Escaping

1.1K 31 0
                                    

Seorang pria sedari tadi mondar - mandir dengan telepon di genggamannya. Sementara sekretarisnya menatap bosnya dengan sorot mata bingung. Namun dia terlalu takut menanyakan apa yang terjadi.

"Kenapa semua itu terjadi pada Walter? Kenapa dia bisa tertangkap?" tanya bos itu pada sekretarisnya. Sementara sekretarisnya hanya menggeleng tidak mengerti apa yang bosnya bicarakan.

"Tertangkap bagaimana bos? Tindakan kriminal apa yang dia lakukan?" tanya sekretarisnya yang masih memasang wajah bingung.

"Aku tidak tahu. Padahal dia adalah sekretaris kepercayaanku. Bagaimana bisa ini?" ucap bos itu sebelum mengambil mantelnya di sebelah meja kerjanya dan berjalan ke arah pintu keluar kantornya.

"Jaga kantor ini, Vian. Jangan sampai ada orang yang tidak berkepentingan masuk kesini!" perintah bos itu.

"Baik Pak Filipe," ucap Vian sambil menunduk dan kembali mengecek tablet miliknya.

Gail Filipe segera menuju ke arah mobilnya di lantai bawah. Pikirannya terus berkecamuk memikirkan salah satu sekretaris kebanggaannya. Gail kemudian segera mengecek ponselnya dan dahinya langsung berkerut.

Benicio Walter beserta istrinya, Scarlett Walter sudah kami tangkap. Segeralah kau kesini dan lihatlah nasib anak buahmu sekarang

Begitulah isi pesan yang masuk ke ponsel Gail. Membuat Gail menggigit bibir dan dengan kesal memukul dinding lift. 

"Apa yang kalian inginkan?! Sialan!" ucap Gail dengan rasa kesal yang menggebu - gebu. Gail segera menaiki mobilnya dan terus berkutat pada ponselnya. Sepertinya dia sedang mencari bantuan untuk menyelamatkan sekretarisnya.

Sementara di suatu tempat yang tersembunyi di kota, Scarlett tertidur di kursi dengan keadaan seluruh tubuhnya terikat. Menyebabkan dirinya tidak bisa bergerak atau pun berkutik.

Lalu muncul dua orang dari depan Scarlett. Salah satu menampar wajah Scarlett agar bangun. Scarlett mengerjap - erjap dan kemudian matanya terbuka lebar. Dua orang pria di hadapannya membuat dia menahan nafas.

"Siapa kalian? Kenapa kalian menculik saya?" tanya Scarlett dan malah dibalas oleh pukulan yang lebih kuat. Scarlett dengan cepat menatap kedua orang pria itu lagi.

"Scarlett!" teriak seseorang dari belakang kedua orang pria itu. Membuat Scarlett mengangkat wajah dan mencari keberadaan suara yang dia kenali itu.

"Oh lihat siapa yang sudah bangun," ucap kedua pria itu lalu berjalan ke arah belakang. Tidak salah lagi, pria yang berteriak tadi adalah Benicio. 

"Sekarang beritahu kami! Dimana surat warisan, catatan modal perusahaan, dan segala catatan penting perusahaan Filipe!?" ucap seorang dari mereka sambil menginjak paha Benicio. Sementara Benicio hanya menggigit bibir menahan sakit di pahanya.

"Apa yang kalian mau dengan semua itu?" tanya Benicio sambil melirik sedikit ke arah Scarlett. Sepertinya Scarlett tampak sedang menggerak - gerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melepaskan dirinya. 

"Kami berikan ke bos kami dan imbalannya datang kepada kami. Sepertinya anda bodoh sekali untuk mengerti," ucap seorang dari mereka lagi dan injakan di paha Benicio semakin mengeras sehingga sanggup membuat Benicio mengaduh.

"Jadi kalian membebaskan aku dan istriku hanya ketika aku menjawab?" tanya Benicio dan tepat di saat itu wajahnya dipukul keras oleh tongkat bisbol milik penculik.

Namun setelah itu, sebuah pukulan keras menimpa telak orang yang membawa tongkat bisbol. Ternyata itu dilakukan oleh Scarlett yang sudah terbebas. Lalu sisa kayu dipakai Scarlett untuk memukul orang yang menginjak paha suaminya. Kedua orang itu berhasil dibuat Scarlett tidak sadarkan diri.

"Benicio!" teriak Scarlett sambil membuka tali pengikat Benicio. Benicio hanya membalas ucapan Scarlett dengan batuk - batuk dan itu membuat Scarlett khawatir.

Setelah bebas, Benicio menarik tangan Scarlett dan menuju keluar gedung besar nan gelap itu. Mereka berdua berlari di sebuah jalan raya panjang hingga akhirnya berlari menuju ke arah kolong jembatan terdekat.

"Benicio... Berhenti," ucap Scarlett sambil mengatur nafas dan memegang perutnya. Tiba - tiba, Scarlett mengeluarkan isi perutnya. Hal itu membuat Benicio terkejut.

"Scarlett? Kamu sakit?" tanya Benicio dengan raut wajah khawatir. Scarlett segera menggeleng dan menatap Benicio dengan pucat.

"Ayo cari tempat aman,"  ucap Scarlett sambil berusaha berdiri tegak. Benicio segera memapah istrinya dan menyusuri kolong jembatan yang entah kenapa terang sekali. 

Ternyata sebuah perkampungan kecil dibangun di bawah jembatan. Beberapa pondok nampak berdiri kokoh dan beberapa orang sedang berada di luar sedang menyapa tetangganya. Bahkan beberapa sedang menyuruh masuk orang - orang yang sedang tertidur di luar dengan alas koran.

"Ini dimana Benicio?" tanya Scarlett. Benicio tidak menjawab dan segera membuka salah satu pintu gubuk yang terletak di tengah beberapa pondok. Benicio menyuruh Scarlett duduk di sebuah kasur kemudian menyalakan sebuah lentera.

"Ini rumahku dahulu ketika ibuku masih ada. Aku memutuskan agar rumah ini tidak digusur dan menerima orang - orang untuk tinggal di dalamnya. Sekarang mungkin belum ada. Jadi kamu bisa bersembunyi di sini sebentar. Aku merasa posisi kita tidak aman," ucap Benicio sambil sibuk membuat teh di pojok ruangan.

"Oh begitu...," ucap Scarlett sambil tertidur di kasur. Kepalanya sangat berat sekarang dan tubuhnya sangat lelah.

"Kamu kenapa? Kamu sakit Scarl?" tanya Benicio dan terlihat tidak senang melihat Scarlett yang tidak jujur padanya. Scarlett menghela nafas dan menatap Benicio dengan serius.

"Aku hanya tidak yakin ini waktu yang tepat," ucap Scarlett sementara Benicio tetap menatapnya dan menuntut jawaban.

"Aku hamil. Itu sebabnya aku tidak baik - baik saja sekarang," ucap Scarlett sebelum menutup mata karena takut atas reaksi Benicio. 

Namun sebuah pelukan hangat memenuhi tubuh Scarlett yang mematung. Scarlett benafas lega melihat reaksi suaminya. Tapi jantungnya berdegup kencang karena belum ada kata - kata yang keluar dari mulut suaminya.

"Jangan takut, Scarl. Ini berita yang baik. Tidak pernah seumur hidupku ini berita buruk," ucap Benicio sebelum menarik wajah Scarlett agar menatap dirinya. Dia mencium dahi istrinya dan memeluknya sekali lagi.

"Hei... Wajahmu berdarah. Biarkan aku mengobatinya oke?" ucap Scarlett dan dibalas oleh tawa khas Benicio.

Berita bahagia di saat petaka menghadang. Sebuah hal yang mereka butuhkan sekarang.

Save The Baby (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang