23

5.5K 565 11
                                    

Apakah kalian tahu? Menangis dalam diam itu berarti kesedihan yang dirasakan sangatlah dalam. Terlalu dalam, sampai-sampai tak bisa mengeluarkan suara. Itulah yang dirasakan Xiao Feng saat ini. Ia sedih mendengar adiknya akan pergi. Apalagi Xiao Feng awalnya berencana membawa adiknya ke akademi kesatria agung agar aman dan menjadi perempuan yang hebat. Namun, rencananya sudah dipatahkan bahkan sebelum terucap dari mulutnya.

"Gege?" Xiao Lin melepas pelukannya. Melihat kakaknya terus menundukkan kepala, Xiao Lin kemudian mengerti dan pergi dari sana.

Xiao Feng butuh waktu untuk menenangkan pikiran, batinnya.

Matahari terbenam menyisakan awan-awan gelap yang terus bergemuruh. Xiao Lin kini tengah sibuk membuat apapun dengan bahan-bahan yang tersedia.

Xiao Lin meminta Rong Wei untuk menyediakan beberapa herbal di ruang kosong paviliunnya. Herbal itu berasal dari Tabib Huang yang dengan baik hati memberi banyak tanaman dan beberapa bahan dari hewan.

Tangan Xiao Lin bergerak lincah, ia ingin melarikan diri dari pikiran-pikiran yang membuatnya ragu dan membatalkan rencana kepergiannya. Tanpa sadar Xiao Lin tertidur lelap.

Seorang lelaki bercadar masuk lewat jendela. Ia kemudian menemui perempuan yang ingin ia temui sedang tertidur pulas.

Lelaki itu yang tak lain adalah Xiao Feng mengelus-elus kepala Xiao Lin sambil tersenyum hangat. Ia kemudian menggendong Xiao Lin dan membawanya ke tempat tidur.

Melihat wajah damai adiknya, Xiao Feng merasa tenang. Tadi saat menyendiri, pikirannya berkecamuk dan malah tak bisa memutuskan. Namun begitu ia melihat wajah damai adiknya, perasaan gundahnya hilang bak ditiup angin.

Bulu mata lentik Xiao Lin bergerak sedikit. Tanpa membuka mata ia kemudian berucap. "Gege tak perlu khawatir, mei-mei bisa menjaga diri sendiri. Tanpa mei-mei, mungkin waktu itu gege sudah tak ada."

Xiao Feng kaget bukan main. "B-berarti benar i-tu ulah mei-mei?!"

Xiao Lin malah memalingkan tubuhnya membelakangi Xiao Feng.

Xiao Feng kemudian tersenyum. Ia percaya kalau adiknya pasti baik-baik saja, mengingat kalau mengendalikan kekuatan orang lain adalah teknik yang sulit dilakukan orang biasa.

Xiao Feng mengecup surai adiknya dan mengucapkan sesuatu lalu pergi secepat kilat membuat angin berhembus sebentar.

Xiao Lin tersenyum lembut dan menyimpan ucapan Xiao Feng dalam hati.

Pagi yang cerah menambah keceriaan Xiao Lin. Hari ini ia akan berlatih pedang. Sebelumnya Xiao Lin menolak, tetapi karena semangat Xiao Feng dan entah bagaimana caranya Tuan Xiao juga mengizinkan, ia tak punya pilihan lain.

Lagipula Xiao Lin hanya pernah menggunakan belati, jadi mungkin ia butuh berlatih pedang untuk berjaga-jaga. Dan ternyata berlatih pedang menyenangkan menurutnya.

Panas terik membuat kulit terasa terbakar, tetapi tidak dengan pasangan surgawi yang sedang berlatih pedang di lapangan itu.

Xiao Lin memang belum bisa mengalahkan Xiao Feng, namun ia bisa mengimbangi permainan kakaknya dengan baik.

Semangatnya membuat matahari senang dan ikut andil. Ia mengusir awan-awan yang sebelumnya akan menurunkan hujan. Latihan berlangsung hingga sore hari. Tubuh Xiao Lin sudah banjir keringat, begitupun dengan Xiao Feng.

Tuan Xiao yang tau, langsung menyuruh mereka ke paviliun masing-masing. Ia memang mengizinkan, tapi tak sampai begini juga. Tuan Xiao geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anaknya tersebut.

-------

Holaaa... Terimakasih telah membaca cerita ini dan silahkan klik tanda bintang dibawah agar penulis semangat melanjutkan cerita ini:)

Silahkan beri tanda jika ada typo ataupun kalimat yang kurang kalian pahami.

Cerita ini adalah cerita fiksi yang murni berasal dari hasil imajinasi penulis dan tidak terikat dengan kisah legenda atau cerita sejarah manapun. -araR

Next? Mohon maaf readers sekalian 😭, otak ara sedang tidak stabil karena banyak yang harus dibenahi. Oleh karenanya, ara update lanjutannya besok🤗

[Drop] The Legend Of Xiao Lin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang