Scarlett membuka matanya perlahan. Dia mengambil jam weker yang ditaruh di meja sebelahnya. Sudah menunjukkan pukul setengah dua siang namun Benicio belum datang. Membuat Scarlett menjadi khawatir.
Scarlett pun bangun dan berusaha berdiri. Kepalanya masih pusing karena baru bangun. Namun dia tetap berusaha menuju ke arah luar gubuk tempat tinggalnya.
Di luar, beberapa anak - anak sedang bermain dan beberapa wanita sedang sibuk menjemur serta mengawasi anaknya. Scarlett memutuskan untuk keluar dan segera mencari udara segar. Kolong jembatan terlalu bau untuk bisa disebut udara segar.
"Scarlett Haltz!" teriak seorang wanita dari atas kolong jembatan. Suara itu sangat dikenal Scarlett. Ketika Scarlett menoleh, dia mendapati sahabatnya sedang berdiri belakangnya.
"Judie Ashton, namaku belakangku bukan Haltz lagi. Sudah berganti menjadi Walter," ucap Scarlett sambil menunjukkan cincinnya. Hal itu membuat Judie tertawa.
"Suamimu itu mengirimkan kode ke emailku. Sebagai koleganya, aku pun langsung memeriksa email itu. Astaga, isinya kode semua. Aku pun memutuskan untuk memecahkannya karena aku tahu pasti ini penting. Dan tadaaaa!! Aku menemukanmu sedang lemas dan melalang buana. Ditambah lagi, kamu lagi hamil kan?" ucap Judie panjang lebar. Scarlett hanya mengangguk mengiyakan sahabatnya.
"Ayo ke lorong jembatan. Tidak baik kamu disini. Nanti ketahuan," ucap Judie sambil mendorong Scarlett masuk ke dalam kolong jembatan. Scarlett hanya berjalan mengikuti dorongan Judie. Mereka berdua akhirnya duduk di tangga menuju rumah kecil tempat persembunyian Scarlett.
"Kapan Benicio akan kembali ya?" tanya Scarlett masih dengan raut khawatir. Judie menatap Scarlett dengan rasa kasihan dan tanpa sadar dia mengusap punggung sahabatnya.
"Kalau di saat seperti ini, akan susah mengetahui kapan dia kembali. Karena ini masalah perusahaan yang suamimu sudah abdikan sejak dahulu. Kamu harus menunggu walau tanpa kepastian," jawab Judie dan dibalas oleh anggukan Scarlett.
"Aku mau membantunya dan kamu pun pasti juga ingin. Kamu bisa meretas kan? Bagaimana jika kamu meretas alat pelacak yang kemungkinan besar ada di ponsel suamimu?" tanya Judie agar menyenangkan hati temannya. Scarlett pun tersenyum menatap Judie dan mengangguk setuju.
"Oke. Aku pinjamkan laptopku," ucap Judie namun Scarlett mendorong tangan Judie yang ingin mengeluarkan laptop.
"Emailmu bisa diretas. Lalu mereka malah tahu lokasi kita. Sangat beresiko, Judie," ucap Scarlett namun dibalas Judie dengan gelengan.
"Aku akan pergi jauh sekali, Scarl. Aku tidak akan kembali lagi kesini karena banyak hal menimpaku di kota ini. Aku akan meninggalkan semuanya termasuk identitasku. Itu sebabnya suamimu meminta bantuanku," ucap Judie dengan ekspresi sedih. Sementara dahi Scarlett berkerut tidak percaya. Ketika Judie akan mengeluarkan laptopnya, Scarlett kembali menahannya.
"Judie.... Bagaimana dengan Vian? Kamu mencintai dia bukan? Lalu aku? Judie, aku sendirian di sini. Aku tidak tahu kapan Benicio kembali dan kapan semua berakhir. Kumohon tetaplah di sini Judie. Hanya kau satu - satunya teman bisa datang kesini," ucap Scarlett dengan nada memohon. Sekali lagi, Judie menggeleng dan menatap Scarlett dengan mata berair.
"Maaf Scarlett. Tugas terakhirku adalah membantumu, Benicio, dan bayimu," ucap Judie lalu menyerahkan laptopnya pada Scarlett. Dari mata Scarlett, perlahan mengalir air bening. Dia tidak kuasa menahan segala kesedihan yang sekarang dialaminya.
Scarlett segera mengutak - atik laptop temannya itu dengan jemarinya yang gemetar. Hanya dalam lima menit, Scarlett bisa meretas petunjuk lokasi milik musuh. Lalu dia melihat titik merah sedang berjalan di pinggiran kota dan dia bisa menebak itu milik suaminya. Scarlett dengan cepat langsung memunculkan banyak titik merah dan mengacaukan lokasi Benicio agar tetap bertahan di pinggiran kota. Dengan begitu, Benicio bisa bebas bergerak tanpa perlu khawatir titik merah itu berpindah.
"Judie, aku sudah meretasnya. Terima kasih banyak telah membantu. Juga... selamat tinggal," ucap Scarlett sambil mengembalikan laptop Judie. Judie membalas Scarlett dengan senyuman lalu mengusap perut datar Scarlett.
"Katakan pada bayi kecil ini bahwa Bibi Judie menyayanginya," ucap Judie dan langsung pergi dari sana karena takut sudah ada yang melacak mereka.
Ketika sampai di rumah, Judie segera membuka ponselnya dan menghubungi koleganya yang bermasalah itu.
"Ashton! Ada apa menelepon? Rencanaku berjalan lancar bukan?" tanya suara dari seberang.
"Walter, istrimu sudah meretas pelacak mereka. Lakukan langkah selanjutnya," ucap Judie melapor. Ponsel pun langsung ditutup dan membuat Judie berdecak kesal.
"Cih! Setidaknya berterima kasih kenapa?! Katakan selamat tinggal atau apa kek?! Bagaimana Scarlett bertahan denganmu hah?! Pria berengsek!" ucap Judie dengan kesal. Dia pun segera masuk ke rumah dan memulai rencana pelariannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save The Baby (Complete)
Mystery / ThrillerBenicio Walter menghadapi bahaya besar dimana perusahaan tempat dia bekerja diancam oleh perusahaan musuh. Dimana musuh itu juga mengincar istrinya, Scarlett yang sedang mengandung buah hati mereka. Kisah kejar mengejar ini apakah berakhir bahagia?