KING-67

1K 85 39
                                    

-Bagian enam puluh tujuh-

Aku pernah menolak seseorang yang ingin datang, demi mempertahankan kamu yang ingin pergi.

**

Hari kemarin lupakan, masih ada hari esok yang lebih indah.

Semenjak kejadian malam promnight, membuat Ara mengurung dikamar dan menjadi diam saja. Berbicara hanya seperlunya. Mengabaikan notifikasi yang terus masuk dari handphonenya. Rasanya malas idup, enggan mati.

Sudah 2 hari Hirzi berusaha tidak menemui Ara terlebih dahulu. Setiap manusia berhak mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Sebenarnya kakinya gatal untuk berjalan kerumah Ara. Hirzi sudah duga bakal kejadian seperti ini.

Drttt! Drttt!
Dering telfon Hirzi berbunyi, setelah Hirzi mengambil dan melihat nama yang menelfonnnya, ingin rasanya mematahkan handphonenya sekarang.

"Kenapa sih, Ar? Lagi galau nih gue." Kesal Hirzi dengan nada berbicara yang tinggi.

"Ternyata semenjak lulus lo jadi sadboy ya."

"Lo mau ngapain nelfon gue?" Tanya Hirzi to the point agar tidak berlama-lama mendengar suara Arya yang sangat membuat emosi naik.

"Aku kangen sama kamu sayang."

"Najis!"

Hirzi pun langsung mematikan sepihak tanpa basa-basi. Temannya ini memang tidak ada akal sehat semenjak jomblo yang terlalu lama.

Drttt! Drtt!
Telfon kedua, lagi-lagi Arya kembali menghubunginya.

"Kenapa sih Ar?" Tanya Hirzi dengan menahan emosinya.

"Gue mau nanya nih serius."

"Apaan cepet."

"Desa-desa apa yang paling mantep?" Tanya Arya.

"Desakan lu buat mati!"

"Bukan anjir, tebak lagi dong."

"Nyerah deh gue, dari pada lama-lama denger suara lo."

"Jawabannya adalah..." Arya sengaja menggantungkan balasannya.

"Apaan?"

"Desa han mu."

"Najisss lo enggak ada akhlak anjing."

Hirzi mematikan telfon Arya dengan jari yang sangat emosi. Temannya selalu menganggu saat lagi seperti ini. Sengaja emang.

Drtt! Drtt!
Telfon ketiga masuk membuat Hirzi langsung mengangkat dengan muka yang emosi.

"LO GILA YA? BUAT IDUP GUE TENANG SEHARI AJA KENAPA SIH?" Kesal Hirzi yang langsung menyelonong berbicara tanpa rem.

"Iya ya, semoga kamu tenang." Suara yang sangat halus terdengar jelas.

Suara itu membuat Hirzi mematung sambil melihat nama yang tertera di handphonenya. Seketika suara itu membuat hatinya tenang.

"Enggak salah denger nih?" Tanya Hirzi dengan bayangannya sendiri berdiri di depan kaca.

"Enggak. Lagi pengen aja telfon. Enggak boleh ya? Pantesan langsung marah-marah." Ucap Ara disebrang telfon.

"Bukan gitu, Ra. Kirain tadi si Arya, jadinya reflek marah."

Ara tidak membalas suara dari Hirzi, karna memang hanya ingin mendengar suara Hirzi saja.

"Enggak bosen dikamar terus?" Tanya Hirzi yang berusaha mencari topik pembicaraan agar terus mendengar suara Ara. Katanya, rindunya melebihi Dilan.

KING GOMBAL👑[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang