07. Keyakinan dalam Penantian

1.5K 250 115
                                    

Hinata dilempar dengan kasar untuk masuk kedalam mobil dan pintu mobil langsung ditutup dengan keras. Hinata membetulkan posisi duduknya sebelum akhirnya kembali terdorong oleh laju mobil yang mendadak. kepalanya sedikit terkantuk kebelakang, membuatnya sedikit meringis.

Hinata menatap jendela mobil yang bahkan ditutupi penghalang. tak ada yang bisa ia tatap.



Hinata mengerjap. menatap kedua tangannya yang diikat. dalam hati ia meminta maaf sebanyak mungkin kepada Kurō dan Osamu karna keputusannya yang begitu impulsif kali ini. bagaimanapun, ia tak bisa memikirkan apapun di situasi ini selain menyerahkan diri secara suka rela. entah apa itu keyakinannya atau dia memang bodoh, berpikir begitu percaya diri bahwa Kenma takkan menyakitinya atau bahkan menyiksanya.


Tapi sepertinya, ia sempat membuat Kenma sedikit takut? padahal ia hanya mengatakan sedikit hal tentang Kageyama.



Sebenarnya, siapa yang takut siapa disini?



Hinata tak tahu.


Tapi ia merasa, mempercayai Kageyama sampai sejauh ini adalah hal yang benar.

Bahkan jika ia memikirkan Natsu yang akan terseret, ia tak perlu berpikir jika mengingat pamannya yang memiliki banyak kenalan menyeramkan. ia bahkan masih ingat salah satu kenalan pamannya, yang akan mencari sebuah sungai untuk kemudian terjun bebas disana.


Benar-benar mengerikan dan agak sinting.



Namun, dengan mengingat hal ini, Hinata sedikit tertawa.




Benar, banyak hal yang sudah ia lupakan, tapi tidak sedikit hal-hal yang sudah masuk ke dalam otaknya.


Padahal baru beberapa hari sejak ia pergi dari Miyagi, apa kabar semua orang?

Terakhir teleponnya dengan Sugawara-san, ia pasti sedang khawatir disana dengan yang lain. Hinata menyandarkan punggungnya di kursi. dari celah penutup jendela, ia bisa melihat sebersit pemandangan matahari yang mulai tenggelam.


Hinata menatap secercah matahari dari selipan itu dengan manik oranyenya yang memantulkan kembali cahaya matahari. matanya yang sedikit basah itu, seakan memunculkan percikan bintang di permukaan pupilnya akibat sinar matahari. mungkin jika dibandingkan, pantulan mata itu akan mengalahkan indahnya pemandangan sunset yang sebenarnya.





Hinata memejamkan matanya. mencoba mengingat hal menyenangkan sebelum akhirnya ia merasakan laju mobil yang melambat dan berhenti beberapa menit kemudian. persis Hinata menegakkan tubuhnya, si pengemudi mengulurkan kedua tangannya untuk kemudian menutup matanya dengan sehelai kain. Hinata tidak berontak. hanya diam dan menurut sampai ia diturunkan dari mobil dan kembali diseret untuk  pergi ke sebuah tempat.




Entah berapa lama ia berjalan, Hinata mendengar suara pintu di buka dan ia ditarik masuk. suara derap kaki yang ikut bersamanya membuat kepalanya sedikit pusing dan tak bisa berpikir banyak.



"awasi dia dan jangan sampai lepas lagi"



Hinata terpana. tak menyangka bahwa Kenma masih ada di dekatnya. penutup matanya dilepas sehingga ia bisa kembali melihat Kenma dan beberapa orang asing di depannya.


Tangan Kenma yang terulur mengusap pipi Hinata lembut. "kau terluka dan kotor. mandi dan aku akan mengobati lukamu"



"...baik". jawab Hinata.





Hinata menuruti semua katanya dan selesai beberapa menit kemudian. Hinata kini telah berganti pakaian dengan sepasang pakaian serba putih dengan baju tanpa kerah dan kancing dan celana panjang yang sedikit kebesaran. ia menatap Kenma sejenak sebelum akhirnya terkejut dengan perintahnya.



Search Truth, Find a Peace, and Our Destiny || KAGEHINA  || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang