17. Kanker Usus 🐎💔🦋

218 52 1
                                    

Denish menyaksikan interaksi Stella dan Herry penuh haru. Di lain sisi, sesungguhnya pria itu merasa sangat cemburu. Ia melihat bocilnya tengah bermesraan dengan suami barunya. Namun, mau bagaimana lagi? Bukankah ini memang kemauan dirinya? Ia memang ingin Stella hidup bahagia? Denish tersenyum tipis. Ia harus bisa mengikhlaskan segalanya dan tulus mendoakan Stella bahagia.

Stella tampak sesekali ketawa geli, karena Herry mengusap perutnya.

"Panggil papa. Ayo."

"Apaan sih, kamu. Orang baru dua minggu, mana bisa panggil papa."

"Gak peduli. Pokoknya aku mau ajarin dia panggil Papa. Jadi nanti kata pertama yang dia pelajari itu papa."

Stella hanya terkekeh mendengar omongan Herry. Sudah dua bulan mereka menikah. Pasangan ini tengah berbahagia karena menyambut kedatangan malaikat kecil. Janin di perut Stella sudah berusia dua minggu. Baru hari ini Stella datang cek setelah dua hari terus-terusan mual.

"Stel ...." Herry tiba-tiba terdiam. Ia menatap perut Stella cukup lama.

"Kenapa, Her?" Kening Stella berkerut. Ia melihat tingkah aneh suaminya. Bola mata Herry tampak berair.

"Terharu," balas Herry pelan. Ia meraih kedua tangan istrinya kemudian mendongak untuk menatap Stella. "Makasih. Makasih untuk anak ini."

Stella mengangguk kecil sembari tersenyum.

"Makasih, aku diberi keturunan."

Stella lagi-lagi mengangguk. Ia menatap Herry dengan senyuman kaku. Sejujurnya, Stella masih belum mampu mencintai Herry sepenuhnya. Ia menikah dengan Herry juga karena Herry telah mendonorkan hati untuk Riposha. Hanya itu saja alasannya.

Stella juga melakukan hubungan suami istri hanya karena menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Anak ini, anak di perutnya Stella juga sebagai balas budi terhadap Herry.

Maafin aku Her, hatiku hanya untuk Kak Denish, ucap Stella dalam batin.

Herry tersenyum. Ia berdiri dan mengambil tempat duduk di samping Stella. Tiba-tiba ia memeluk Stella. Stella tampak sedikit kaget dan menolak dengan halus.

"Lepasin, Her. Ini di rumah sakit."

"Gak mau. Aku mau peluk kamu selamanya. Aku sayang kamu banget, Stel," bisik pria itu. "Kamu sayang aku gak?"

Stella mengerjap. Tentu tidak! Ia hanya sayang Kak Denishnya! Oh katakanlah, Herry adalah pria termalang di dunia ini. Ia tidak mendapati cinta tulus dari sang istri.

Herry melepas pelulan dengan seulas senyuman pahit. Ia paham, paham akan cinta Stella yang tidak ada padanya.

"Ma--"

"Jangan minta maaf terus. Kamu gak cape minta maaf mulu? Aku aja dengarnya cape," potong Herry.

"Aku nggak tau harus berbuat apa lagi selain minta maaf."

Herry menggeleng. "Kamu udah kasih aku keturunan. Itu udah lebih dari cukup. Jaga kandungan ini baik-baik."

Stella mengangguk sembari mengusap perutnya. Pikiranannya terbang. Terbang ke Denishnya. Bagaimana sikap Denish kalau tau ia sudah punya anak dari pria lain?

Marila dan RiposhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang