"Hai.. Nyokap udah siap pulang?" tanya Jisoo pada gadis yang ia lihat ketika memasuki rumah sakit.
Orang yang disapa pun otomatis menengok siapa yang menegurnya, walaupun dia sudah hafal siapa pemilik suara berat itu.
"Iya, ini gue lagi minta surat buat check up nyokap besok-besok," jawab Jennie.
"Oh, oke," jawab Jisoo singkat.
Jennie yang mendengar jawaban tersebut melihat muka Jisoo sebentar, mengamati si pemilik bibir berbentuk hati itu. Matanya sembab, wajahnya tidak secerah biasanya.
Jennie tidak akan bertanya, biar Jisoo menceritakannya kalau dia ingin.
Setelah urusan administrasi, Jennie dan Jisoo langsung menuju kamar ibunya Jennie di rawat. Tidak ada perbincangan selama itu, keduanya nyaman dalam diam mereka.
Tapi saat sampai depan kamar rawat, Jisoo berhenti sejenak. Mengambil nafas dalam kemudian menghembuskan secara perlahan. Jennie yang melihat itu, reflek mengelus pundak Jisoo dan memberikan senyumannya.
Dia tau, Jisoo pasti tidak ingin terlihat sedih di depan ibunya Jennie.
Hal kecil, yang tanpa sadar merubah sedikit mood Jisoo saat itu.
Setelah itu Jennie masuk terlebih dahulu dan diikuti dengan Jisoo.
"Ma, ini yang mau jemput udah dateng," sapa Jennie sembari memberi tau ibunya.
"Nyeongan, tanteeee..." sapa Jisoo dengan senyum sumringah. "Cieeee yang udah boleh pulang.."
Jennie melihat itu. Bagaimana dengan pandai Jisoo bisa merubah mimik muka sedihnya sedari tadi, menjadi senyum senang saat menyapa ibunya.
Jennie tersenyum. Betapa Jisoo menepati janjinya untuk tepat waktu sampai di rumah sakit, dan bagaimana Jisoo bisa menutupi kesedihannya saat ini.
Jennie tau dari raut wajah Jisoo sebelumnya, pasti keadaan tidak baik bagi Jisoo saat ini. Namun Jennie salut, Jisoo bisa menyembunyikan itu dengan baik.
Buktinya sejak dirinya datang, ibunya tidak henti-hentinya tersenyum dan menunjukkan wajah bahagia.
Tidak jauh berselang dari kedatangan Jisoo, suster mengatakan kalau ibunya Jennie sudah boleh pulang.
"Ibu harus kontrol satu minggu sekali ya, sekalian dengan fisioterapi juga," begitu pesan suster.
Jennie dan ibunya hanya mengangguk mendapat pesan tersbut. Sedangkan Jisoo yang saat itu bertugas untuk mendorong kursi roda yang digunakan ibunya Jennie langsung berkata.
"Nanti Jisoo yang anter ya, tante." kepada ibunya Jennie, setelah itu menengok ke arah Jennie. "Kabarin gue ya, nanti gue yang anter,"
Dengan cepat ibunya Jennie menjawab. "Kami bisa naik taxi, Jisoo. Jangan merepotkan kamu,"
"Siapa yang repot, tante? Jisoo gabut tauk di rumah aja," kata Jisoo seperti menyuarakan suara hati author.
"Terima kasih, nak Jisoo," jawab ibunya Jennie sambil tersenyum lebar pada Jisoo.
"Santai tante, Jisoo banyak waktu lowong kok sekarang," kata Jisoo sambil tersenyum kecut.
Jennie tau maksudnya.
******************
Tidak berselang lama, mereka bertiga sampai di rumah Jennie.
Ini pertama kalinya Jisoo bertamu kesini. Rumah kecil dengan halaman rapih penuh bunga yang kini agak berantakan karena ditinggal empunya 2 minggu terakhir. Namun kesan berantakan karena tak terurus itu hilang ketika mereka memasuki rumah kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Seems To Be The Hardest Word | JENSOO
Fiksi Penggemar1 kata, Seribu Makna, berjuta sesal. Maaf.