For You

353 11 0
                                    

Benicio melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12 malam. Bulan berada di atas kepalanya dan malam menjadi sangat dingin serta sepi. Sangat menakutkan apabila sendirian di tempat seperti ini di jam sangat larut.

Benicio telah sampai di kolong jembatan. Setelah menyapa beberapa pemulung yang berjalan kesana kemari, Benicio segera mengetuk pintu rumahnya. Berharap istrinya dalam keadaan baik - baik saja.

Pintu pun terbuka dan tepat di depan Benicio terdapat Scarlett dengan rambut panjang bergelombang berwarna merah yang berantakan. Wajahnya sembab dan pucat. Bahkan mulutnya memutih seperti mayat hidup.

"Apa yang terjadi padamu?!" tanya Benicio sambil menarik Scarlett ke dalam rangkulannya. Lalu dia mendudukkan Scarlett di tempat tidurnya. Lalu dia dengan cepat mengambil air minum dan dia mengambil empat buah roti isi dari kulkas kecil di ujung ruangan.

"Aku sendirian," ucap Scarlett ketika Benicio kembali membawanya air minum dan roti isi. Dahi Benicio berkerut mendengarnya namun perlahan paham apa yang dibutuhkan istrinya sekarang. Benicio merapikan rambut Scarlett yang sedang meminum dan melahap roti isi di tangannya.

"Maaf. Aku menempatkanmu dalam bahaya. Tidak seharusnya kamu terlibat," ucap Benicio sambil sibuk merapikan lagi rambut merah Scarlett yang masih kusut. Scarlett hanya mengangguk berusaha mengerti. Sekaligus merutuki dirinya yang egois karena bayinya bisa dalam bahaya apabila dia terus seperti ini.

"Benicio, sebenarnya aku benci mengatakan ini. Namun, aku baru berada di awal bulan dan aku harus rutin melakukan pemeriksaan. Bolehkan aku ke rumah sakit? Atau mungkin klinik?" tanya Scarlett sebelum kembali melahap makanannya. Benicio menunduk tidak tahu harus menjawab apa. Dia merasa tidak bisa meminta bantuan bosnya lagi. 

Tiba - tiba, sebuah notifikasi datang dari ponsel Benicio. Tanpa pikir panjang, Benicio segera mengambil ponsel dan melihat pesan masuk itu. Benicio terbelalak karena melihat pesan yang ternyata berasal dari bosnya itu.

Aku akan mendatangkan dokter yang mengecek istrimu nanti. Tenang saja Benicio. Ditambah dokter ini juga secara sukarela memeriksa para keluarga pemulung. Kau boleh berterimakasih nanti.

Begitulah isi pesan yang sanggup membuat Benicio ternganga. Dia pun berbalik melihat istrinya yang masih melahap roti isi yang kedua dan segera berjalan menuju istrinya.

"Scarlett! Akan ada dokter yang datang untuk menanganimu dan juga memeriksa orang - orang di sini. Jangan takut lagi. Oke?" ucap Benicio sambil memeluk istrinya. Scarlett segera mengangguk sambil menyantap roti isi di tangannya.

"Scarlett, aku tidak akan selalu berada di sini. Mungkin hari ini aku pulang. Namun bisa saja aku tidak pulang selama beberapa hari. Tapi percayalah yang kulakukan ini demi kamu serta anak kita. Aku berjanji sebelum anak kita lahir, masalah ini selesai," ucap Benicio dan agak panik tidak mendengar balasan istrinya.

Benicio pun mendongakkan kepala istrinya. Masih dengan ekspresi datar dan bibir yang belepotan saus roti isi. Benicio kembali memeluk istrinya dengan jantung berdegup kencang saking khawatirnya.

"Apa yang bisa kulakukan agar kamu tersenyum lagi?" tanya Benicio dengan lembut. Sementara istrinya hanya bersembunyi di dada Benicio. Lalu menangis pelan sambil mencengkeram baju Benicio. 

"Sudah puas menangis," ucap Scarlett sambil mendongak menatap Benicio. Sementara Benicio menatap kedua mata Scarlett dengan hangat. Walau dalam keadaan berantakan, entah kenapa mata merah muda milik Scarlett tampak sangat cantik.

"Asal kamu tahu, aku tidak sabar anak kita lahir dan itu di saat semua situasi ini selesai," ucap Benicio sebelum mencium bibir Scarlett.

"Semangat calon ayah!" ucap Scarlett walau dalam keadaan lemah.


Save The Baby (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang