(3 Chapter akhir)
Baekhyun masih duduk di dalam ruang Interogasi. Gadis itu dibiarkan sendirian sejak beberapa jam lalu. Baekhyun tidak melakukan apapun, gadis itu hanya duduk diam dengan pandangan kosong.
"Aku penasaran dengan wajah Theodore" seorang Detektif yang mengamati Baekhyun dari ruangan yang ada di samping ruang interogasi.
Mereka bisa melihat ke dalam ruangan melalui cermin dua arah.
"Dia penjahat" Dong Hae yang juga ada di ruangan itu.
"Gadis itu seperti orang yang dicampakkan" seorang Detektif wanita yang baru saja masuk ke ruangan itu.
"Ia diam seperti itu sejak aku meninggalkannya sendirian" Donghae melihat Baekhyun yang tampak menyeka air mata.
"Kita akan menahannya sampai kapan?" Detektif wanita itu menyandarkan punggungnya di dinding.
"Sampai waktu interogasi selesai"
Detekif wanita itu keluar begitu saja setelah mendengar jawaban dari seniornya.
"Ya! Rusa liar!" Dong Hae berteriak karena rekannya itu membanting pintu.
Mereka masih membiarkan Baekhyun sendirian di ruang interogasi. Sesuai ketentuan, Baekhyun akan berada di kantor polisi selama 24 jam. Statusnya saat ini masih menjadi saksi, walaupun secara teknis, Baekyun tidak terlibat dengan kejahatan, tapi gadis itu bersinggungan langsung dengan Theo, bahkan gadis itu memberinya tempat tinggal tanpa tahu apapun.
Baekhyun hanya melamun, bahkan saat seorang detektif wanita memasuki ruanganpun, ia tidak menyadarinya.
"Makanlah" detektif wanita itu memberikan satu kantung makanan yang diletakkan di atas meja "...mereka tidak memberimu makan sejak pagi bukan?"
Baekhyun mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang mengantarkan makanan. Detektif wanita itu tersenyum ramah padanya.
"Apa kau punya Teh melati?" Baekhyun tidak bermaksud kurang ajar.
Tapi saat ini pikirannya sangat kacau, ia butuh sesuatu yang bisa membuatnya tenang.
Detektif wanita itu hanya mengangguk dan keluar ruangan setelahnya, dan masuk kembali tak lama kemudian. Selagi Baekhyun meminum teh yang diberikan dan berkali-kali menghirup aromanya, detektif wanita itu hanya menatap Baekhyun dan menelisik penampilan gadis itu.
Baekhyun diam sejenak dan meletakkan cangkir yang ia pegang, tapi tak lama kemudian gadis itu mulai terisak, ia menangis tanpa memperdulikan apapun.
"Namaku Xiou Luhan" detektif wanita itu bingung apa yang harus ia lakukan selain meyebutkan namanya.
"Apa kita bisa melanjutkan interogasi ini?" Luhan sedikit ragu saat melihat waah Baekhyun.
Tapi ia harus tetap melakukannya, mereka tidak punya banyak waktu untuk bersantai dan menebar belas kasihan. Mereka harus mendapatkan informasi yang valid, mengingat mereka terus didesak untuk menyelesaikan kasus ini, karena mereka tidak mendapatkan banyak bukti dan keterangan sejak beberapa bulan.
Baekhyun hanya mengangguk untuk menjawab Luhan.
"Baekhyun-sshi, sebelumnya kau mengatakan jika ada kejahatan kedua" Luhan menegaskan keterangan Baekhyun sebelumnya "...apa makaudmu dengan pernyataan itu?"
"Aku yakin jika Theodore dijebak atau mungkin difitnah dalam kasus ini, dan aku yakin jika dokumen yang berisi bukti itu palsu" Baekhyun dengan nada datar.
"Kau seyakin itu?" Luhan melihat wajah Baekhyun yang sudah basah dengan air mata.
"Aku yakin dia dijebak, aku yakin dia tidak bersalah, aku mohon percayalah padaku" Baekhyun terdengar putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity
FanfictionWarning 21+ Jika harus memilih, Baekhyun akan memilih hidup tenang dengan kegagalannya menjadi seorang reporter yang mempunyai rekam jejak kegagalan. Setidaknya ia bisa mencari pekerjaan baru yang mungkin akan membuatnya lebih sukses. Tapi ia terlan...