37

1.9K 181 17
                                    

Oksigen dalam ruangan terasa berkurang dan mencekik padahal hanya ada Xiao Lin dan Mao Xi disitu.

"Oh ayolah, ada apa ini?" Xiao Lin frustasi melihat 'guru kontrak' nya itu bertingkah tak jelas.

Saat sampai didepan pintu tadi, Mao Xi menatap dengan marah dan menyuruh Xiao Lin untuk masuk ke ruangan bersamanya.

"Bukankah saya sudah menulis surat? Kita tidak sedekat itu untuk membuat guru bertingkah protektif seperti ini," Xiao Lin menghembuskan nafasnya kesal.

"Apa kau tidak mengingat ada apa besok?" Mao Xi akhirnya membuka suaranya.

"Hmm? Ah, pertemuan tabib? Lalu mengapa?"

"Iya benar pertemuan tabib, maka dari itu kau harus dirumah hari ini karena aku akan memberi banyak informasi untuk besok bukan malah keluyuran sampai sore begini," Mao Xi geram tapi masih dengan wajah tampan.

"Bukankah anda yang keluyuran dan tidak pulang sampai pagi? Karena itu saya pikir tidak ada yang istimewa untuk besok," Xiao Lin mengatakannya dengan nada sarkastik.

Seolah tersadar, Mao Xi melonggarkan kerutan dahinya menghilangkan suasana tegang.

"T-tapi itu, kau harus izin langsung kalau ingin keluar."

"Ya ya baiklah, lain kali saya akan tetap menunggu guru saya yang JARANG PULANG agar bisa meminta izin untuk pergi membeli cemilan," Xiao Lin dengan muka datarnya.

"Ahh sudahlah terserah padamu, ini baca informasi-informasi ini untuk besok dan keluarlah," Mao Xi menyerahkan beberapa gulungan kepada Xiao Lin.

"Baik terimakasih GURU," Xiao Lin masih sarkas. Xiao Lin membungkuk memberi salam dan keluar tanpa suara.

"Haa, kenapa muka datarnya sangat menakutkan? Tunggu tunggu, kenapa aku merasa terintimidasi padahal aku gurunya? Argh, memiliki murid sangatlah merepotkan." Mao Xi menghembuskan nafasnya memikirkan kejadian tadi.

"Apakah Lin-lin baik-baik saja? Apa seharusnya aku menyusul kesana?" Rong Wei dan pasangan Li menunggu cemas dikamar Xiao Lin.

Tiba-tiba suara pintu menggeser terdengar keras mengagetkan semua yang di ruangan.

"Lin-lin apa kau baik-baik saja? Tuan Mao terlihat sangat marah tadi," Rong Wei berlari menghampiri Xiao Lin yang baru masuk.

"Tidak apa-apa hanya sedikit hiburan sebelum kita pesta," Xiao Lin tersenyum sumringah karena melihat camilan yang sudah berjejer rapi di meja siap untuk disantap.

"Maaf?" Rong Wei masih bingung.

"Oh ayolah, aku sangat lelah dan ingin segera makan plum spesial tadi," Xiao Lin mencibir dan terlihat menggemaskan. Rong Wei tersenyum lega, "baik silahkan."

Mereka akhirnya makan dengan gembira dan bercerita tentang kejadian unik saat pengembaraan sampai tengah malam.

Kosong, kini kamar Xiao Lin sudah bersih dan rapi. "Haa, mandi dengan air bercampur herbal memang terbaik," ia kemudian membuka gulungan tadi dan mulai membaca dengan seksama.

"Apa? Hanya ada dua sekte tinggi dan beberapa tabib individu? Bukankah ini terlalu sedikit untuk pertemuan tabib resmi? Tapi memang aku pernah mendengar kalau tak ada persatuan sekte pengobatan sih. Hmm, sekacau inikah dunia ini? Tapi tak akan ada habisnya kalau menyatukan dunia dengan cara berperang terus menerus."

Xiao Lin mulai memikirkan tugasnya sebagai Dewi pelindung, benarkah apa yang sudah ia lakukan? Ataukah ia harus terjun kedalam pemerintahan dan merebut tahta untuk mempersatukan dunia? Xiao Lin memang terlihat tenang, tapi sebenarnya ia sangat cemas dengan bagaimana ia harus bertindak kedepannya. Xiao Lin sangat terbebani dengan itu, disisi lain ia juga ingin menikmati kehidupan keduanya ini karena ia sudah menemukan teman yang baik.

Tiba-tiba ia teringat kotak itu, kotak yang diberikan saat dia berada di desa berkabut. Xiao Lin kemudian mengeluarkannya dari cincin penyimpanan, melihatnya seksama.

Setelah menimbang cukup lama Xiao Lin memutuskan membuka kotaknya, cukup mudah karena langsung terbuka saat Xiao Lin menempelkan tangannya ke gembok kecil yang tergantung pada tutupnya.

Seperti deteksi sidik jari saja, pikir Xiao Lin.

Ada kilatan cahaya sebentar saat kotaknya terbuka, terlihat ada sesuatu seperti bros dengan giok hijau yang besar.

"Apa ini sebuah lencana? Atau hiasan rambut?" Xiao Lin memegang dan menebak-nebak benda apa itu.

"Tunggu, ada surat di kotaknya," ia kemudian mengambil dan segera membacanya.

"Wahai penerus ku yang agung, benda ini adalah simbol turun temurun milik Dewi pertama. Jagalah dengan baik sampai ke generasi selanjutnya, jika kau memerlukannya kau bisa menggunakannya. Tapi itu sangatlah berbahaya dan akan menimbulkan keserakahan padamu. Aku percaya, apapun keputusanmu itu adalah yang terbaik. Semoga dunia akan selalu damai dalam perlindungan kita."

Begitulah isi suratnya.

"Mengesankan, aku bahkan tidak diberi tahu fungsi dan cara menggunakannya," Xiao Lin bertambah frustasi.

"Sudahlah, besok akan menjadi hari yang panjang, sebaiknya aku tidur sekarang." Xiao Lin menyimpan kembali bros itu dan tidur dengan tenang.

----------

Yo yo, alurnya terlalu lambat ga sih? Maaf ya kadang Ara suka crazy detail jadi gitu deh. Makasih buat yang mampir and jangan lupa bintangnya, see you (灬º‿º灬)♡

Buat yang mau baca dark fantasi gitu mampir yuk di cerita Ara satu lagi🤗❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Drop] The Legend Of Xiao Lin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang