-Bagian empat puluh tujuh-
Kamu tahu? Berapa banyak orang yang aku jauhi demi menjaga perasaanmu? Aku lakukan semua itu, hanya demi menjaga perasaanmu itu.
**
Sore ini Hirzi sudah sampai didepan gerbang rumah Ara. Sudah lama tidak mengunjungi rumah ini. Matahari sore menjadi saksi bahwa Hirzi rindu Ara. Tidak langsung memanggil Ara, Hirzi diam menatap rumah itu.
KLEKK!
Belum juga memanggil, sudah ada yang membuka pintu coklat itu. Itu Ara. Ara menyambut Hirzi dengan manis. Tidak ada balas dendam untuk membalas perbuatan Hirzi. Ara berjalan menuju pagar rumah, membuka kuncinya agar bisa bertemu Hirzi."Ara minta maaf ya.." Baru juga ditelfon Ara meminta maaf, sudah meminta maaf lagi. Perempuan ini tidak bisa dihitung jari sudah meminta maaf kepada Hirzi.
"Gue harap hubungan kita bisa bertahan lama, walaupun kita sering berantem kayak gini."
Hirzi berbicara seperti itu dengan nada yang lembut. Ara yang mendengar itu pun terukir senyumnya dibibir. Hirzi yang dulu katanya sering gonta-ganti pacar, tapi sekarang? Bisa menjalin hubungan dengan lama.
Mimpinya salah. Senyuman manis Ara masih untuknya, bukan untuk Zildan. Kali ini Hirzi tidak akan membuat Ara jauh darinya. Mereka berkontak mata cukup lama. Saling merindukan tatapan yang sangat sederhana namun menyenangkan.
"Mau jalan?" Tanya Hirzi menggodanya.
"AYOK!" Tanpa berfikir Ara langsung menjawab dengan penuh semangat.
Hirzi terkekeh kecil. Akhirnya bisa melihat Ara yang berkelakuan childish. Ara langsung masuk kedalam rumah untuk mengambil handphone dan menutup pintunya. Kania belum pulang dari pekerjaannya, dan Raihan entah lah.
Ara menaik jok motor belakang Hirzi. Tanpa menunggu lama Hirzi langsung meninggalkan perkarangan rumah Ara.
Ara teringat, motor ini yang pernah diboncengi Hirzi dan Tania. Tania yang meneluk Hirzi, apadaya Ara yang hanya memegang jaket Hirzi. Ara tidak biasa melingkarkannya dipinggang Hirzi, tapi sekali-kali. Sudahlah, itu sudah lewat.
"Jadi lo enak ya." Ucap Hirzi berkata diatas motor sedikit berteriak agar Ara bisa mendengarnya.
"Enak apanya? Selalu cemburu liat Hirzi sama Tania."
"Iya lah. Kalau tidur tinggal tidur. Bukan kayak gue, kalau mau tidur harus mikirin lo dulu."
Blush. Sudah lama tidak mendengar kata-kata manis Hirzi. Dengan lemahnya, pipi Ara langsung merona, menahan senyumnya yang akan keluar dengan lebar. Ingin rasanya berteriak histeris bagaikan dibaperin Jefri Nichol, tapi Ara menahannya.
Sekarang mereka sudah sampai taman kota. Taman yang selalu mereka kunjungi tiap pulang sekolah. Ara sangat rindu taman ini. Taman yang dikenalkan oleh Hirzi dengan senja. Menikmati senja berdua. Apalagi Hirzi yang rindu menikmati senja dengan Ara.
Mereka berjalan mendekati bangku taman yang kosong. Duduk berdua disana memandang langit yang sudah mulai temggelam. Burung-burung berkelompok berterbangan berbunyi.
"Aku harap kamu seperti senja. Yang akan pergi tetapi berjanji untuk kembali lagi."
Diam. Setelah Ara berbicara seperti itu hanya ada keheningan. Hirzi yang merasa bersalah karena sudah mendiamkan Ara sampai sering menangis.
"Maafin gue."
"Maaf buat apa? Sepenuhnya salah Ara."
"Sering buat lo nangis karena gue." Ucap Hirzi dengan suara lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
KING GOMBAL👑[END]
AcakHirzi Dewantara. Raja gombal SMA Trisakti. Seorang pria yang sangat hobby menggoda perempuan termasuk gurunya, pandai bermain basket dan mempunyai banyak gebetan tetapi bukan untuk di pacari hanya iseng saja. Hanya ada satu perempuan yang ia kagumi...