3. Kegagalan Pertama Sang Antagonis

1.6K 267 43
                                    

c h e c k f i r s t !vote, comment yourfavorite line on thischapter, then followme if you want to seemore story like this or news about update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

c h e c k f i r s t !
vote, comment your
favorite line on this
chapter, then follow
me if you want to see
more story like this
or news about update.

***

Darah segar terus mengalir dari hidungku, dua pelayan terlihat panik melihat darah mulai berceceran di tanah.

"Nona, ayo kita cepat kembali saja," desak seorang pelayan yang memiliki warna rambut hitam legam. "Anda kehilangan banyak sekali darah."

Seorangnya lagi mengangguk setuju. "Benar, Nona. Jika orang media melihat ini, mereka bisa menduga-duga hal konyol," balasnya.

Mereka mengatakan hal yang cukup masuk akal. Apakah memang Laurelisias memiliki kesehatan fisik yang buruk? Ini dapat menimbulkan masalah ketika mereka berpikir mengetahui kelemahan dari Lady Kediaman Yeasiel.

Akhirnya aku menyerah kalah berkat desakan mereka berdua.

Mereka mengiringi perjalanan menuju kereta, godaan untuk menoleh jauh lebih besar daripada yang kukira, aku menoleh sedikit mendapati senyum Sean yang bersinar saat Ranette sedang berbicara dengannya. Main Event itu berhasil sempurna.

Tanpa sempat kusentuh sedikitpun.

Pengemudi kereta benar-benar mengebut, kami mencapai Kediaman Yeasiel dalam waktu lima belas menit saja-seharusnya membutuhkan sekitar tiga puluh menit.

Valeria, yang berambut hitam legam, memberikanku sapu tangan untuk menampung darah yang masih terus mengalir. Tubuhku terasa lemas setengah mati, keduanya menatapku dengan sangat cemas.

Aku benci melihat orang-orang mencemaskan diriku.

"Aku tidak apa, sungguh. Kurasa ini memang hal biasa kan?" kekehku berusaha menenangkan mereka agar tidak melotot seperti akan mengeluarkan kedua bola mata itu.

"Nona belum pernah mimisan seperti ini, baru pertama kalinya," kilah Caveri-yang memiliki rambut lurus juga poni.

Huh? Jadi ini bukan kelemahan Laurelisias?

Sesampainya di Kediaman Yeasiel, Valeria membawakan sapu tangan yang baru lalu berjanji akan membawakan banyak makanan agar aku tidak, um, mati.

Aku segera duduk di meja 'kerja', menyumpal hidung dengan sapu om, aku harus mencatat kejadian penting seperti ini. Pasti ada sesuatu, seakan memperingatkanku.

Aku mulai menulis beberapa kata dalam Bahasa Indonesia di duniaku sebelumnya, tentu dengan pena yang menyala, rupanya aku hanya perlu memasukkan ujung pena ke dalam tinta yang disediakan.

Kematian di dalam novel : Laurelisias mati karena racun saat minum teh, sedangkan Ranette selamat

Misi : membuat Laurelisias mendapatkan endingnya dengan baik dan benar.

The Antagonist Wants to Live Happily Ever After [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang