• Devaul •
"Apa Lau nggak bisa sembuh, Yah?" tanya Risa-Bunda Laura.
"Aku nggak tau tapi kata dokter udah nggak bisa sembuh lagi. Waktu Lau juga nggak lama lagi," kata Rehan sedih- ayah Laura.
Laura yang mendengarnya dari balik tembok cuman menunduk sambil meremas tangannya.
Saat ingin pergi, ia tidak sengaja menyengol gucci di sampingnya membuat gucci itu pecah dan menimbulkan bunyi nyaring.Rehan dan Risa menoleh. "Lau, kamu dengar semuanya?" tanya Risa panik.
Laura berjalan mendekat. "Ya, aku dengar." Laura tersenyum.
"Lau maafin ayah. Ayah udah jadi orang tua yang gagal buat kamu."
"Sttt ... Ayah ngomong apa sih? Lau udah tau ... kalo umur Lau udah nggak lama lagi," lirih Laura mengigit bibir dalamnya untuk menghalang air mata yang berdesakan keluar.
Risa berjalan mendekat kearah Laura lalu mencium puncak kepala Laura penuh sayang. Rehan pun maju, memeluk dua orang tersayangnya ini.
Laura mengurai pelukan mereka dan memundurkan langkah. "Aku ijin keluar sebentar."
Risa ingin menahan namun Rehan menggeleng.
Laura berlari. Kemana pun itu asalkan jauh dari kedua orang tuanya, ia ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk meluapkan emosinya.
"Huwaaaaaaaa!!" Laura berteriak di bawah derasnya hujan.
"Kenapa? Kenapa harus gue yang kena penyakit ini? Kenapa nggak orang lain aja, gue masih mau mengejar cita-cita gue, gue masih pengen hidup bahagia.. gue masih pengen ...." teriakan Laura semakin lama semakin lirih.
Tangis Laura pecah. Ia sedih, sangat sedih. Kenapa dari sekian banyak orang harus dia yang diberi penyakit ini? Laura ingin hidup bebas seperti anak-anak pada umumnya. Di mana mereka bisa berlari sekencang mereka bisa, tertawa puas, memakan makan dan minuman dingin, memakan makanan apapun itu tanpa ada larangan.
Laura berjalan dengan air mata yang terus mengalir. Persetan jika ia akan sakit. Laura ingin menikmati hujan ini tanpa halangan apapun. Laura merentangkan tangannya lalu berteriak sekali lagi dan duduk di trotoar.
"Gue cape," gumam Laura.
"Ayah sama Bunda juga pasti cape. Kak Lena juga benci sama gue. Apa gue harus bunuh diri? Tapi buat apa bunuh diri kalo sebentar lagi gue mati." monolog Laura di bawah hujan.
✨✨✨
"Len, cari adik kamu gih. Dia belum pulang sampe sekarang. Bunda takut sakitnya kambuh lagi," pinta Risa kepada Lena yang baru turun dari tangga.
Lena berdecak pelan. "Kenapa sih, Bund? Dikit-dikit Laura, apa-apa Laura. Aku juga butuh perhatian, Bund." kata Lena kesal.
"Tapi adik kamu penyakitan dan harus dikasih perhatian lebih," kata Risa mencoba memberi pengertian.
"Ah... tau lah kesel!"Lena memutar bola matanya malas. Matanya tak sengaja melihat Laura di depan pintu dengan kondisi basah kuyup.
"Tuh anak kesayangan Bunda pulang," Lena bersekedap dada sambil menunjuk Laura menggunakan dagunya, lalu Lena pergi menaiki tangga.
"Astaga Laura, kenapa kamu bisa basah kuyup begini!" Risa berjalan kearah Laura dengan raut khawatir yang begitu kentara diwajah nya.
"Tunggu Bunda ambilin handuk, ya, untuk kamu," Risa baru mau berbalik kebelakang tapi Lena datang dan langsung membuat handuk kearah Laura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devaul • completed
أدب المراهقينLaura memang kuat. Tapi, bukankah manusia juga memiliki sisi lemah? Begitu juga dengan Laura. Walaupun cewek itu selalu bilang jika dia baik-baik saja dan selalu menutupi semua lukanya dengan senyuman, orang-orang tidak bodoh untuk tidak tau jika ce...