#11Senja

83 51 28
                                    

Happy Reading
______________________________________

“Yahoo, kita ketemu lagi cewek galak.”
Nadine terkejut dengan kedatangan Senja yang secara tiba-tiba. Tampaknya hari itu tidak akan menjadi hari yang tenang untuknya.

“Lo! Cowok nyebelin!” Nadine mengerutkan dahi, “Ngapain lo disini?”

“Nadine?! dia siapa?” Tanya Aiden kebingungan.

“Hehe, Nadine! masa lo gak bilang sama dia kalo gue pacar lo?” ucap Senja bersandiwara.

Nadine tercengang, “Heh!? Apaan si, sembarangan lo! Aiden jangan percaya sama dia! Gue gak kenal sama dia!” Nadine menyangkal.

Dalam benaknya, Senja tertawa puas melihat tingkah Nadine . “Nadine lo tega banget sama gue.” Ucapnya lagi.

“Apaan sih lo!!” Nadine terlihat kesal.

“Tunggu tunggu!? gue gak paham, Sebenernya lo siapanya Nadine sih?” Aiden menatap Senja sinis.

Senja mendekati Aiden, “Udah gue bilang kan, Nadine itu pacar gue!” Tegasnya.

Aiden hanya bisa terdiam mendengar perkataan Senja. Menurutnya Entah benar atau salah, hal itu tidak ada hubungannya dengan dirinya. Karena antara dirinya dan Nadine tak ada
hubungan yang sepesial atau semacamnya. Walau sepertinya di lubuk hati yang terdalam ada goresan kecil yang membuatnya merasakan pedih yang teramat sangat. Hanya saja dirinya belum menyadarinya.

Tiba-tiba Senja menarik tangan Nadine, Ia menyeretnya keluar dari tempat itu, “Ayok pulang!” ucapnya.

“Apa-apaan sih! Lepasin!” Nadine memberontak, namun Senja tak memperdulikannya.

“Nadine belanjaan lo!” Aiden melambaikan tangan dari kejauhan.

“Woy lepasin!! Belanjaan gue!!!” Nadine berteriak sambil mencoba untuk kabur dari Senja, tetapi gagal.

Senja membawa Nadine ke mobilnya. “Duduk diem!” Ucapnya dingin.

Nadine tak mengerti apa maksud dan tujuan Senja memperlakukannya seperti itu.

***

Nadine mencoba membuka pintu mobil Senja, memukul-mukul jendela, bahkan berniat untuk mendobraknya. “Woy bukainn!!” Bentak Nadine.

Bukannya membukakan pintu mobilnya untuk Nadine Senja malah menambah kecepatan mobilnya. Sontak Nadine berteriak ketakutan dan terus memohon kepada Senja untuk menghentikan mobilnya.

“Woyyyy! Berhentii!” Teriak Nadine.

Senja tak menghiraukan Nadine, Ia terus menambah kecepatan mobilnya, hingga Nadine kelihatan hampir pingsan ketakutan.

Tiba-tiba Senja mengurangi kecepatan mobilnya, mungkin karena kasihan melihat Nadine yang sudah sempoyongan. “Udah bisa diem?” tanya Senja.

“Iya iya iya!” saut Nadine yang terkulai lemas di Samping Senja.

Senja menghentikan mobilnya, Nadine menghela nafas, Ia terlihat sangat lega. Senja hanya
memperhatikannya, kedua matanya tak mampu lepas dari Nadine.

“Ni anak lucu juga” Benak Senja.

“Heh apaan si liat-liat?!” Nadine menutupi tubuhnya dengan kedua tangan.

“Ge-er banget!” ketus Senja lalu keluar dari mobilnya.

Laut membentang luas dihadapan mereka, begitu menenangkan. Angin yang bertiup sepoi menambah kesejukan. Nadine mengikuti Senja dari belakang. Ia heran kenapa ada tempat sebagus itu di sebuah kota metropolitan. Dan sepertinya belum banyak yang mengetahui lokasi tempat itu.

“Kenapa lo bawa gue ke sini?” tanya Nadine membuka pembicaraan.

“Gak ada.” Jawab Senja singkat.

Nadine menghela nafas, “Maksud lo apaan ngomong kalo gue pacar lo?”

“Biar gak ada yang deketin lo.” Senja menatap laut.

“Maksudnya?” Tanya Nadine tak paham.

“Entar juga bakal ngerti.” Balas Senja.

“Dasar Aneh!” Nadine bergumam.

Senja menatap wajah Nadine, lalu Ia mengulurkan tangannya, “ Aziel Senja Francisco, panggil aja Senja.”

Nadine menoleh, matanya membalas tatapan Senja. Bukannya bermaksud lain, Nadine hanya tidak mengerti dengan tingkah laku Senja.

“Kita kan belum kenalan secara resmi.”

Nadine menjabat tangan Senja, “Nadine Felicia, panggil aja Nadine.”

Mereka terdiam sejenak, dua pasang mata itu saling bertatapan. Entah apa yang sedang terjadi di antara mereka.
Brum! Sebuah mobil berhenti didekat mobil Senja. Secepat kilat Nadine melepas tangan Senja. Mereka terkejut dan bertanya-tanya siapa orang yang berada di dalam mobil itu.

“Bukannya tu mobil punya si Evan?!” Benak Senja.

Sesosok perempuan tiba-tiba keluar dari mobil itu. “Nadinneee!!!” Teriaknya sambil berlari ke arah Nadine.

Nadine terkejut, “Aqilla?!”

Lalu Evan mengikuti Aqilla dari belakang, “Ternyata di sini” Gumamnya.

Aqilla menghampiri Nadine, kemudian Ia memeluknya seerat mungkin. “Nadine! lo dari mana aja si? Terus lo ngapain sama si cowok nyebelin! Jangan-jangan dia mau nyulik lo ya?” Aqilla menghujani Nadine dengan pertanyaan- pertanyaannya.

“Lepasin dulu, gue gak bisa napas!” Ucap Nadine terlihat kesakitan.

“Eh, hehe..” Aqilla tertawa lalu melepaskan Nadine dari pelukannya.

“Oyy maksudnya apaan nih?” Senja keheranan.

“Yang harus nanya tuh gue! Lo ngapain bawa-bawa sahabat gue?” Aqilla menyela.

Senja meraih tangan Nadine, lalu mendorongnya pelan ke arah Aqilla. “Nih gue balikin ‘S-A-H-A-B-A-T’ lo!” Ucapnya.

“Terus kok kalian bisa barengan?” Tanya Nadine pada Aqilla dan Evan.

“Hehe, tadi tadi gue ketemu dia di jalan, abis itu nebeng deh.” Saut Aqilla.

“Bener?” Senja melirik kearah Evan.

“Tau, tu cewek main nyosor aja.” Jawabnya tak perduli.

Nadine menghela nafas, karena sudah terlanjur berada di tempat itu, Nadine akhirnya memutuskan untuk menikmati pemandangan lautan yang terbentang di hadapannya. Mentari menghiasi langit sore dengan warna- nya yang indah.

“Nadine! mataharinya mau terbenam!” teriak Aqilla.

Mereka menikmati saat-saat yang indah itu bersama. Suatu hari nanti momen ini entah bisa terulang kembali atau tidak. Waktulah yang menetukan.

“Langit yang indah,seperti seseorang.” Gumam Senja.

***

Aku tak perduli tentang sosok dirimu dimata orang lain, yang ku tahu hanya sosok dirimu dimata ku.

-Senja Francisco

SENJA [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang