Baekhyun terlihat duduk di lantai dan memeluk kedua kakinya. Punggungnya ia sandarkan ke tempat tidur, tatapannya terlihat kosong, dan keduanya tampak membengkak. Gadis itu tidak mendapati Chanyeol di mana pun, bahkan ponsel pria itu tidak bisa dihubungi, semua panggilan dialihkan, dan tidak ada satu pun pesan yang terbaca oleh pria itu.
"Dia sudah pergi" Baekhyun lirih, wajahnya ia topangkan di atas kedua lututnya. Gadis itu terlihat menyedihkan.
Ia mengabaikan semua panggilan masuk, bahkan dari orang tuanya. Baekhyun tidak tahu apa yang akan ia lakukan. Ia memakai hoodie berwarna pink milik Chanyeol yang tentu saja kebesaran di tubuh kecilnya.
"Ia pergi dan meninggalkan semua miliknya seakan ia akan kembali" suara gadis itu terdengar parau, tangis Baekhyun kembali pecah, bahkan ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
Baekhyun berlari seketika saat mendengar seseorang menekan pass code pintu apartemennya. Ia berhenti di ambang pintu saat mendapati orang lain yang datang.
"Noona ada apa denganmu?" Sehun yang melihat keadaan kakak perempuannya yang begitu berantakan.
"Sehun-ah" Baekhyun menghambur ke dalam pelukan adik laki-lakinya.
Sehun hanya bisa diam, ia tidak mengerti situasi yang terjadi saat ini. Tapi Sehun bisa merasakan bahu kakak perempuannya bergetar, dan ia mendengar isakan yang tertahan dari Baekhyun. Sehun hanya diam memeluk Baekhyun untuk membuat kakak perempuannya tenang dan mencurahkan semua emosinya saat ini, ia mengerti jika keadaan Baekhyun tidak baik-baik saja.
"Kita pulang, Eomma merindukanmu Noona"
Sehun datang malam ini bukan untuk menemui Chanyeol, ia dipaksa datang oleh ibu mereka dan menjemput Baekhyun. Ibunya mengatakan jika ia merindukan putrinya. Entahlah, mungkin itu hanya firasat seorang ibu pada anaknya.
.
.
.
Chanyeol pergi tanpa membawa apa pun kecuali beberapa dokumen identitas palsunya, juga satu lembar pas foto yang ia temukan di laci kamar Baekhyun beberapa hari lalu. Entahlah, ia hanya membayangkan jika suatu hari ia bisa menempelkan foto itu berdampingan dengan fotonya, apa itu mungkin?
Chanyeol tidak berharap banyak, ia hanya akan berusaha melepas segala tuduhan yang dilayangkan padanya, walaupun mungkin itu mustahil, tapi ia harus tetap melakukan apa pun yang ia bisa. Pada awalnya ia tidak terlalu peduli, tapi beberapa bulan ini, ia kembali terpacu untuk bisa bertahan dan terlepas dari semua masalah.
"Mimpimu terlalu jauh" Chanyeol membuang puntung rokok yang ia hisap. Ia bersungguh-sungguh saat mengatakan pada Sehun jika ia akan menikahi Baekhyun, tapi ia hanya pesakitan yang menjadi buruan detektif.
Pria itu mengembalikan tiket yang Siwon berikan. Ia bernegosiasi dengan pria bermarga Choi itu agar melakukan penerbangan dengan pesawat yang lebih privat. Bagaimanapun penerbangan biasa sangat berisiko bagi Chanyeol.
Chanyeol menunggu pesawat yang akan menjemputnya dan menerbangkannya ke Macau. Ia bersumpah akan membunuh TOP yang sudah menyeret namanya dalam kasus yang seharusnya ia sendiri bisa menghindar agar perbuatannya tidak ter-endus oleh pihak berwajib.
Hingga pesawat datang, Chanyeol masih memutar otak untuk apa yang akan ia lakukan. Beberapa orang kepercayaan Siwon ikut bersamanya terbang ke Macau untuk membantu pria itu.
"Apa sesuatu mengganggumu Tuan?" Seorang laki-laki yang terlihat jauh lebih muda dari Chanyeol.
"Apa Tuan Choi bisa dipercaya?"
Laki-laki muda itu hanya terkekeh saat mendengar pertanyaan yang Chanyeol katakan.
"Tuan Choi memang sedikit aneh, tapi ia percaya pada Anda Tuan Phoenix"
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity
FanfictionWarning 21+ Jika harus memilih, Baekhyun akan memilih hidup tenang dengan kegagalannya menjadi seorang reporter yang mempunyai rekam jejak kegagalan. Setidaknya ia bisa mencari pekerjaan baru yang mungkin akan membuatnya lebih sukses. Tapi ia terlan...