0.0

8.2K 505 24
                                    

SUARA, dering ponsel yang nampak tergeletak di atas ranjang itu tersamarkan oleh air Shower di kamar mandi. Dapat terlihat dari balik tirai itu tubuh telanjang seorang gadis muda yang tengah memejamkan mata sambil mendongak menikmati air shower yang membasahi wajahnya. Sementara tangannya dengan aktif menjelajah. membelai dan menyabuni setiap inci tubuhnya dengan lembut. Berharap setelah ini kulit tubuhnya bisa lebih halus juga putih layaknya susu. Ia memang begitu merawat kecantikan dirinya karena tubuhnya adalah asetnya untuk mencari makan.

Kemudian setelah membilas habis busa di tubuhnya gadis itu pun meraih handuk dan melilitkannya lantas berjalan keluar kamar mandi.
Temukan suara ponselnya yang ternyata berdering.

Gadis itu pun segera meraihnya. Senang ketika melihat nama ibunya yang tertera disana. Ia menjatuhkan bokongnya di pinggiran kasur lantas mengangkatnya.

"Hallo ibu? Kenapa menelfon? "

"Jennie kim... Apa kabar? Ibu sangat merindukanmu. Kau baik-baik saja kan disana? Kapan kau pulang? "

"Aku baik-baik saja bu disini. Ibu dan ayah tahu kan seoul adalah kota impianku sejak lama. Aku sudah mendapatkan pekerjaan yang sulit ku tinggalkan sekarang. Nanti kalau sudah cuti liburan aku pasti akan pulang bu. Ibu tenang saja. "

Setelahnya, terdengar suara lirihan kecil di seberang sana.

"Baiklah, Maaf jika ibu terlalu berlebihan. Ibu cuma takut kau sendirian disana. Kau baru delapan belas tahun. Sejak kau pergi ke seoul ibu selalu merasa khawatir. "

Sang gadis yang di panggil jennie kim itu terdiam. Mendengarnya membuat rasa penyesalan langsung menyusup ke dalam dadanya. Seperti dosa besar. Namun ia masih berusaha untuk tersenyum. Senyum kecil yang nampak begitu menyedihkan.

"Jangan cemas bu. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku akan cari uang yang banyak disini dan segera pulang. Oh ya bu, besok lusa aku baru bisa mengirim uang kesana. Tidak apa-apa kan? "

"Ibu tidak apa-apa jika kau tidak mengirim uang jennie. Ibu dan ayah masih bisa berladang. seharusnya kau pikirkan saja biayamu sendiri disana. Menyewa apartement di seoul pastilah sangat mahal. "

"Tidak apa-apa bu. Gajiku cukup  membiayainya. Kalau Begitu aku tutup dulu ya bu. Aku harus bersiap-siap. "ucapnya ketika manik matanya melihat jarum jam di dinding. Sudah pukul lima sore.

Ibunya pun mengiyakan di seberang sana dan jennie pun mematikannya.
Menghela nafas berat. Sampai kapan dia harus berbohong seperti ini?
Meski ingin berhenti namun jennie tak bisa melakukannya. Terkadang dia merasa dirinya hina dengan mempertontonkan tarian seksual dari tubuh moleknya pada pria-pria gila haus akan seks di club tempatnya bekerja. Jijik. Mau berhenti saja.

Namun dia masihlah seorang gadis berusia delapan belas tahun. Emosinya masih suka berubah-ubah. Labil. Maka dengan semudah itu juga jennie langsung kegirangan dan mengatakan akan bekerja lebih keras lagi pada manejer yang memberikan uang lebih padanya. Karena merasa senang dan puas pada hasil kerjaan jennie. Berkat anak ini clubnya menjadi ramai.

Ya, karena uang jennie kim menjadi lupa diri. Ia menjadi kampungan dengan tak berhenti menatap uang sepuluh juta di tangannya untuk pertama kali. Dia tak menyangka bisa mendapatkan uang sebanyak ini hanya dengan menari di tempat remang-remang. Dia sangat senang bisa membeli pakaian dan makanan yang ia inginkan. Sejak dulu jennie kim sangat memimpikannya. Dia mempunyai mimpi yang besar. Ia  ingin menjadi orang-orang kaya di luaran sana. Jennie juga mau sukses.

Lama kelamaan gadis itu pun menjadi terlena. Tak peduli lagi mengenai harga diri selagi Pekerjaan kotor ini yang bisa memberinya tempat berlindung dan makan jennie kim sungguh bersyukur. Hingga sampai sekarang pekerjaan menjijikkan inilah yang ia tekuni.

WRONG WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang