-Bagian empat puluh sembilan-
Jika kita menginginkan sesuatu yang belum kita miliki kita harus melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan.
**
Hari yang berbeda. Semenjak kejadian tiga hari yang lalu, Tania merasa bersalah kepada Ara. Ucapan pedas Hirzi yang selalu dilontarkan membuat Tania berfikir setiap malam. Ingin meminta maaf pun, egonya sangat besar. Harga diri yang Tania fikirkan walau itu kesalahannya.
Setiap sekolah Hirzi selalu mendiaminya. Sesekali memberi tatapan tajam. Hirzi hanya bisa diam. Kata-kata Ara masih menyangkut difikirannya. Tidak marah dengan Tania, tapi hanya tidak terima kesayangan Hirzi dilakukan yang tidak pantas.
Dirumah sakit pun Ara sangat bosan. Hanya ada Kania yang menemani, itu pun sering pulang kerumah untuk mengurus rumah. Raihan kadang mampir dengan Lezza, kekasihnya. Ara tidak mengizinkan Hirzi untuk menjenguknya kalau jam sekolah, atau belum mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan dari sekolah.
Hari ini Ara dirumah sakit sendiri. Saat ini Raihan, Hirzi, maupun teman-temannya sedang jam sekolah. Kania pulang untuk membersihkan rumah, dan akan balik lagi saat pekerjaannya sudah selesai.
Wajah Ara masih pucat, wajahnya masih susah untuk mengukir senyuman. Entah dihatinya masih sedih karena kelakuan Tania yang tidak bisa diduga-duga. Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka. Memunculkan pria yang sudah lama tidak Ara temui.
Zildan Anggara. Datang kekamar Ara dengan kemeja putih yang lengannya digulung sampai ke sikut, dan celana panjang hitam yang membuat gayanya simple. Tangannya membawa tentengan yang sederhana saja.
Zildan berjalan mendekati kasur Ara. Ara menatap tidak percaya bahwa Zildan akan datang menjenguknya. Padahal Ara tidak memberi tahu Zildan bahwa dirinya masuk rumah sakit. Zildan menaruh kantung plastik itu diatas lemari kecil yang ada disamping kasur. Kursi ditariknya agar Zildan bisa duduk. Wajah Zildan mendekat kewajah Ara. Terdengar jelas nafas Ara yang berat, dan panas.
Pikiran Ara sudah tidak karuan. Mau apa Zildan mendekatkan wajahnya dengan tidak ada jarak sedikit pun. Ara memejamkan matanya. Pasrah jika Zildan berbuat yang tidak sepantasnya.
"Get well soon."
Suara lembut itu mampu membuat Ara malu. Pikiran jahat itu segera Ara buang jauh-jauh. Secara perlahan Ara membuka kedua matanya. Zildan sudah duduk menjauh darinya dengan tersenyum jahil.
"I-iya makasih." Balas canggung Ara. Masih malu karena berfikir kotor kepada Zildan.
"Kenapa tadi tutup mata gitu?"
Ara susah mencari alasan. Sekarang Ara dibuat panik akibat pertanyaan Zildan yang ingin menjahilinya.
"Ah, pasti lo mikir gue bakal ngapa-ngapain lo ya. Hahahah gila." Zildan tertawa renyah.
Sementara Ara hanya menahan malunya. Zildan tahu apa yang dipikirkan Ara. Ara hanya memalingkan wajahnya dan tersenyum kikuk.
"Lo udah makan?" Tanya Zildan menyalihkan pembicaraan agar tidak canggung.
"Belum."
"Waktunya minum obat bukannya setengah jam lagi?" Zildan afal betul jadwal-jadwal Ara saat ini.
"Masih ada waktu buat makan nanti."
"Pas masih ada aja disia-siain, giliran udah enggak ada baru ngerasa kehilangan deh."
Kalimat Zildan seperti hubungan dahulu Ara dengan Hirzi. Hirzi selalu ada untuk Ara, tetapi Ara selalu menghindar dari Hirzi karena terkenal dengan playboy. Tapi giliran Hirzi tidak ada, dan tidak menganggunya. Ara mencari Hirzi dengan diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING GOMBAL👑[END]
RastgeleHirzi Dewantara. Raja gombal SMA Trisakti. Seorang pria yang sangat hobby menggoda perempuan termasuk gurunya, pandai bermain basket dan mempunyai banyak gebetan tetapi bukan untuk di pacari hanya iseng saja. Hanya ada satu perempuan yang ia kagumi...