15. Quarter of Moment

1.2K 235 78
                                    

Kenma sampai di rumah lama Hinata setelah 15 menit kebut-kebutan di jalan tikus kota besar. ia segera berlari masuk dan naik ke lantai 2 untuk dengan tergesa-gesa membuka gembok dan password berlapis. setelah semua password terbuka, ia segera masuk dan mendobrak pintu seraya memekik panik.


"Shōyo!!"


Orang yang dipanggilnya terkapar di atas kasur. Hinata tertidur dengan wajah pulas dan sudut mata yang memerah. Kenma berjalan mendekat untuk lebih memerhatikan dan terkejut mendapati wajahnya yang sembab dan pergelangan tangannya yang memerah.

Kenma hanya bisa memikirkan satu hal.



Ada seseorang yang datang kemari, ke rumah ini.




Kenma segera berlari keluar menuju ruang bawah tanah dan memeriksa seluruh cctv, memeriksa rekaman yang berada di sekitar luar dan dalam rumah selama sehari penuh ini. Kenma segera membentak beberapa orang suruhan untuk berjaga lebih ketat mulai malam ini dan ia memeriksa rekaman seorang diri.






Dikamar, Hinata membuka matanya yang masih agak merah dan basah. ia menyeka sudut mata dengan ujung jari dan menghela napas dengan gemetar.


"apa dia akan baik-baik saja?". gumamnya.


Hinata mencengkram selimutnya dan tidak bisa berhenti memikirkan seseorang yang langsung memenuhi pikirannya sejak 15 menit yang lalu.



Sebuah 15 menit yang takkan tergantikan, takkan terlupakan, dan menjadi memori baru untuknya.





















••• 15 menit yang lalu •••


















Hinata tak lagi mendengar suara ketukan di jendela. ia dengan panik menarik tangannya tanpa peduli lagi dengan rasa sakit dari pergelangan tangannya. ia hampir menangis karna mati penasaran tentang siapa yang berada di luar sana.

Sedangkan Kageyama yang persis berada di bawah, menatap jendela di lantai 2 itu dengan putus asa. pikirannya berkabut tentang apakah dugaannya salah atau tidak. bahkan jika ia ingin memastikan ia jelas tak bisa masuk secara sembarangan. begitu Kageyama akan berbalik, ia mendengar suara gorden yang dibuka dengan cepat.




SRAAAK!!




Kageyama terhenti untuk kemudian berbalik. tepat ia akan mendongak, ia melihat sosok pria yang terbalut pakaian serba putih menatap dengan wajah penuh keringat. napas milik pria itu terengah-engah lelah seakan ia telah berlari puluhan kilometer. namun, yang membuat Kageyama makin tak bisa berpaling adalah wajahnya.


Diatas sana, Hinata menatap sosok pria berambut donker dengan jaket biru putih dan celana hitam selutut. kakinya yang terbalut kaus kaki memperlihatkan bentuk kaki yang jenjang. tapi, belum ada sedetik sejak ia menatap wajah pria asing itu, ia sama sekali tak bisa berpaling.



Siapa dia?

Hinata meneguk ludah.




Samar-samar, ia bisa mengingat sebuah siluet. seseorang, di pinggir lapangan, menatapnya. selalu tertuju padanya, rabut biru gemerlap bagai langit malam.




".....Kageyama...". gumamnya.



Hinata mendekatkan diri pada jendela. menumpu tubuhnya dengan kedua tangan di depan kaca. untuk kemudian dia menangis disana.


Kageyama langsung membatu begitu melihat pemandangan di depannya.



Itu Hinata.

Search Truth, Find a Peace, and Our Destiny || KAGEHINA  || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang