19. Penyelidikan Kasus Pembunuhan🐎💔🦋

258 44 14
                                    

Happy reading!

_Marila dan Roposha_

🐎🐎💔🦋🦋

Tik tak tik tak

Waktu terus berlalu, detik demi detik.

Guyur hujan terdengar jelas. Cuaca dingin menusuk kulit. Riposha merapatkan jaketnya kemudian mengucapkan doa sebelum masuk ke dalam ruangan.

Beberapa jam yang lalu, ia mendapat panggilan dari rekan kerja. Terjadi pembunuhan di daerah Cakung, Jakarta Timur. Terpaksa. Riposha meninggalkan drakor kesayangannya untik bergegas ke TKP.

Kini Riposha dan tim berada di TKP. Riposha spontan menjepit kedua hidungnya di kala bau aroma amis darah menusuk hidungnya. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing. Riposha memijatnya.

"Bertahan." Yudha, partner in crime-nya Riposha menyodorkan permen cokelat.

"Makasih. Sorry, tadi enggak makan malam." Darah rendah ditambah aroma amis darah penyebab kepalanya pusing. Riposha segera menyuap cokelat ke dalam mulutnya. Terasa enakan, Riposha memberi aba-aba untuk masuk ke dalam ruangan.

"Tunggu! Listriknya mati. Pakai ini." Salah seorang petugas menyodorkan senter ke Riposha dan Yudha.

Mereka pun mulai berpijak ke dalam ruangan.

Tempat ini merupakan ruangan basement yang dipenuhi sarang laba-laba dan binatang-binatang kecil. Sekilas dengan bantuan cahaya alami bulan dan senter, di tengah gelapnya ruangan, Riposha hanya melihat sebuah sofa besar dan lemari pakaian.

Riposha mulai memberanikan diri untuk melangkah lebih dalam. Setiap kaki melangkah, Riposha dapat mendengar bunyi dan merasakan sepihan kaca di bawah kaki ia pijak. Riposha menggunakan senter untuk menyoroti lantai. Ternyata memang benar. Lantai penuh dengan serpihan kaca, sepertinya bekas beling dari botol bir.

"Mayatnya di ujung situ," tunjuk salah satu petugas kepolisian kemudian membuat garis batas kuning yang bertuliskan police line.

Riposha dan Yudha bergegas ke arah mayat. Aroma amis darah semakin tercium. Oh, gross! Mayat diperlihatkan!

Riposha menelan ludah susah payah kemudian berjongkok di samping mayat. Senternya mulai menyoroti mayat dari ujung kepala hingga kaki. Mayat itu tampak mengenaskan. Botak. Rambutnya sepertinya dicabut paksa oleh pelaku entah dengan alat apa. Kulit kepala mayat terlihat merah berdarah dan robek. Lalu, bibirnya dijahit dengan rapi dan wajahnya penuh dengan goresan pisau.

"What de hell?"

Riphosa menghela mendengar umpatan dari Yudha.

"Kondisinya sama seperti mayat beberapa sebelumnya," tambah Yudha.

Memang, sudah setengah tahun Riposha dan Yudha meneliti beberapa kasus pembunuhan dan belum mendapatkan pelakunya. Kondisi korban sama seperti beberapa mayat sebelumnya.

"Ini korban ketiga. Gue curiga pelakunya sama," bisik Riposha tidak ingin menganggu ketenangan almarhum.

"Pasti sama. Cara ngerusakin tubuh mayat juga sama. Ngebotakin, ngejahitin dan ngegores wajah cantik mereka," balas Yudha penuh keyakinan.

Riposha kembali menghela. Siapa sebenarnya pelaku kejam itu? Ingin sekali Riposha menghakiminya segera. Sayangnya hingga saat ini, Riposha belum menemukan titik terang untuk kasus tersebut.

Riposha dan Yudha memakai sarung tangan. Mereka meneliti secara detail tubuh mayat. Anehnya, hanya bagian kepala korban yang dirusaki. Selebihnya tampak utuh, kecuali ada beberapa sayatan di tangan korban.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marila dan RiposhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang