada kita untuk berhasil menyibakkan teka- tekinya."
"Jika ketiga kalimat yang belum diketahui bisa kita peroleh, mungkin akan menolong menemukan kejelasan," kata Mrs. Claudius. "Tanpa kalimat-kalimat itu, kurasa kita tidak bisa berbuat apa-apa." "Saya
mendapat akal, Sir, " kata Bob dengan tiba-tiba. "Akal apa?" tanya Mr. Claudius.
"Robin Hood, Sherlock Holmes, dan Captain Kidd sekarang kan sudah ada di sini. Jika kita bisa berhasil menyuruh mereka bicara, ketujuh bagian pesan itu akan kita ketahui. Dan setelah itu, mungkin Jupiter Jones bisa menarik kesimpulan daripadanya - walau kita tidak berhasil." "Tapi burung-burung itu tidak mau bicara!" seru Mr. Claudius. "Lihat saja - mana mau membuka mulut sedikit pun!"
Memang benar. Burung-burung nuri itu merunduk dalam sangkar, tanpa menunjukkan gelagat akan mengoceh.
"Senor Sanchez waktu itu membantu Mr. Silver melatih mereka bicara," kata Pete. "Burung-burung itu sudah biasa dengan dia. Sewaktu ia menjual mereka, semuanya masih bicara. Tanggung dia akan mampu membujuk mereka supaya mau bicara lagi. Dan kalau ketujuh bagian pesan John Silver sudah kita ketahui, akan kita tanyakan pada Jupiter apakah dia bisa menduga makna kalimat-kalimat itu."
"Astaga!" Mr. Claudius tersenyum, lalu mulai tertawa senang. Diambilnya carik kertas yang berisi catatan Bob, lalu dikantonginya. "Tentu saja Mr. Sanchez bisa membujuk mereka supaya mau bicara. Wah, lukisan itu pasti akan sudah ada di tangan kita, sebelum Huganay sempat kaget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(02) TRIO DETEKTIF : MISTERI NURI GAGAP
Ciencia FicciónBob mengalihkan perhatian mempelajari catatan-catatan yang dibuatnya tentang urusan yang sedang diselidiki saat itu. Bob memberinya judul "Misteri Nuri Gagap". Ada sesuatu yang agak terasa mengganjal perasaannya. Bukan, bukan itu! Tapi masih ada lag...