Sebelum senja melukis mayapada, aku dan Zafran sudah beranjak dari taman. Lobi rumah sakit menjadi pembatas aku dan Zafran. Aku berencana kembali ke ruang praktik, sebelum Dokter Sanusi–dokter kepala–menahanku.
"Dokter Nevan mau pulang?" tanyanya.
"Belum, Dok."
"Bisa ikut saya sebentar?" ajaknya Dokter Sanusi.
"B-baik, Dok."
Otakku berusaha menerka ajakan dokter kepala ini. Aku mengekor Dokter Anak ini menuju ruangannya. Setelah disilakan duduk, Dokter Sanusi mengeluarkan sebuah amplop cokelat yang disorongkan padaku.
"Saya mendapat kiriman ini."
"Apa ini, Dok?" tanyaku kebingungan.
"Buka saja, Dok."
Aku menurut membuka amplop dan menarik kertas dari dalam. Sebuah artikel yang print out. Belum genap otakku berhasil mencerna isi artikel, Dokter Sanusi berucap lagi.
"Bisa Dokter jelaskan?"
Aku menggerakkan mataku ke arah dokter kepala itu. Berpikir sejenak setelah menguasai perasaanku saat ini. Dalam dadaku berkecamuk berbagai rasa. Berperang antara kejujuran dan logika yang akan diterima atasanku ini. Sangat tidak mudah memberi klarifikasi tentang sebuah artikel yang menuliskan judul demikian provokatif. Seperti sudah menjadi jurus menarik pembaca salah satunya adalah dengan memberi judul yang terkadang tidak sinkron denga nisi berita.
Setelah cukup tenang, aku menjelaskan kronologis peristiwa tenggelamnya Arumi ini terjadi. Rinci hingga aku berani bersumpah, Arumi baik-baik saja saat aku tolong waktu itu.
"Apa benar, Dokter tidak mengantarnya ke rumah?"
Aku terdiam. Aku memang tidak mengantar Arumi waktu itu. Arumi yang menolak. Ada saksi saat itu ketika gadis itu selesai kuberikan CPR.
"Arumi menolak, Dok. Dan saya tidak bisa memaksanya. Terlebih lagi dia sangat kecewa dengan saya."
"Ini bisa dianggap kelalaian. Sebagai dokter, Anda dianggap tidak melakukan tugas dokter dengan baik. Bagaimana mungkin, seseorang yang baru tenggelam, lalu Anda biarkan berjalan dan pulang seorang diri."
"Maaf, Dok. Saya salah."
"Pengakuan yang terlambat. Apakah Dokter tahu Arumi meninggal seminggu kemudian?"
Aku terperanjat. Aku tidak mendengar berita apa pun setelah kejadian pagi itu. Sehari setelah insiden tenggelamnya Arumi, KKN-ku berakhir. Aku pulang ke rumah dan menyelesaikan kuliahku. Sampai aku diterima bekerja di sini. Sudah hampir tiga atau empat tahun lalu.
Aku mencondongkan tubuhku sambil meneliti artikel itu. Tertulis 2020. Mengapa artikel ini baru terbit?
#16
#onedayonepart
#liezerswritingproject
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarot
Mystery / ThrillerSekumpulan pasangan muda-mudi yang diramal dengan menggunakan kartu tarot. Masing-masing diramal. Awalnya mereka tidak memercayai sebuah ramalan. Akan tetapi satu per satu ramalan itu terjadi. Bahkan seperti kutukan. Semakin lama kenangan itu sepert...