Bagian 11 : Lupa

105 30 12
                                    

"Jangan pergi lagi, sebab pergi mu selalu menyisakan sepi."

-Alicia Maurine

🍀🍀🍀


Noullan kembali mengingat kejadian tadi sore, saat Alicianya menunjukkan tatapan dingin dan ketus. Kemudian saat ia mengecek ke kamar gadisnya, Alicianya malah tergeletak pingsan di lantai dengan keadaan pintu kamar yang setengah terbuka.

Dan sekarang saat ia bangun, Alicianya bertingkah laku seperti anak kecil dan memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Alina. Terlebih, Alice memanggil Noullan dengan sebutan Abang. Hal yang tak pernah dilakukan Alice selama mereka bersama.
Meskipun umur mereka selisih 2 tahun, tapi Alice yang ia kenal tidak pernah memanggilnya Abang, apalagi dengan binar polos seperti tadi.

"Abang.. perut Alin sakit," Gadis mungil itu merintih dan memegangi perutnya. Membuat Noullan kembali diserbu panik.

"Sakit kenapa?" Ia menyingkap selimut dan menekan-nekan perut ramping itu dengan pelan. Berharap mengurangi rasa sakitnya.

Gadis itu menggeleng dan menunjukkan ekspresi cemberutnya.
"Alin gak tau sakit kenapa. Tiba-tiba sakit aja gitu," ucapnya polos.

"Udah mendingan belum? Kamu udah makan?" Tanyanya sambil terus mengusap perut Alice.

Gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.
"Belum... Alin mau makan, Alin mau main keluar. Abang bawa Alin main, ya?" Matanya berbinar penuh harap.

Noullan semakin dibuat bingung. Ini mulai tidak masuk akal. Jika Alice hanya sekedar bercanda, maka ini mulai tidak lucu. Mengapa ia terus menyebut dirinya Alina?

"Alice berhenti manggil aku dengan sebutan Abang. Aku gak suka, ya. Dan berhenti bercanda kayak gini, aku udah nanya kamu baik-baik tapi kamu selalu jawab aku main-main."
Meski Noullan mengucapkan itu dengan nada yang biasa-biasa saja namun sukses membuat mata gadis di depannya berkaca-kaca. Bibir Alin jatuh cemberut ke bawah, memperlihatkan ekspresi paling terluka. Khas seperti anak kecil yang telah direbut es krimnya.

"Lah kok nangis sih?" Lelaki itu buru-buru membawa Alice ke dalam pelukannya. Mengusap-usap punggung kurus itu dengan sayang.

"Hikss.. Abang jangan bentak Alin, hiks... " Rengeknya manja.

"I-iya engga bentak kok, janji deh. Udah jangan nangis dong, yang. Kamu mau main keluar? Tapikan kamu masih sakit, sayang. Gimana kalau delivery aja?"

Gadis itu semakin menjadi-jadi. Ia memekik kesal dengan air mata yang berurai di pipinya.
"Huuaaaa!! Abang jahatt!!"

Astaghfirullah sabar Noullan ganteng...

Ia tak lagi mempermasalahkan sikap kekanak-kanakan Alice. Biar itu jadi urusan nanti. Yang harus ia lakukan saat ini adalah menuruti keinginan Alice sebelum Alice kembali memekik dan membuat penghuni kos yang lain salah sangka.

Bisa-bisa dikeroyok gue karena dikira ngapa-ngapain anak gadis orang.

"Ya udah iya, sayang kita keluar cari makan, yuk!" Tangannya terulur mengusap air mata yang sudah begitu berani menuruni pipi kekasihnya membuat raut wajah itu berubah ceria kembali.

For the Moon & the Night Sky [SEMI HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang