9. Pemeriksaan Massal 🐎💔🦋

502 119 33
                                    

Happy Reading ❤

Ada yang kangen ak--eh maksudku ada yang kangen Marposha gak? 🤣

🐎💔🦋

_Marposha_

"Kak, aku masih ada kerjaan, gak bisa ditinggal. Kakak lagi sibuk gak? Kalau nggak, tolong mampir ke rumah sakit dong buat ambil hasil laporan pemeriksaan kecocokan hatiku dengan Riposha."

Maka itu, Vina berujung di rumah sakit saat ini. Kini laporan sudah berada di tangannya. Dia sudah tidak sabar untuk melihat hasil. Tak lupa ia mengucapkan doa sebelum membuka laporan putih itu. Apapun hasilnya, semoga itu yang terbaik.

Tu--tunggu. Rasanya belum siap untuk mengetahui hasilnya. Bagaimana jika tidak cocok? Berarti Marposha harus menunggu waktu yang lebih lama untuk dibelah?

Sudahlah jangan tarik ulur lagi, apapun hasilnya tetap harus dihadapi. Vina kembali menghembuskan napas melalui mulutnya setelah menenangkan diri. Dengan cepat, ia mengeluarkan kertas putih yang berisi tulisan dan melihat hasil. Hasilnya sungguh mencengangkan ... membuat Vina membekap mulut, tak kuasa menahan air mata.

"Gak cocok ...?" Pria itu sudah dapat menebak hasilnya dari ekspresi Vina.

Vina terkejut dengan suara Herry. Ia mengangkat kepala dengan kening berkerut melihat Herry yang tengah menyelip kedua tangan di saku celana dengan penampilan yang super misterius. Masker di wajah, topi hitam, kacamata bulat hitam. Oh iya, Vina lupa kalau Herry seorang idola. Wanita itu tidak jadi mengernyitkan kening.

"Iya, gak cocok." Vina mengangguk lemah sembari menghapus air mata. "Stella gak akan kuat lihat laporan ini," sambungnya lirih.

"Betul. Stella berharap banget bisa donorin hatinya ke Riposha." Air muka Herry terlihat sangat sendu.

"Lo kenapa ke sini? Sakit?" tanya Vina baru sadar ada sesuatu yang ganjal.

"Gue datang cek hati."

"Jangan bilang ...."

"Iya. Gue mau cek kecocokan hati gue sama Riposha."

Vina tercengang dibuatnya. Boleh tidak dia diberikan seorang laki-laki seperti Herry yang rela mendonorkan hatinya demi orang yang ia cintai?

"Kakak gue juga pengen donor kalau misalnya hati dia cocok."

Lagi, Vina dibuat semakin tercengang. Bahkan, seorang Daniel juga rela mendonorkan hatinya? "Stella benar-benar wanita yang beruntung, karena ada kalian di sisinya. Kalau gitu, gue juga mau tambah keberuntungan Stella."

"Mau donor juga?"

Vina mengangguk mantap. "Dulu gue berbuat banyak salah, dan Stella selalu maafin gue. Sekarang gue juga harus berbuat sesuatu demi dia."

"Baguslah kalau begitu. Ayok masuk ke ruangan."

Vina segera mengekori langkah Herry hingga tiba di dalam ruangan besar. Di situ sudah ada Daniel, dan ....

Vina mengerjap mata beberapa kali. Itu Adit? Tidak salah? Sudah sekitar 7 tahun lebih, dia tidak ketemu dengan Adit lagi. Terkadang bayangan Adit suka terbesit dalam benaknya. Ah ... kenapa cinta pertama selalu sulit dilupakan.

"Vin ... lama gak berjumpa." Pria berkumis itu menyunggingkan senyuman.

"Iya, O--Om," sapa Vina sambil merunduk, tidak berani membuat kontak mata dengan Adit.

Di saat itu juga, suster membuka gorden yang membatasi kasur dengan ruang tunggu. Seorang wanita yang berbaring di atas dengan susah payah beranjak dan tidak berhenti mengoceh sampai suster menahan ketawa.

Marila dan RiposhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang