Aku berjinjit berusaha menaiki kursi yang ada, meraba kertas juga pena lalu mulai menulis. Astaga aku pendek sekali, padahal 165 sentimeter yang kuraih dulu membutuhkan banyak sekali olahraga.
Sekali menggores. Dua kali. Tiga kali.
Bagus tidak ada yang keluar dari pena itu, kertasnya masih kosong sambil menertawai kebodohanku yang tidak bisa menggunakan pena.
Apa ini? Mereka tidak mempunyai pulpen? Sangat primitif.
Jadi aku adalah Laurelisias Yeasiel, putri dari Viscount Savel dan Viscountess Herenia. Berumur empat setengah tahun-kata wanita muda yang menegurku tadi.
Laurelisias. Sang Antagonis dari "The Flower of Aristocrat".
"Kamu ingin menyelamatkan mereka?"
Aku mencoret-coret kertas itu hingga frustasi, frustasi dengan keadaan yang mendadak dan frustasi dengan pena yang tak kunjung menyala.
Dan sekarang aku tidak bisa membaca. Aku berusaha membuka semua buku yang ada di ruangan ini, semuanya hanya terlihat coretan tidak jelas di mataku.
"Bagaimana aku bisa menyelamatkan seseorang kalau aku yang butuh penyelamat di sini? Aku bahkan tidak bisa membaca!" protesku kepada siapapun yang mengirimku ke sini.
Seorang Claire Wijaya mampu membaca saat ia berumur tiga tahun!
"Laurelisias sayang, waktunya minum teh."
Sebuah kepala muncul dari balik pintu, aku bisa melihat rambut pirangnya bersinar dan mengembang dengan lembut.
Gadis berumur lima tahun hanya bisa mengangguk dan menurut saja, kan? Kuputuskan untuk pasrah dan melupakan sejenak masalah ini, wanita berambut pirang kecoklatan itu tersenyum bak malaikat lalu menggandeng kedua tangan mungilku.
Minum teh. Salah satu kebiasaan yang sudah dipupuk sejak dini, saat minum teh, kau harus menunjukkan segala kelihaianmu. Caramu memegang cangkir, caramu duduk, caramu bernapas, caramu menyeruput teh, dan caramu menanggapi serangan halus pengundang rumor.
"Laurelisias! Tegakkan punggung dengan benar!" Wanita tadi-yang aku yakini sebagai Ibuku, Herenia, memasang wajah garang.
Kemana senyuman malaikat tadi?
Lucunya, tubuh Laurelisias gemetar samar-samar. Sepertinya aku dapat merasakan respon asli dari pemilik tubuh ini, tubuhnya gemetar tetapi ditahan dengan sangat kuat.
Rasanya sesak sekali.
"Saat meminumnya, condongkan tubuhmu lima belas derajat. Satu, dua tiga, nah begitu." Herenia tersenyum puas. "Besok pagi, akan ada acara minum teh bersama Duchess Farahin dan putranya, Xaviera. Bersikaplah yang baik, oke?"
Ah, pantas saja.
Apa ini perjodohannya?
"Baik, Her-- Ibu." Sudut bibirku terangkat perlahan, aku sedikit kikuk menyesuaikan diri dengan reaksi-reaksi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist Wants to Live Happily Ever After [ON GOING]
Fantasía"Kali ini, aku yang menentukan jalan hidupku sendiri." . "Kamu bukan protagonisnya." "The Flower of Aristocrat" adalah sebuah novel romantis berlatar kerajaan yang memanjakan pembacanya dengan visual ketampanan juga kecantikan para tokoh. Tokoh utam...