14. Pesta Ulang Tahun 🐎💔🦋

338 70 15
                                    

Happy Reading ❤

🐎💔🦋

_Marposha_

"Hari ini ultahnya Rila dan Sasha. Rila mau main sama balon-balon. Kalau Sasha pasti kerjaannya makan kue. Sasha itu rakus."

"Enak aja. Kata mama, kalau ulang tahun boleh makan sepuasnya. Sasha udah minta ijin tau!" balas Riposha kepada Marila.

"Iya. Hari ini ultah my princess. Met ulang tahun ya anak mama yang cantik dan gemas. Hari ini kalian boleh melakukan hal yang kalian sukai. Mama nggak akan ngelarang." Stella menaruh mahkota kecil di kepala Marposha.

Melalui pantulan kaca, mereka tersenyum. Denish juga sama. Hanya saja Riposha yang dapat melihatnya.

Met ultah anak papa.

🐎💔🦋

Stella membawa Marposha turun ke bawah. Kedua bocah perempuan itu takjub melihat isi ruang tamu, karena ruang tamu telah disulap menjadi dunia unicorn alias kuda bertanduk satu. Semua serba unicorn, mulai dari kue, balon, boneka, hiasan dinding yang berwarna putih pink dengan ikon unicorn. Sungguh indah sekali.

"Gimana? Kalian suka?" tanya Stella membuat Marposha mengangguk kepala dengan kompak. "Nenek kalian yang siapin. Cepat bilang makasih ke nenek kalian."

Marposha segera berlari ke arah Amy yang telah mempersiapkan dekorasi untuk pesta ulang tahun malam ini. Demi ulang tahun cucu kesayangannya, Amy bersikeras untuk menata semua ini. Lagipula Amy telah pensiun. Ia senang menghabiskan waktu di rumah untuk acara ulang tahun cucunya.

Lihat saja. Kue ulang tahun cantik yang bertingkat dua itu adalah hasil buatan Amy.

Wanita paruh baya itu kini tengah menata beberapa telur merah dengan rapi. Marposha yang langsung saja memeluk Amy dari belakang membuat Amy kaget. "Eh?"


"Nek makasih," sapa Marposha bersamaan.

Amy tersenyum kecil. Wanita itu membalikkan badan untuk berjongkok. Amy mengusap rambut Marposha bergantian. "Met ulang tahun cucuku yang pintar."

"Makasih Nenek. Marposha mau hadiah," minta Riposha mewakilkan.

"Mau hadiah apa?"

"Rila mau hadiahnya itu berisi Nenek dan Mama sehat selalu," ucap Marila mengundang rasa terharu bagi Amy. Di lain sisi hatinya juga terasa bangga, karena bocah berusia 7 tahun itu telah berpikiran dewasa.

"Kalau Sasha mau Papa hidup kembali." Riposha yang bergaun pink menatap arwah Denish penuh harap. Denish hanya tersenyum miris.

"Papamu selalu hidup kok ...." Amy meraih tangan Riposha kemudian meletakkan tangannya di depan depan dada Riposha. "Hidup di hati kita."

"Tapi Sasha kan nggak punya hati," ucap Riposha sendu. Benar juga kata Riposha. Anak itu memang enggak punya hati, makanya sedang menunggu pendonor.

Amy mengacak rambut Riposha gemas. "Nanti segera kita pasangkan hati untuk Sasha."

"Iya benar. Sasha jangan khawatir," tambah Stella untuk meyakinkan.

Marila dan RiposhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang