Duapuluh Satu

2.1K 308 16
                                    

Yuk bisa kali vote dulu yuk ~

"Minjeongie... Ayolah, aku tau Jennie belum tidur," bujuk Jisoo.

"Pulang. Kak Jennie udah tidur daritadi ih!" Winter mulai terlihat kesal dengan batunya Jisoo.

"Kak Jisoo kasih nomernya Karina deh, gimana? Boleh ya, ketemu Jennie sebentar aja..." Jisoo mulai mengeluarkan jurus mautnya.

Terbukti, jurus mautnya itu membuat Winter sedikit goyah. Bocah itu terlihat berpikir sejenak, namun sepertinya Jisoo masih gagal.

"Mmmm... Tidak tidak, lagipula aku cukup sadar diri kalau harus mendekati sepupu Kak Jisoo itu. Udah ya, pulang sana.."

Kali ini Winter sedikit mendorong Jisoo agar mau keluar pagar rumah Jennie.

Iya, saat ini Jisoo berada di rumah Jennie. Baru jam 7 malam, tidak mungkin Jennie sudah tidur. Begitu pikir Jisoo.

Setelah menyadari kesalahannya tadi, Jisoo berniat untuk mendatangi rumah Jennie dan meminta maaf. Membawa makanan untuk di makan bersama ibunya Jennie juga. Sayang sepertinya rencana ini akan gagal, dan Jennie marah padanya.

"Jadi, aku benar-benar gak boleh ketemu Jennie? Apa Jennie marah?" tanya Jisoo dengan suara yang penuh dengan penyesalan.

"Kak Jennie gak pernah marah, dia cuma kecewa. Aku baru tau Kak Chu pikunan gini," jawab Winter sebal.

"Ada sesuatu yang mendadak. Dimana rumahmu? Atau adakah tempat yang enak untuk makan ayam-ayam ini? Sayang sudah dibeli, ayok makan sama kamu aja. Sekalian Kak Jisoo jelasin ke kamu, biar kamu yang kasih tau kak Jennie. Gimana?" Jisoo mencoba menawar, setidaknya Jennie harus tau kejadiannya.

Walaupun memang salah Jisoo juga yang lupa dan ketiduran karena kelelahan menjaga Mina semalaman.

Winter terlihat berpikir sejenak. Kemudian ternyata dia menyetujuinya. "Oke, ke rumahku saja. Ayahku juga belum pulang," Winter lantas menutup pintu rumah Jennie rapat-rapat dan menarik tangan Jisoo untuk keluar dari rumah itu. 

Winter tidak bodoh, siapa juga mau menyianyiakan makan malam enak gratis kan? Hahaha. Tapi, alasan dia mau diajak makan oleh Jisoo sebenarnya karena cuma itu cara paling ampuh supaya Jisoo mau pergi dari rumah Jennie.

Dari dalam rumah, Jennie mengintip dua manusia absurd itu pergi dari rumahnya. Jennie juga mendengar ajakan Jisoo tadi pada Winter. 

"Jennie-yaa... Kenapa tidak disuruh masuk aja Jisoo nya?" tanya ibunya yang sedari tadi melihat pergerakan aneh dari Jennie dan juga Winter.

"Biar aja, Ma.. Jennie gak mau ketemu dia dulu," jawabnya sedih. 

"Ada masalah dengan Jisoo? Setau mama kemarin kalian baik-baik saja.. Kok hari ini malah kayak gini?" tanya ibunya penasaran.

Jennie kemudian menceritakan apa yang terjadi. 

"Jennie-ya.... Nak Jisoo kan mungkin ada yang dilakukan, mungkin lebih penting.." kata-kata ibunya Jennie sesungguhnya membuat Jennie makin sedih.

Benar, ada yang lebih penting daripada sekedar menjemput Jennie. Begitu pikirnya.

Air muka Jennie berubah, dan ibunya menyadari hal itu. "Loh, ada apa sayang? Kenapa kamu terlihat bersedih?" tanya ibunya sambil mengusap kepala Jennie.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, jujur Jennie goyah. Pertahanannya sedari siang akhirnya runtuh juga.

Jennie menceritakan semuanya. Bercerita pada ibunya tentang apa yang dia rasakan selama ini kepada Jisoo.

Ini kali pertamanya Jennie menceritakan masalah hatinya kepada ibunya itu. Mendengar cerita Jennie, sebenarnya juga menyakitkan bagi ibunya. Bagaimana isu sosial mereka membuat Jennie jadi tidak percaya diri untuk mengejar cintanya.

Sorry Seems To Be The Hardest Word | JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang