c h e c k f i r s t !
vote, comment your
favorite line on this
chapter, then follow
me if you want to see
more story like this
or news about update.Saat ini Xaviera sedang memberikan senyum penuh ledekan kepadaku.
Kami berdiri saling berhadapan dalam jarak yang tidak begitu jauh, aku dapat melihat kedua temannya berdiri di samping kanan dan kiri bak pelayan setia.
"Ibu akan suka jika aku menceritakan hal ini padanya," seru anak laki-laki itu berusaha menakut-nakuti.
Aku menggerutu dalam hati, hampir melupakan keberadaan tunangan konyol satu ini. Mula awal tujuanku masuk di akademi memang untuk menyengsarakan kehidupannya demi kegagalan pertunangan kami, ketika tadi berpapasan di lorong sebelum ruang makan, Xaviera mulai bertingkah kekanakan dengan menabrak bahuku kencang.
Sakit.
Bagian yang tertabrak terasa panas juga nyeri, Xaviera tidak main-main saat menabrakku—seorang anak bangsawan perempuan berumur lima tahun bertubuh jauh lebih kecil dibanding dia.
Bagiku, orang seperti ini sudah tidak layak dianggap laki-laki. Semoga masa depan mahluk ini suram di hadapan para perempuan nantinya, tidak akan ada yang sudi untuk bertahan dengan pria kasar tidak tahu diri.
Kupungut buku bacaan Sir Kyle dan beberapa kertas catatan telah berhamburan di lantai lorong, Xaviera dan temannya hanya berdiri memandangi.
Aku tahu ini akan membuat mereka merasa superior, tapi tidak ada gunanya berkelahi dengan anak Duke. Aku benar-benar tidak dalam mood untuk berdebat dan mencari masalah lagi hari ini.
Dia sedikit menunduk, tangan iseng itu masih tidak puas sehingga menarik kertas catatan paling bawah yang sudah kupungut, membuat kertas lainnya berhamburan kembali.
Aku melempar semua sisa kertas di tanganku ke wajahnya, tentu saja cukup untuk sampai ke sana karena telah melempar kertas itu sekuat-kuatnya. Semua kertas kembali berserakan, kali ini hampir memenuhi lebar lorong tempat kami berdiri.
"Ambil," ujarku menunjuk kertas-kertas di lantai.
Ekspresiku tidak dapat terkontrol, aku yakin sedang menatapnya dengan tatapan spesial nomor #3 Claire yaitu ala 'Manajer melihat anak buah bodoh memberikan proposal tersampah yang pernah ada'. Jantungku berdebar kencang, bersiap memukulnya menggunakan buku jika dia masih tidak mau menurut.
Aku bisa mendapati tubuhnya tersentak mundur, mungkin terkejut dengan nadaku yang tinggi tiba-tiba atau dengan perlawananku yang tidak sesuai perkiraannya.
Suasana lorong senyap, beberapa anak lain mulai tertarik untuk melihat pemandangan ini.
"A-Apaan sih? Kenapa harus aku yang—." Ucapannya terputus mendadak, kepalanya segera menunduk ketakutan.
"Kau tuli? Kata dia, ambil."
Pangeran Cassile berdiri tegak di sampingku, tanpa tersadar, helaan napas lega keluar perlahan saat melihatnya. Kudapati Rams juga berdiri di belakangnya sambil tersenyum kecil dan melambai kepadaku, aku hanya bisa mengangguk kecil sebagai salam.
Xaviera bergegas mengambil kertas-kertas di lantai, tidak dalam waktu lama, dia telah memberikannya kepadaku. Tangannya mengepal erat dan sepertinya, mata tuan muda manja ini berkaca-kaca, kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist Wants to Live Happily Ever After [ON GOING]
Fantasia"Kali ini, aku yang menentukan jalan hidupku sendiri." . "Kamu bukan protagonisnya." "The Flower of Aristocrat" adalah sebuah novel romantis berlatar kerajaan yang memanjakan pembacanya dengan visual ketampanan juga kecantikan para tokoh. Tokoh utam...